webnovel

Gaya Bambang

Aku mendapat panggilan dari markas jika hari ini ada transaksi jual beli, aku sudah memperingatkan mereka untuk tidak memberi tahu tentang Glock 45.

Karena tidak yakin dengan anggotaku, aku bergegas ke gudang dan berangkat bareng dengan mereka.

Hari ini aku dan bagus menggunakan mobil Buggati, akhirnya mobil ini bisa keluar juga dari garansi, karena sejak pertama kali beli mobil ini belum pernah aku kendarai.

"Wow.. akhirnya bisa menikmati mobil Buggati walaupun bukan punya gue," ucap Bagus yang mengambil kunci mobil ditangan ku.

"Hati-hati Lo bawanya, jangan sampai mobil gue lecet."

"Aman bro."

Bagus mengendarai mobilku dengan sedang tetapi jika sudah sepi dia akan menancapkan gasnya. Dapat dikatakan jika Bagus sudah gila karena perjalan dari rumahku ke gudang itu butuh waktu 45 menit, sedangkan saat ini hanya butuh 20 menit untuk sampai ke gudang.

"Lo pulang naik taksi," ucapku terburu untuk mengeluarkan sesuatu dari mulut.

"Kenapa gue harus naik taksi, kan bisa pulang sama Lo."

"Itu hukuman buat Lo karena sudah bikin gue mual."

Setelah mengatakan itu aku langsung menuju gudang tanpa peduli dengan Bagus yang sedang protes di belakang. Sebenarnya tidak tega membiarkan dia naik taksi tapi harus bagaimana, dia sudah keterlaluan jika sudah berkendara.

"Bos ini barang yang akan kita perjual belikan," beritahu tegar.

Aku mengecek barang apa saja yang akan kami jual. Semuanya aman kecuali salah satu kotak yang menarik perhatianku.

"Itu kotak apa?"

"Itu hanya satu senjata api bos," Ucap salah satu anggota.

"Mengapa tegar tidak memberi tahu saya jika ada senjata api lainnya yang akan di jual?" Tanyaku padanya.

Dia terlihat gemetar setelah aku bertanya, hal ini membuatku penasaran.

"Tolong bawa kemari kotak itu," perintahku.

Dia semakin gemetar dan beberapa keringat keluar dari keningnya, ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Untuk mengetahui apa yang sedang di sembunyikannya aku membuka kotak itu.

Dasar gila, barang yang sudah ku katakan untuk tidak diperjualbelikan, kenapa bisa ada di kotak ini? Aku menatapnya dengan tajam dan mengatakan kepada yang lain untuk menunda keberangkatan.

"Tunda keberangkatan kita untuk menjual barang ini, saya ingin berdiskusi dengan tegar."

Aku pergi meninggalkan mereka semua, tetapi sebelum itu aku menarik tubuh salah satu anggota ku yang sudah berbohong.

"Itu si Bambang kenapa?" Tanya Bagus kepada yang lainnya.

"Sepertinya Eric sedang membuat masalah, ia menyembunyikan Glock 45 untuk di jual."

"Terus itu mau dibawa kemana?"

"Katanya mau diskusi dulu sama bang Tegar, dan untuk transaksi di undurkan waktunya."

Aku dapat mendengar pembicaraan mereka, karena aku belum jauh berjalan jadi masih bisa mendengar pembicaraan mereka.

Sesampainya di ruangan tegar aku langsung melempar pria ini yang aku ketahui namanya Eric.

"Ada apa bos, bukannya semua senjata sudah diluar?" Tanya Tegar bingung.

"Kita tunda penjualannya karena ada barang yang kamu selundupkan."

"Saya tidak ada menyelundupkan apa-apa bos, memang apa yang saya selundupkan bos?"

"Bukankah saya sudah bilang untuk tidak menjual Glock 45, kita mendapatkan pistol itu sangat sulit dan kita hanya mendapatkan 10 buah. Lalu kenapa kamu menyelundupkannya?"

"Saya tidak pernah menyelundupkannya, saya menjual sesuai permintaan pembeli tetapi untuk pistol Glock 45 saya tidak berani menjualnya karena bos melarang itu."

Bagus masuk dengan membawa kotak berisi pistol Glock 45, "lalu ini pistol siapa yang menjualnya?"

Tegar terkejut setelah mengetahui bahwa pistol Glock 45 yang telah ia sembunyikan dari semua anggotanya, bisa berada di kotak penjualan.

"Siapa yang mengambil Glock 45 ini dari tempat biasa saya menyimpannya."

"Eric bisa kamu jelaskan maksud dari kotak yang berisi Glock 45 kepada saya dan juga Tegar."

Eric tidak dapat membuka suaranya iya sungguh takut, tubuhnya semakin gemetar dan ia hampir saja limbung. Bahkan Erik tidak berani menatap mata Tegar, tidak biasanya Eric melakukan hal seperti ini.

"Eric jawab saya!" Bentak tegar

"Maaf bos saya tidak bermaksud menyelundupkan senjata api itu, hanya saja saya sedang membutuhkan uang untuk perobatan adik saya jadi saya menyelundupkan pistol yang sudah disembunyikan."

"Bukankah bekerja dengan saya itu enak? jika kamu membutuhkan uang kamu bisa mengatakan semuanya kepada saya. Mengapa harus menyelundupkan benda itu atau jangan-jangan kamu musuh dalam selimut?"

Setelah mengucapkan perkataan itu Eric semakin ketakutan seolah-olah ia mengakui jika dirinya merupakan mata-mata.

"Tegar tolong kamu urus Eric biar saya yang mengurus senjata untuk kita jual."

Aku dan Bagus meninggalkan ruangan Tegar. Di luar aku memerintahkan kepada yang lainnya untuk segera memasukkan senjata-senjata itu ke dalam mobil.

Mobilku dan beberapa mobil yang membawa senjata meluncur ketempat pertemuan kami, cukup jauh dari gudang penyimpanan. Karena kami membuat titik temu yang jauh dari keramaian.

Kami sampai terlebih dahulu dari pembeli, tempat ini adalah gudang yang sudah lama tidak di pakai dan terletak dekat hutan jadi jarang orang yang melewati jalan ini.

"Dimana mereka," tanya Bagus tidak sabar.

"Kita tunggu beberapa menit lagi, jika mereka tidak datang maka kita kembali ke gudang."

Sepuluh menit kemudian datang beberapa mobil dimana mobil yang lain sedang mengawal mobil Audi R8, sudah dipastikan jika yan di dalam mobil Audi adalah bos mereka.

"Bam, itu siapa? Kenapa gayanya seperti di film-film yang perlu pengawal banyak," bisik Bagus.

Pria itu turun dari mobil Audi, pria yang kira-kira memiliki tinggi 180 dan berkulit sedikit gelap. Mungkin usianya sekitar 25 tahun.

"Hai.." sapanya dengan mengulurkan tangan.

"Hai," balasku

"Wow, sepertinya kamu sangat muda? Mengapa bukan bosnya yang turun langsung," tanyanya bingung.

"Apakah ada yang salah jika anak semuda aku bekerja dalam hal seperti ini? Jangan pernah merendahkan orang lain."

"Wow, kamu sangat berani anak kecil," ucapnya dengan mengelus rambutku.

Ahh.. pria brengsek ini sok berkuasa, jika tidak menjaga nama baik ayahku sudah ku pastikan pria ini tidak akan selamat.

"Boleh aku melihat barangnya?"

"Silahkan dilihat, semua ini sesuai dengan pesanan."

"Mengapa Pistol Glock 45 tidak ada? Bukankah bos kamu sudah mengatakannya."

"Maaf kami tidak menjual Glock 45, untuk mendapatkannya saja kami susah. Anda mendengar dari siapa jika kami memiliki Glock 45, sampai saat ini kami masih mencari penjual pistol Glock 45."

Aku membuat kebohongan, aku tidak ingin hanya karena satu barang akan terjadi baku hantam. Apalagi mereka sepertinya merendahkan diriku dan juga Bagus.

"Hei anak kecil jangan berani berbohong kamu," ucapnya menarik kerah bajuku.

Beberapa pengawal dan anggota bawaan ku siap siaga, terutama Bagus yang bersiap mengeluarkan pistol.

"Untuk apa saya berbohong," ucapku dengan menurunkan tangannya dan saat ini posisi berbanding terbalik, karena aku menahan tangan kanannya kebelakang.

Tidak lupa kuberikan ucapan yang manis, "jangan pernah meremehkan saya, jika ingin membeli silahkan bayar barang yang kami bawakan jika tidak ingin membeli anda bisa pergi meninggalkan kami."