1 Chapter 1 ( Kehidupan di Akademi bagian I 'Pengenalan' )

Beberapa hari setelah diriku berada di ruang penyembuhan Akademi, diriku pun diperbolehkan untuk meninggalkan ruang tersebut, dan saat itu juga adalah kedua kalinya pertemuanku dengan Nao.

"Hai" ucap Nao

Aku tidak membalasnya, tapi itu bukan dikarnakan aku tidak bisa membalas, tetapi aku terkagum dengan paras Nao yang indah pada hari itu, membuat jantungku berdetak lebih cepat dibanding biasanya...

"Hei, kau benar-benar sembuh, kan?" katanya lagi dengan indikasi menanyakan juga ekpresi cemberut karna tidak mendapat jawaban.

"Ah, iya, aku benar-benar sembuh untuk saat ini, jadi, apakah saat ini juga diriku akan bertemu dengan Kepala Akademi?" begitulah balasanku dengan terbata-bata.

"Tidak, kepala akademi berkata padaku untuk memperkenalkan lingkungan sekolah kepada dirimu terlebih dahulu" katanya yang kemudian mengalihkan pandangannya.

"Mengapa harus demikian? bukankah lebih baik diriku bertemu dengan Kepala Akademi secara langsung?" begitulah tanyaku pada Nao.

Aku bingung, dan tidak tahu alasan mengapa Kepala Akademi malah memberiku kesempatan untuk berjalan-jalan terlebih dahulu baru bertemu dengan dirinya.

"Huft, apakah kamu bodoh?" tanyanya

Hal itu membuatku semakin heran, mengapa dan kenapa.

"Beberapa hari lalu, murid terbaru Akademi telah mengalami hari-hari masa pengenalan, sedangkan dirimu hanya terbaring sendirian di Ruang Penyembuhan Akademi, jika demikian, bagaimana caramu tahu lokasi-lokasi dan struktur bangunan diakademi ini?" lanjutnya.

"Itu... masuk akal" balasku tanpa bisa berkata-kata lagi.

Perjalanan pengenalan Sekolah pun dimulai, awal mula Neo mengajakku pergi ke Taman Akademi, yang dimana Taman ini dipenuhi oleh tanaman yang sangat indah, bahkan juga memiliki bunga langka dalam jumlah banyak, seperti misal Edelweis, dan berbagai macam lainnya.

"Bagaimana cara bunga-bunga ini tumbuh dalam jumlah banyak?" tanyaku pada Neo.

"... Tidak tahu, mengapa dirimu menanyakan hal yang tidak berguna itu padaku?" jawabnya dengan nada dingin.

"Ah... Apakah saat masa pengenalan tidak ada satupun yang mempertanyakannya?" tanyaku lagi.

"Tidak ada, semua hanya terdiam, kemungkinan mereka masih merasa takut dengan Aura luar biasa yang dikeluarkan oleh bangsawan itu" jawabnya lagi.

"Aku merasa aneh denganmu, mengapa dirimu sama sekali tidak ketakutan akibat aura itu" lanjutnya juga tanyanya

Seketika itu, diriku pun terdiam, tidak membalas dalam beberapa detik, akan tetapi setelahnya diriku pun bertanya kembali kepadanya.

"Bukankah kamu juga seperti itu?" tanyaku.

Setelah menanyakan kedua pertanyaan yang sama, kita berdua pun terdiam tidak bisa berkata-kata, kita hanya saling memandang satu sama lain.

Disaat kita saling memandang, tanpa kita sadari ada ruang yang terdistorsi, dan itu tepat berada dibelakang Nao, akibat ruang yang terdistorsi itu, terciptalah monster yang disebut De Void, monster itupun langsung menebas tangan Nao dengan mewujudkan pisau tajam pada tangannya.

Tapi, aku menyelamatkannya, menteleportasikan Nao ke belakangku, hanya saja tangan yang terpotong itu tidak terelakan, menyisakan tangan kanan Nao itu sendiri.

"Sakit..." kata Nao.

Dirinya tidak merengek, hanya berkata bahwa serangan itu sakit saja, tapi akibat hal itu juga, dirinya mengalami pendarahan yang parah, membuatnya terjatuh pingsan tanpa dapat berkata-kata lagi.

Aku membalikkan badanku, menolong Nao yang terjatuh sambil bersimbah darah itu, juga mengeluarkan air mata.

"Nao!!!" kataku dengan lantang, berharap Nao membuka matanya.

Akibatnya, pertahananku terbuka, mereka pun mendekatiku dan mencoba menusukku dengan pedang dari belakang...

"Khya-Khya!" kata salah satu monster itu, yang berarti "Kau mengabaikan kita, Manusia!"

Mereka tidak hanya satu, melainkan ada dua monster De Void pada waktu bersamaan, walau ukuran mereka hanya setinggi Goblin, tapi tetap saja mereka memiliki energi yang sangat kuat, bukan sekedar energi biasa akan tetapi sebuah kekuatan yang memiliki potensi lebih kuat dibanding energi.

Mendekatiku, dan menusukku, itulah yang hendak mereka lakukan, akan tetapi itu tidak terjadi, tanpa sadar, atas ketakutan itu, diriku menciptakan sebuah portal yang menteleportasikan mereka ke tempat lain.

Setelah aku tidak merasakan energi mereka, aku pun berbalik badan, dan melihat tidak ada satupun De Void yang ada ditempat ini, aku tidak tahu apa yang terjadi saat itu juga, aku tidak tahu siapa yang membuat mereka menghilang.

"Dimana mereka?" gumamku.

Tapi aku tidak mempedulikannya lagi, aku membawa tubuh Nao serta tangannya yang terpotong itu, menggendong Nao ke Ruang Penyembuhan saat itu juga.

"Tolong, selamatkan dia" kataku kepada guru beratribut penyembuh di Ruang Penyembuhan.

"?! Apa yang telah terjadi? mengapa wanita ini bersimbah darah juga tangan kirinya terputus?" balasnya juga tanyanya dengan kebingungan.

Aku menjelaskan saat itu juga, secara rinci dan detail, juga bertanya mengapa banyak orang Akademi yang tidak menyadarinya, tapi anehnya guru beratribut penyembuh itupun menjawab, bahwa dirinya tidak merasakan keberadaan dari De Void sama sekali, sejak tadi.

Aku kebingungan, tapi aku tidak peduli lagi, karna ada nyawa penting yang harus diselamatkan pada saat itu juga.

"Baiklah, lebih baik dirimu menjelaskan permasalahan ini pada Kepala Akademi" katanya.

Aku ingat bahwa diriku akan bertemu Kepala Akademi esok hari, maka aku tidak perlu bingung lagi, aku bisa menanyakan pada esok hari, walau begitu aku tetap saja kesal, selain De Void mengganggu diriku berdua dengan Nao, mereka juga mengganggu perjalananku memahami struktur Akademi ini, mengakibatkan diriku harus memahami ini sendiri lagi.

Akupun keluar dari Ruang Penyembuhan Akademi, keluar dari Akademi dan pergi ke taman bunga yang tadi ku datangi bersama dengan Nao, lalu aku menghadap ke atas, melihat sinar cahaya yang sangat terang sambil sedikit menutupnya dengan dua jari tangan kananku.

"Takdir, apakah sedari awal kau memang membenciku?" kataku saat itu juga.

Aku meneteskan air mata, tetapi juga tertutupi akibat sinar matahari yang menguapkan air mata yang keluar itu.

Saat aku sendirian, seseorang dengan aura yang sangat kuat menghampiriku dari belakang, tidak ada hawa membunuh darinya, akan tetapi atas ketakutan yang pernah kurasakan sebelumnya, tubuhku secara tidak sadar pun bergerak menjauh dari energi itu.

Setelah meloncat untuk menjauh dan membalikkan badan, aku tidak melihat siapapun disana, aku hanya melihat sebuah titik petir, seperti seseorang telah meninggalkan partikel itu.

Tidak selang lama, pundakku pun terasa seperti ada yang memegangnya, membuat pergerakanku terhenti akibat dorongan gravitasi dari sesuatu yang memegang pundakku.

"Ugh!-" ujarku kesakitan.

Tidak kuat menahan Gravitasi yang sangat sangat menekan itu membuat diriku terjatuh, dan secara keras menghantam tanah.

"Kau! Kau yang menyakiti Nao, Kan!!" katanya dengan emosi.

"Rasakan ini rasa sakit yang setara dengan apa yang dirinya rasakan!" lanjutnya

Tulang-tulang pada tubuhku patah, aku tidak bisa berbalik untuk melawannya, disini orang yang tiba-tiba menyerangku sangat mendominasi.

"Kekuatan Petir, Tarikan Gravitasi secepat petir!"

Informasi: maksudnya adalah, orang tidak dikenal itu menggunakan kekuatan yang dimana gaya tarikan gravitasinya adalah sama dengan kecepatan petir, untuk mengkesimpulkan hasilnya kita hanya perlu menkonversikan kecepatan petir menjadi gaya tarikan gravitasi. pertama kita harus tahu berapa cepat petir itu sendiri, dengan indikasi yang ada dapat diketemukan bahwa kecepatan petir adalah 150.000 km/detik, tinggal kita ubah ke m/s maka bisa dikesimpulkan kecepatan petir mencapai 150000m/s dengan kata lain tarikan gravitasinya bahkan lebih kuat dibanding gaya gravitasi bumi yang hanya 10m/s (pembulatan dari 9,807m/s) dan itu juga menyebabkan pergeseran lempeng bumi

Kehancuran Akademi pun tidak terelakan, juga menciptakan banyaknya distorsi ruang dan waktu didaerah Akademi.

"H-H-H-Hentikan..." kataku terbata-bata.

Dia tidak mendengarkan apa yang kukatakan, dia terus-terus saja menyerangku, tanpa ampun, bahkan memukuliku terus menerus juga dengan meneteskan mata.

"Sialan!" katanya

Tiap dirinya berkata Sialan, dirinya memukulku dan memukulku, bahkan kekuatan pukulannya adalah 6 lapis yang bersifat energi juga atau bisa dibilang tidak hanya fisik, hal ini disebabkan oleh kekuatan miliknya yaitu Tramsmutation of Lightning.

Tidak lama kemudian, dirinya menghentikan serangan yang dirinya lontarkan bertubi-tubi pada diriku. Dirinya pun langsung menoleh kebelakang.

"Siapa disana!" katanya.

Tak lama setelah apa yang dirinya katakan, awan Cumulonimbus yang ada disekitar aku dan dirinya pun ditiadakan dengan mudahnya, padahal itu adalah sumber kekuatan dari orang tidak dikenal yang menyerangku.

"Huff, hentikan kalian berdua" kata seseorang

Itulah perkataan yang terdengar dibalik asap tebal akibat kehancuran awan petir, energi yang kuat mentiadakan energi yang lemah, itulah yang terjadi saat ini.

Informasi: awan petir mengarah ke awan Cumulonimbus.

avataravatar
Next chapter