webnovel

Ayah sang Anak

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Tatapan Natalie seketika berubah menjadi ganas dan menakutkan. Semua orang memberi selamat kepada Natalie dan tak henti-hentinya mengutuk serta memaki wanita gemuk itu. Berani-beraninya Sheila, jalang kecil ini, mengatakan bahwa Valerie adalah seorang wanita cantik?

Natalie meremehkan Sheila dan mendengus, "Huh!"

Ketika Natalie hendak memberikan foto itu kepada Sheila, tiba-tiba sebuah tangan yang ramping dan putih terulur mengambil foto itu.

Mata Valerie membelalak lebar. Dia mengumpulkan semua foto itu menjadi satu dan dibentuk menjadi bola. Lalu, dia menjambak rambut Natalie dengan kasar. Tepat saat Natalie membuka mulutnya, Valerie langsung memasukkan bola kertas itu dengan paksa ke dalam mulut Natalie.

Tindakan itu dilakukan Valerie dengan sangat cepat.

Natalie langsung bereaksi ketika merasakan rasa tidak enak dan pahit di dalam mulutnya. Saat dia ingin memuntahkannya, dia mendengar suara rendah dan dingin, "Natalie, semoga kau jera!"

Sekujur tubuh Natalie seketika membeku. Dia tidak bisa melakukan gerakan sama sekali. Natalie menatap seorang gadis itu seolah-olah sedang melihat hantu.

Gadis itu mengenakan kemeja putih yang sederhana dipadukan dengan celana jeans. Baik kaki maupun pinggangnya terlihat ramping. Rambutnya dikuncir kuda dan beberapa helai rambutnya menyentuh leher. Kulitnya seputih dan sehalus porselen.

Gadis itu tampak mempesona. Benar-benar merupakan seorang wanita cantik! Namun, suara gadis ini sangat tidak asing di telinga Natalie...

Melihat situasi ini, tamu yang lain segera menghampiri Natalie. Mereka berkumpul dan berkerumun. Lalu, seorang pemuda mengerutkan keningnya dan bertanya, "Hei, Cantik, siapa kau? Natalie adalah calon istri Tuan Muda Steven Gunawan! Kau tidak takut menyinggung keluarga Gunawan?"

Valerie mengabaikan pertanyaan pemuda itu dan membantu Sheila bangun. Saat melihat kondisi mata Sheila yang memerah tapi tidak terlalu terluka serius, Valerie berbisik, "Pergilah dan segera bilas matamu dengan air."

Sheila menggigit bibir bawahnya dan bertanya dengan ragu, "Apakah kau Kak Valerie?"

Valerie menjawab dengan tegas, "Benar."

Suasana tempat itu seketika menjadi hening tak bersuara. Semua orang yang hadir di tempat itu tercengang dan menatap Valerie dengan pandangan tidak percaya. Seseorang tanpa sadar berkata, "Seorang yang tadinya gemuk luar biasa, sekarang jadi begitu ramping?"

Tatapan mata semua orang yang ada di tempat itu lagi-lagi tertuju kepada Natalie. Sebenarnya, Valerie cukup baik karena dia selalu bangga dengan penampilannya. Namun, sepertinya berdiri di samping Natalie adalah hal yang membosankan.

Tatapan mata orang-orang itu seolah membuat Natalie merasa ditampar dengan sangat keras. Wajahnya mulai memanas, tak bisa menahan tekanan yang ada di depannya.

Natalie sengaja memanggil Valerie untuk pulang dengan rencana akan membatalkan pernikahan wanita gemuk itu di pesta ulang tahunnya dan membuat semua orang tahu bahwa dirinya jauh lebih cantik daripada Valerie. Namun, sekarang Natalie sudah seperti seorang badut yang siap ditertawakan.

"Ada apa?" tanya Harry sambil datang mendekat dan berjalan bersama istri keduanya. Dia terkejut bukan main saat melihat sosok Valerie, lalu bertanya untuk memastikan, "Valerie?"

Harry tertegun dan berkata dalam hati, Mengapa putri sulungku bisa terlihat sangat cantik setelah berhasil menurunkan berat badannya?

Mata Natalie berkilat-kilat saat melihat situasi ini. Tiba-tiba dia menangis tersedu-sedu, mengeluarkan foto yang ada di dalam mulutnya, dan berkata "Kakak, aku tahu Steven membatalkan pernikahan denganmu. Hal itu membuatmu benci dan kau terus memukulku, kan?"

Suara tangisan Natalie membuat Harry tersadar dari lamunannya. Dia mengulurkan tangannya, lalu bersiap menampar Valerie dan membentaknya, "Valerie! Steven membatalkan pernikahan denganmu karena kau sudah hamil sebelum menikah! Apa hubungannya dengan adikmu?"

Hati Valerie membeku seketika itu juga. Lima tahun lalu, dia patah hati karena kekejaman ayahnya yang temperamen ini.

Awalnya, Valerie ingin menghindari tamparan dari ayahnya. Tapi, dia tak menduga bahwa ibu tirinya, Liliana Santoso, melangkah maju dan menghentikan Harry, "Sudahlah, Harry. Ada begitu banyak orang yang menonton. Jangan lupakan bisnismu."

Harry tersadar setelah mendengar perkataan Liliana. Satu kata terngiang di benaknya, Bisnis… 

Harry berusaha keras menekan amarahnya dan berkata, "Ikut aku naik ke atas!"

....

Harry, Liliana, dan Natalie duduk bersama di ruang belajar. Sementara, Valerie duduk tepat di seberang mereka bertiga. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa. Kelopak matanya agak tertutup. Valerie terlihat seperti menantang dan memendam perasaan dendam, tapi orang yang mengenalnya pasti tahu bahwa dia hanya sedang mengantuk.

Harry langsung membuka topik pembicaraan mereka. "Valerie, keluarga Gunawan sudah setuju untuk membatalkan pernikahanmu, sedangkan adikmu juga akan menikah dengan putra keluarga Gunawan itu. Hari ini adalah hari ulang tahun adikmu, jadi lebih baik jika kau bisa memberinya mahar dari perusahaan ibumu sebagai hadiah ulang tahun."

Natalie terlihat tidak sabar. Dia langsung melanjutkan kata-kata ayahnya, "Kau hamil sebelum menikah dan kau sudah membuat malu keluarga kita! Selama bertahun-tahun, keluarga kita sudah menjadi bahan ejekan banyak orang! Sekarang, berikan aku mahar dari perusahaan sebagai kompensasinya!

Harry langsung melemparkan surat kontrak yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan berkata dengan nada dingin, "Ini surat kontrak pengambilalihan perusahaan, tolong kau tanda tangani!"

Valerie hanya memandang surat kontrak itu dengan dingin. Jelas-jelas bahwa keluarga Sunyoto yang tidak ingin membatalkan pernikahan. Sebaliknya, keluarga Gunawan setuju membatalkan pernikahan karena suatu alasan. Sekarang hal ini menjadi kesalahannya?

Selain itu, semua milik keluarga Sunyoto adalah peninggalan ibu Valerie. Apakah mereka tidak sadar bahwa mereka sudah pernah menempati rumah dan bahkan perusahaan? Keserakahan yang tak terpuaskan adalah kejahatan.

Valerie melebarkan kelopak matanya dan berkata dengan nada tegas dan dingin, "Tidak bisa."

Natalie seperti seekor kucing yang ekornya diinjak. Dia berteriak dengan lantang dan tajam, "Valerie, apa maksudmu?"

Valerie menatap ke arah luar. Malam sudah semakin larut. Dia ingin tidur bersama Jenny.

Valerie akhirnya membuka suara, "Boleh saja membatalkan pernikahan, tapi untuk mahar? Tidak." Setelah Valerie mengucapkannya, dia langsung berdiri dan beranjak berjalan ke luar.

"Valerie, berhenti!" Harry berteriak meraung, tapi Valerie menutup telinganya.

Ketika Valerie sampai di halaman, Natalie mengejarnya dan menghentikan langkah Valerie. "Valerie, apa maksudmu? Apa kau tidak mau berpisah dengan Steven dan tidak ingin membatalkan pernikahan?"

Valerie merasa kesal mendengarnya. "Minggir."

"Ternyata kau benar-benar berpikir begitu! Dasar kau tak tahu malu!" Natalie mengutuknya dengan penuh rasa marah.

Natalie mengulurkan tangannya dan menampar wajah Valerie dengan arogan. Tentu saja Valerie tidak tinggal diam dan langsung meraih pergelangan tangan Natalie.

Natalie tak bisa melepaskan cengkeraman tangan Valerie dan memberondongnya dengan kata-kata kasar, "Kuberi tahu kau! Jangan kira karena kau sekarang sudah berubah menjadi cantik, kau bisa membuat Steven merubah keputusannya. Tak peduli dengan apapun juga, dia tidak akan menikahimu yang sudah hancur! Oh, ngomong-ngomong, kenapa kau tidak membawa pulang anak harammu itu?"

Plak!

Valerie menggunakan kekuatannya dan memukul punggung Natalie. Kelopak mata Valerie terbuka lebar, layaknya iblis yang baru saja keluar dari neraka.

"Jenny bukan anak haram! Jika lain kali aku mendengarmu bicara sembarangan seperti ini lagi, jangan salahkan aku karena aku tidak akan ragu-ragu untuk memberimu pelajaran!" Valerie memperingatkan dengan tegas.

Setelah mengatakan ini semua, Valerie membalikkan badannya dan pergi. Sementara itu, Natalie merasa pipinya sangat sakit. Bola matanya melebar karena terkejut. Dia begitu takut sehingga dia tak bisa menangis.

….…

Gemerlap lampu neon menghiasi malam hari di kota Jakarta. Valerie duduk di dalam taksi dengan mata tertutup. Berkas cahaya yang menerpa wajahnya tampak berkedip-kedip, membuat suasana saat itu seperti seseorang yang sedang kesepian.

"Ayah biologis anak itu tidak diketahui… Anak haram!"

Kata-kata ini sangat menghantui Valerie dan membuatnya menghela napas kecewa. Bagaimana kronologis kehamilannya lima tahun lalu hingga melahirkan Jenny masih menjadi sebuah misteri. Dia tidak tahu siapa ayah kandung Jenny.

"Sudah sampai," kata-kata yang diucapkan supir taksi itu membuyarkan lamunan Valerie.

Saat Valerie baru saja keluar dari taksi dan hendak masuk ke dalam hotel, barisan pengawal mendadak menghentikan Valerie dari arah samping.

Orang-orang yang menghentikan Valerie berbisik-bisik, "Hari sudah begitu larut. Untuk apa Direktur Hartono keluar?"

"Kudengar Tuan Muda ingin makan kue mousse."

Valerie mengulurkan tangannya untuk menutupi mulutnya yang menguap lebar. Dia melihat sesosok pria bertubuh tinggi dan terkesan sangat terhormat. Pria itu sedang menggendong seorang anak kecil berusia lima atau enam tahun dan berjalan keluar dari lift.

Pria itu berjalan ke depan tanpa menyipitkan atau mengedipkan mata. Namun, ketika dia melewati Valerie, langkahnya tiba-tiba terhenti. Dia menatap Valerie dengan sangat dalam dan mendetail, lalu berkata dengan suara rendah, "Nona Valerie Sunyoto..."

Valerie saat itu sedang menguap dan menghentikan langkahnya.