webnovel

Hewan Spiritual

Kemarin Shino malah menangis di hadapan Kentaro dan mungkin meracaukan banyak hal. Sayangnya, Shino tidak mengingat jelas apa yang Shino bahas bersama Kentaro semalam.

Senyum tiba-tiba muncul di wajah Shino.

"Kenapa kau ada di sini, Ken? Apakah kau sedang tidak punya kegiatan?" tanya Shino, lirih. Suaranya masih terdengar sedikit lemah.

Kentaro terlihat begitu tegang. Entah apa yang mengganggu pikiran Anjing Suci itu. Kentaro seperti sedang mengambil keputusan yang sangat sulit.

Shino melihat sosok Kentaro seperti sosok yang sedang menahan pup, terlihat begitu tegang. Jadi, Shino tidak dapat menahan tawanya.

"Apa yang kau tertawakan, Chibi?!" ketus Kentaro, seperti biasanya. Kentaro hanya lembut pada majikannya, Sei Tatsuya, kakek buyutnya Shino. Kentaro memanggil Shino 'chibi' karena Kentaro tahu jika usia Shino sebenarnya adalah 20 tahun, tapi fisik Shino masih terlihat seperti bocah berusia 13 tahun.

*Chibi = orang pendek / cebol

"Ahahaha, wajahmu itu seperti orang yang sedang menahan pup, Ken!" Shino masih saja memanggil Kentaro tapa embel-embel apa pun. Padahal, Kentaro ini seangkatan dengan kakek buyutnya Shino. Shino memang kurang ajar pada para peliharaannya itu.

"Hasshh, sialan! Aku menyesal menemuimu seperti ini, Shino! Kau benar-benar berbeda dengan Sei-sama!!"

"Huh!! Ada satu makhluk lagi yang suka membanding-bandingkan aku dengan orang lain. Len selalu membandingkan ku dengan ayahku. Lalu, kau membandingkan ku dengan kakek buyutku juga. Aku ini hanyalah Shino Tatsuya! Tentu saja sifatku berbeda dengan ayah dan kakek buyutku," ucap Shino setengah membentak.

Namun, itu tidak membuat Kentaro menyesal. Kentaro malah terlihat marah saat ini.

"Terserah!!"

Kentaro kesal dan akan berjalan menuju ke luar kamar. Sebelum akhirnya, Shino menggapai tangannya Kentaro dan meremas untuk menahan Kentaro agar tidak pergi.

"Jangan pergi dulu, Ken! Aku sendirian karena Len baru pulang nanti sore. Temani aku dulu, Ken!" pinta Shino dengan suara seraknya. Panasnya memang sudah turun, tapi Shino merasa masih lemas. Shino butuh teman mengobrol saat ini.

"Ketaro ... bagaimana bisa kau memutuskan untuk kembali pulang ke sini? Padahal, beberapa hari ini kau menghilang tidak tahu ke mana." Shino bertanya.

"Aku tidak memiliki kegiatan lain di luar sana. Ternyata, semua telah berubah sejak aku disegel oleh Sei-sama di dalam kotak hitam itu. Aku merasa bingung ketika berada di tengah kota. Kemarin bahkan aku dibawa ke kantor polisi karena penampilanku yang mencurigakan ini.

"Jadi, selama aku mempelajari kehidupan modern ini, aku memutuskan akan tinggal di sini, Shino. Pokoknya kau harus membelikanku camilan dan menjamin hidupku. Kau yang membuka segelku dengan darahmu, Shino. Jadi, kau adalah tuanku saat ini, meski aku tidak akan pernah memperlakukanmu sebagai majikan, Chibi!!" sungut Kentaro, berapi-api. Kentaro kesal karena kejadian ditangkap polisi kemarin siang.

"Maaf, kalau begitu, Ken! Tapi, aku tidak berniat menjadi tuanmu juga. Aku hanya penasaran dengan isi kotak hitam itu. Kukira berisi emas berlian, ternyata isinya hanya anjing yang tidak berguna sepertimu, Ken." Shino memelankan suaranya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Apa?! Kau mengatakan sesuatu, Chibi?!" bentak Kentaro.

Shino langsung menggeleng cepat.

"Jadi, kau minta saja camilan pada junjunganmu yang lain. Mintalah camilan ke kuburan kakekku sana!" Shino berkata dingin saat menyebutkan nama kakeknya.

"Jangan menyebut nama Sei-sama sembarangan, Chibi!!" Kentaro mengoreksi ucapan Shino.

"Iya, iya, terserahlah!" Shino mengakhiri percakapan dan mengalihkan wajah. Ia benar-benar malas membahas tentang kakeknya. Terjadi masalah rumit di keluarga Tatsuya.

Kentaro menyadari ada kesedihan di mata Shino, yang biasanya terlihat ceria. Dan itu sangat mengganggu Kentaro.

Kentaro tidak ingin ke depannya punya majikan selemah itu. Jadi, Ketaro penasaran apa yang menyebabkan bocah pendek yang biasanya ceria itu kini terlihat sedih.

Kentaro mendekat ke sisi Shino, yang masih berbaring di kasur tipis. Kentaro tidak jadi pergi dan berencana untuk menemani Shino seharian ini. Kentaro duduk bersila dengan tenang sambil melipat kedua tangan di dada.

"Aku di sini bukan karena mengkhawatirkanmu, Chibi! Tapi, aku di sini memang sedang kurang kerjaan." Kentaro berucap, ketus.

"Kurasa, kau tidak punya pekerjaan lain selain membuat masalah di kota ya, Ken?" Shino menyahut tiba-tiba.

Di saat seperti ini, Kentaro menyesal karena sempat mengkhawatirkan remaja pendek itu tadi. Shino benar-benar refleksi dari Sei. Cucu dan kakek itu memang selalu kejam pada Kentaro. Tapi, Kentaro memaklumi hal itu. Mereka memang keluarga penyihir yang cukup terpandang di desa mereka dahulu. Jadi, kesombongan mereka pun turun temurun. Jadi, Kentaro akan mencoba mengabaikan ejekan dari Shino tadi.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Chibi?" Ketaro mencoba berbasa-basi. Padahal, dia tidak terlalu peduli dengan bocah pendek itu pada awalnya. Meski mati pun, Kentaro tidak peduli awalnya. Tapi, setelah kejadian kemarin malam di bawah guyuran hujan, Kentaro jadi seperti melihat sosok Sei pada diri Shino. Sejak saat itu, Kentaro mulai sedikit peduli pada cucu majikannya ini.

"Napasku masih terasa berat. Dadaku juga masih terasa sedikit sakit. Tapi, ini tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa mengalami sakit semacam ini, Ken." Shino dengan polosnya malah menjawab basa-basi dari Kentaro.

"Jika sakit, jangan bicara! Tidurlah lagi, Chibi!!" perintah Kentaro seperti seorang ayah pada anak tirinya. Karena Kentaro masih sering bersikap kasar pada Shino jika lupa bahwa Shino adalah cucunya Sei.

"Aku sudah tidur dari semalam sampai pagi ini hingga punggungku rasanya kaku, Ken. Tapi, tadi Len juga melarang ku untuk keluar rumah." Shino berucap, kesal. Shino yang hyperaktif itu sangat bosan setiap kali disuruh tetap di rumah oleh Len.

"Jika tidak ingin tidur, maka bangunlah! Aku juga ke sini bukan untuk melihat makhluk yang tidak berguna sepertimu tertidur." Kentaro kembali berucap tajam. Kentaro kembali lupa jika yang dibentaknya itu adalah cucu dari majikannya dahulu, yang saat ini menjadi majikannya juga meski tanpa sengaja.

Mendengar itu, Shino langsung bangkit untuk duduk. Shino menata sendiri beberapa bantal untuk digunakan Shino bersandar di tumpukan bantal itu.

Shino merasa jika Kentaro punya maksud lain berada di sini, selain karena Kentaro memang tidak ada kegiatan lain.

"Biarkan aku memberitahu anggota keluargamu yang lain tentang keadaanmu saat ini, Chibi," ucap Kentaro yang akan memanggil Burung Elang Penyampai Pesan untuk mengabarkan ke desanya Shino.

"Tidak ... jangan memberitahukan pada mereka tentang keadaanku saat ini, Ken! Kau harus berjanji! Ayahku sudah kerepotan mengurus seluruh warga desa, aku tidak ingin dia kepikiran tentang keadaanku juga," ucap Shino.

Kentaro bukan orang yang lembut dan akan menuruti permintaan semacam itu. Tapi, melihat mata Shino yang berkaca-kaca, wajah pucat, bibir putih ... Kentaro yakin pasti Shika Tatsuya tidak ingin melihat anaknya dalam keadaan seperti ini.

To be continued ....