webnovel

Chapter 0.2 - Laboratorium Ilegal

Penelitian berjalan dengan khidmat, para ilmuwan mengernyit akan kesalahan untuk beberapa kali, selebihnya berjalan mondar-mandir sambil menatap sesekali pada subjek yang sedang berlangsung.

Shinku melihat para ilmuwan yang sedang kasak kusuk itu. Dia bungkam dengan pikirannya berkecamuk.

"Kau ketakutan melihat percobaan kali ini?" tanya Densuke, tiba-tiba.

Shinku mengalihkan pandangannya. Dia mengangguk pada profesor itu, lalu menundukkan pandangan.

"Saya tidak takut melihatnya, tapi saya takut akan hasilnya, profesor," jawabnya.

Dengusan keluar dari mulut Densuke. Tatapan tidak suka pun muncul.

"Kau takut akan hasil yang gagal, tapi kau tahu bahwa gagal itu awal dari kesuksesan."

Kata-kata tersebut seakan sedang menampar Shinku, membuat wanita berambut coklat itu semakin dalam tundukannya.

Densuke berbalik. Ia tidak peduli dan berjalan mendekati meja yang penuh dengan tabung reaksi.

Diambilnya suntikan dari atas meja tersebut, lalu dia menarik isi yang ada di dalam tabung reaksi itu. Dengan telaten ia mencampurkan larutan-larutan yang merubah warnanya menjadi merah darah.

"Profesor," panggil Shinku. "Pada percobaan kali ini, kenapa kita menggunakan Larutan Energy Parasyte?"

Bukannya senang pada pertanyaan anak didiknya, Profesor Kazetani membelalakkan matanya.

"Apa yang sudah kau pelajari selama berada di labor ini, Asisten Kyoukutei?" tanya Densuke.

Tatapannya tajam, seakan sedang mengintimidasi Shinku.

"Kau masih ingat tujuan laboratorium ini didirikan?"

Shinku menjawab dengan anggukan. Dia menarik nafas, mencoba untuk tenang.

"Mencari keabadian dunia dan menghindari neraka," jawab Shinku dalam sekali tarikan nafas.

Mendengar jawaban Shinku masih membuat Densuke tidak senang. Tatapannya masih mengintimidasi Shinku.

"Kenapa kita memilih manusia tidak berguna?" tanya Densuke, lagi.

Shinku terdiam. Dia gelagapan dengan pertanyaan profesor kali ini, sehingga membuat Densuke semakin tidak senang.

"Kau tidak bisa menjawab?"

"Manusia tidak berguna dilakukan percobaan agar mereka berguna di kalangan manusia lagi. Keabadian itulah yang akan membawa mereka ke dalam kejayaan," jelas Shinku.

Densuke mengangguk mendengar perkataan Shinku. Meskipun raut wajahnya tidak kembali ceria, setidaknya tatapan intimidasi itu telah menghilang.

"Cukup bagus. Tapi, kau hanya mengucapkan apa yang tertulis di buku, bukan apa yang sebenarnya kau pahami," tutur Densuke.

Pandangan Densuke beralih pada subjek yang meronta-ronta untuk dilepas. Langkah kakinya kini berjalan mendekati pemuda tersebut.

"Penelitianmu tentang manusia cukup membuatku tertarik, bahkan kau sudah melakukan uji coba …."

"Uji coba tenaga nuklir menggunakan besi alam untuk membangkitkan kekuatan yang telah ada dalam diri manusia, profesor," sambung Shinku yang tampaknya Densuke tidak ingin akan penelitiannya lagi.

Pria tua itu mengangguk. Dia tidak menoleh pada Shinku.

"Ya, tapi sayangnya gagal," tambahnya.

Jawaban yang cukup menyakiti hati Shinku Kyoukutei.

Pada akhirnya, Shinku menunduk seraya menerima kenyataan pahit yang baru saja dikatakan Densuke. Pria tua yang terobsesi pada kata abadi itu mengangkat wajahnya.

Matanya menatap senang pada pemuda yang merintih kesakitan itu.

"Saatnya memberikan Larutan Energy Parasyte padanya," tutur Densuke.

"Tapi, prof– dia mengalami pendarahan hebat," cegah Shinku.

Densuke melirik Shinku melalui sudut matanya.

"Kau sudah lupa siapa aku? Jika tidak mencoba, maka kita tidak tahu hasilnya."

Tangannya yang memegang suntikan yang berisi Larutan Energy Parasyte. Diangkatnya suntik tersebut, tapi lagi-lagi Shinku mencegatnya dengan tampang khawatir.

"Apa kita tidak perlu memberinya suntik penenang terlebih dahulu, profesor?"

"Untuk apa? Menggunakan itu membuat waktu terbuang dan bisa saja mereka sudah menunggu diluar," jawab Densuke, sinis.

"Larutan ini berbahaya, tapi dia pasti akan mudah beradaptasi," sambungnya.

Shinku mengerutkan kening. Dia menatap pemuda yang diikat seperti hewan, lalu menatap pria tua yang selalu berjalan dengan punggung membungkuk. Shinku mengalihkan pandangan secara bergantian hanya untuk melihat dua orang dengan nasib yang berbeda tersebut.

"Tapi–"

"Tidak ada yang perlu kau takuti, Asisten Kyoukutei. Dia tidak akan mudah mati hanya dengan jenis larutan seperti ini. Semuanya berhasil dilalui, apalagi dengan larutan macam ini. Aku yakin, kalau dia bisa melaluinya dengan mudah."

Begitu yakin Densuke Kazetani mengatakannya pada Shinku. Membuat Shinku harus menahan napas setiap kali melirik pemuda yang semakin berteriak sejadi-jadinya.

Larutan Energy Parasyte sudah jelas berbahaya bagi tubuh manusia. Selama ini, tidak ada yang mampu melewati bagian tersebut dan berakhir dengan mati.

'Jika memang dia bisa bertahan dari larutan-larutan berbahaya selama ini ….'

Shinku mengernyit. Sorot matanya menjadi penuh kekhawatiran.

'Aku harap dia juga bisa selamat dari uji ini.'

Melalui sudut mata, Shinku melirik Densuke yang kini mengambil langkah kaki menjauh. Profesor tua itu sekarang disibukkan dengan alat-alat pereaksi yang ada di atas meja– di hadapannya.

Pada kesempatan itu, Shinku menjatuhkan pandangan pada pemuda yang kini terlihat tidak sesakit tadi.

'Tampaknya, dia berhasil melalui proses pertama,' pikir Shinku.

Tangannya memegang rantai yang menarik kedua kaki pemuda tersebut. Pemuda dengan rambut hitam, wajah lusuh tapi tetap terlihat ketampanannya, mata tajam itu memicing dan keningnya mengerut. Peluh keringat membuat Shinku menggertakkan gigi.

Shinku berbalik. Dia tak ingin berlama-lama hanya untuk menatap pemuda yang sempat membuatnya jatuh hati.

"Ini akibat kau tidak mendengar perkataanku," ucap Shinku dengan nada dinginnya.

Dia melangkahkan kaki untuk menjauh dari pemuda tersebut, matanya tertuju pada larutan berwarna bening yang ternyata tertulis tulisan asam klorida– salah satu asam kuat.

Namun, selang beberapa waktu, Shinku mengangkat wajahnya. Dia mengalihkan pandangan dan menatap pintu tempat ia memasuki labor ini.

Instingnya mengatakan bahwa akan ada sesuatu yang akan datang melalui dentuman setelah ini, tapi dia tidak yakin akan hal itu hingga sanggup membuat keningnya semakin mengerut.

NGUUNG!

Sirine kembali berbunyi dan ini sudah kesekian kalinya peringatan yang berbahaya itu berdengung.

Tak lama kemudian, terdengar bunyi dobrakan disertai hantaman yang berasal dari luar laboratorium. Bunyi tersebut menggetarkan bangunan, membuat orang-orang yang ada di sekitar Shinku menjadi panik.

Shinku melihat ke sekeliling dan menyaksikan bahwa sebagian dari ilmuwan bergegas keluar, tapi begitu mereka keluar, sangat naas mereka berakhir dengan ditahan oleh orang-orang yang mengenakan pakaian serba putih.

Mata shinku pun melebar menyaksikan orang-orang berpakaian serba putih dan membawa senjata memasuki labor yang memiliki pengamanan yang ketat.

'Ke mana penjaga tadi!?' pikir Shinku. 'Tidak mungkin dia kalah, 'kan?'

Dugaan Shinku benar bahwa satu orang yang menjaga labor ini tidak akan cukup untuk menjaga dari orang-orang berpakaian serba putih tersebut.

"Profesor!"

Shinku terus mencari keberadaan profesor. Tapi, yang didapatinya hanyalah orang-orang tersebut.

Berdecak kesal, Shinku pun berlari menuju lemari asam yang ada di dekatnya.

"Bagaimana bisa Para Strix berhasil masuk ke tempat ini!?"

Suara Densuke berhasil menarik perhatian Shinku yang tadinya mencoba mencari cara untuk melindungi larutan-larutannya.

Para Strix– mereka berasal dari Organisasi Strix yang berada di bawah pengawasan pemerintah secara langsung.

Para Strix mengenakan pakaian serba putih, dengan masker yang berwarna hitam membuat masker itu mencolok. Kacamata yang mereka gunakan membuat mata tajam mereka tersamarkan dan di setiap tangan, terdapat senjata api yang mampu melumpuhkan para ilmuwan.

Para Strix mengambil langkah cepat dengan melempar gas air mata. Para ilmuwan yang ada di dalam terjebak dan menjerit kesakitan akan gas air mata yang begitu tinggi dosisnya– kemungkinan, bisa saja membuat mereka buta.

"Kepada semua orang yang ada di dalam labor, diharap untuk menyerahkan diri ke Organisasi Strix! Kami telah mengepung kalian!"

Salah satu dari Para Strix berseru, membuat ilmuwan ilegal itu menjadi panik. Konsentrasi mereka sekejap buyar dan beberapa sudah berlari tidak tahu arah hanya untuk mencari tempat berlindung. Sedangkan yang tersisa bergegas untuk mencari senjata yang pantas untuk melawan Para Strix.

"Dasar manusia bodoh," hujat Densuke. "Berani sekali mereka mengancam seperti itu. Dikiranya labor ini sama seperti labor mereka, huh!?"

Densuke terus menggerutu sambil mengambil langkah untuk terus melanjutkan eksperimen kejamnya.

Disuntikkannya Larutan Energy Parasyte yang berwarna merah itu pada tubuh seorang pemuda yang tangan dan kakinya diikat oleh rantai.

"AKH!!!"

Pemuda itu menjerit kesakitan ketika larutan itu telah memasuki tubuhnya. Urat di tubuhnya muncul dan terbentuk gelembung tidak jelas di tempat yang ditusuk.

Ilmuwan lainnya yang memperhatikan perubahan pada pemuda itu bersorak.

"Su– subjek mulai bereaksi!"