63 63. tatapan menakutkan

"Itu tidak akan cukup. Saya menyarankan anda untuk kembali ke Utara."

"Apa maksud anda Viscount?"

Diluar dugaan, Khun bereaksi terlebih dahulu terhadap kata-kata Viscount Medell.

"Ah, ini tidak seperti saya hendak menyingkirkan anda Milady. Saya hanya khawatir jika situasi berkembang seperti yang dikatakan Arisa dan anda menjadi fokus utama kecurigaan orang-orang."

Aku mengkhawatirkan hal itu setelah Arisa menyebutkannya tadi. Tapi aku segera mendapatkan solusinya setelah melihat bagaimana Arisa bereaksi saat menghadapi Belle Belviti. Kupikir aku juga bisa mengandalkan koneksi 'saudari' ini untuk menyebarkan ketidak terlibatanku.

"Jika tokoh utamanya menghilang, bukankah para penyebar rumor akan mengembangkan rumor jahat lainnya?"

"..."

"Jangan mengkhawatirkan hal itu, Aku rasa aku sudah menemukan solusinya."

Aku berusaha mengembangkan senyum percaya diri pada Viscount yang khawatir.

"Kau yakin sudah cukup sehat Niesha?"

Belle menggenggam tanganku erat sambil membulatkan mata polosnya saat aku mengatakan akan mulai berpartisipasi kembali dalam pesta teh.

"Umm, aku memang tidak sakit."

"Maksudku, kami terpaksa menggunakan alasan kesehatanmu saat kau tidak bisa hadir. Jika kau sehat tidak lama setelah kami mengatakan itu, bukankah orang-orang akan berpikir kalau kau mencoba menghindari beberapa bangsawan."

Dia baik sekali karena memikirkan tentang aku bukan? Hahaha, katanya sepandai apapun seseorang bersandiwara, dia tidak akan bisa menyembunyikan dirinya yang sebenarnya selamanya.Begitu juga dengan Belle Belvitti. Kupikir aku mulai bisa melihat warna aslinya.

Aku tidak bisa menahan diriku bergidik ngeri didalam. Dibandingkan dengan Ibunya yang dengan jelas menunjukkan sikap meremehkannya, sikap polos seolah tidak berbahaya yang ditunjukkan Belle Belvitti akan jauh lebih berbahaya.

"Jangan khawatir, tidak akan ada yang berpikir seperti itu."

"Tapi... Ibu..."

Belle masih hendak menyanggahnya tetapi membatalkannya lalu beralih pada ibunya untuk mencari dukungan."

"Ah, itu... anu. Ehm, keputusan Lady Calverion itu juga cukup bagus. Dia perlu bersosialisasi dan mengenal bangsawan lain. Tidak baik untuk tetap tinggal dirumah dan terlibat dengan urusan orang dewasa."

Belle melotot pada ibunya dengan tidak percaya. Bersosialisasi dengan bangsawan ibukota dengan membawa nama Duchy Calverion tanpa pemilik aslinya adalah kesempatannya untuk melepaskan statusnya sebagai bangsawan kecil dari pelosok. Jika Lady Calverion yang sebenarnya hadir, bagaimana dia bisa tetap menjadi pusat perhatian. Bagaimana bisa dia tetap mengangkat kepalanya dengan bangga jika dia hanya berdiri dibelakang gadis yang lebih muda darinya.

Mengabaikan tatapan kesal putrinya, Aristine Belvitti bertukar senyum ramah denganku. Senyuman yang sebelumnya tidak akan pernah aku dapatkan jika aku tidak membiarkannya mengambil alih pekerjaan untuk mengurus investasi keluarga Calverion di ibukota.

Aku baru mulai menyadari jika dibelakang Aristine Belvitti yang menentangku dengan penolakan paling lantang, yang memegang kendali sebenarnya adalah Belle Belvitti yang tetap mengembangkan senyum polos tidak bersalahnya. Jadi aku perlu memisahkan keduanya untuk membuat rencanaku bisa berjalan mulus.

"Terima kasih atas bantuan anda Nyonya. Aku sangat menghargainya."

"Tidak apa-apa. Saya bisa mengurusnya jadi anda bisa bersenang-senang. Seorang anak seharusnya hanya bersenang-senang dan menikmati hidupnya."

Belle masih melotot saat kami bertukar kata-kata ramah penuh kasih sayang.

"Aku sudah menyuruh Hason untuk menyiapkan kantor anda di rumah utama. Anda harus bolak balik ke paviliun, itu tidak apa-apa bukan?"

"Tentu saja tidak masalah. Saya memang harus mulai membiasakan diri berada di rumah utama."

Senyum Aristine Belvitti semakin lebar sebelum dia melirik pada jam batu mana dibelakangku.

"Ah, sudah jam segini, kita menghabiskan terlalu banyak waktu untuk ngobrol. Kalian berdua juga harus mulai mempersiapkan diri untuk pesta teh Lady Adrian nanti sore. Saya juga harus kembali. Banyak pekerjaan yang menungguku. Saya akan pamit sekarang Lady Calverion."

"Tentu, Nyonya. Terima kasih atas kesediaan anda membantu saya."

"Itu bukan masalah. Saya harap anda bersenang-senang nanti sore."

Aristine Belvitti membungkuk hormat ke arahku lalu bergegas meninggalkan kami berdua.

Aku menyesap jus asam yang kuminta dari Agatha. Mengatur ekspresiku dengan meniru senyum polos yang sering dipraktekkan Belle.

"Kita akan pergi bersama-sama lagi sore ini. Bukankah ini akan menyenangkan?"

"Ya, akhirnya aku akan merasakan suasana pesta teh yang sebenarnya tanpa terganggu ucapan-ucapan menggangu yang mencari anda"

Hebatnya Belle Belvitti berhasil mengendalikan dirinya dengan sempurna. Wajah dan suaranya menunjukkan kegembiraan alami tanpa tanda-tanda penolakan seperti yang sebelumnya dia tunjukkan.

Ini bukan pesta teh biasa. Keluarga Count Adrian adalah pendukung Duke Illia. Pada pesta teh yang aku adakan, Lady Melisa Adrian tidak bersikap ramah padaku. Meskipun kali ini aku masih menerima undangan acara yang diselenggarakannya, aku tahu ini tidak lepas dari siasat untuk menunjukkan betapa murah hatinya dia bahkan terhadap gadis dari faksi yang berbeda. Aku tahu ini tidak akan menjadi pesta yang sederhana.

Kali ini aku mempercayakan seluruh penampilanku pada Agatha. Dia mendandaniku dengan gaun kuning cerah. Tepi bawah rok, pergelangan tangan dan leher gaunku yang sedikit terbuka penuh dihiasi dengan taburan mutiara. Sebagai pelengkap, aku mengenakan hanya kalung dengan liontin mutiara dan sepasang anting kecil.

Aku menyukai penampilanku. Tidak mewah untuk menjadi berlebihan pada sebuah pesta teh. Tapi juga tidak terlihat sedehana untuk menjadi bahan gunjingan.

"Bagaimana? Apakah menurutmu ini cocok?"

Khun mendongak kaget saat aku menanyakan pendapatnya tapi cepat-cepat mengalihkan tatapannya.

"Anda terlihat cantik Yang mulia."

"Bagaimana anda bisa menjawab sambil berpaling seperti itu. Putri adalah yang paling menawan."

Agatha menjawab dengan sengit.

Aku menggigit bibirku agar tawaku tidak lepas. Agatha selalu ketat dengan etika, tetapi dia sendiri mengabaikannya dan bahkan berpura-pura tidak tahu.

"Bukankah Lady Belle mengatakan akan ikut dengan kita?"

"Benar Milady. Ah, itu mereka."

Agatha menunjuk pada dua sosok yang datang mendekat. Mengamati gaun yang dikenakan Belle, dia mengangguk pelan seolah menyetujui pilihan gaunnya. Berbeda dari gaun glamor yang biasa dikenakan Belle Belvitti setiap pergi keluar, kali ini gadis itu memilih gaun yang cukup sederhana.

Meskipun gaunnya terbuat dari bahan yang mahal, kali ini tidak ada permata atau ornamen mahal di gaunnya. Dia juga hanya mengenakan set perhiasan polos. Satu-satunya yang cukup berkilau adalah permata biru di lehernya yang menjuntai hingga belahan dadanya yang cukup terbuka.

"Maafkan aku Niesha, pelayanku terus merekomendasikan terlalu banyak gaun. Kau tahu bukan jika aku cocok dengan semua gaya. Tapi kali ini tentu saja kita tidak boleh berdandan berlebihan dibandingkan dengan tuan rumah."

Seolah menjadi aba-aba, gadis disamping Belle mengangkat kepalanya dan ikut memohon maaf. Saat mata kami bertemu aku bergidik di punggungku.

"Maafkan saya Putri. Saya tidak cukup kompeten sehingga menghabiskan banyak waktu."

Meskipun aku tidak melarang para pelayan untuk selalu membungkuk saat berhadapan denganku, mereka biasanya tidak pernah menatap wajah para bangsawan secara langsung. Tapi gadis yang datang bersama Belle terus menatapku tanpa menunjukkan sikap malu. Ditatap secara intens olehnya membuat aku merasa seperti diawasi.

"Sepertinya dia sedikit berbeda dari pelayan yang sering melayani anda Lady Belle."

"Ah, kau memperhatikannya? Ini Lita pelayanku yang lain. Dia pandai dan suka mengamati. Terkadang menakutkan jika dia terus menatap seperti itu"

Belle tertawa menanggapi kata-kataya sendiri seperti sedang menceritakan sebuah lelucon.

avataravatar