webnovel

Bab 5 *Ketahuan*

Akhirnya langkah kaki Clarissa telah sampai di samping tubuh Danes yang sudah panik karena ponselnya terus saja berdering. Karena dari tadi dia tidak mengangkat telfon itu dan rasa curiga mulai menyergap di dalam hati Clarissa. Setelah mengamati gerak-gerik suaminya, akhirnya dia mengucapkan perkataan yang telah di pendamnya dari tadi.

"Kenapa tidak kamu angkat telfonnya Mas? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku? Kita sekarang sudah menjadi suami istri. Tidak baik saling menjaga rahasia kan? " tanya Clarissa dengan penasaran.

Seketika perasaan gugup dan keringat dingin mulai menyelimuti wajah Danes. Hatinya bingung ingin mengucapkan kata apalagi. Tetapi tidak ada pilihan lain kecuali berkata jujur pada istrinya. Barangkali Clarissa justru akan memberikan uang itu bahkan bisa lebih. Dengan wajah yang menunduk, akhirnya Danes mengangkat telfon itu yang tak lain adalah dari Pak Syamsul yang selalu menagih hutang padanya.

Dia sengaja mengeraskan suara telfon itu agar Clarissa ikut mendengar tetapi pandangannya masih menunduk karena masih ada rasa sungkan. Clarissa mendengarkan baik-baik setiap ucapan Pak Syamsul dan sekejap kedua matanya melotot ketika mendengarkan berapa nominal yang telah suaminya pinjam.

"Jadi, kamu mempunyai hutang satu milyar? Itu untuk apa Mas? Kita bahas nanti jika tamu sudah pulang semua! Aku permisi dulu, " sahut Clarissa yang langsung berlalu pergi tanpa perkataan lain.

Ada perasaan kesal pada hati Clarissa ada juga perasaan yang tidak enak dengan Danes. Dari pengalamannya mengenal beberapa lelaki dulu, ada pula hasil pengalaman dari temannya ataupun film yang pernah dia tonton, jika ada lelaki yang menikahi wanita dengan maksud tertentu, saat itu juga Clarissa sadar jika pernikahannya ini adalah dadakan. Dia berpikir, bisa jadi Danes adalah salah satunya. Dari sekarang dia akan mulai berhati-hati dan menyelidiki daei setiap perkataanya. Sedangkan Danes, yang tadinya berharap mendapat perhatian lebih dari Clarissa karena dia banyak hutang, ternyata dia salah. Justru istrinya itu meninggalkannya dengan perkataan yang dingin.

Waktu pun terus berjalan. Tamu undangan pun sudah pulang ke rumah masing-masing. Suasana rumah pun kembali seperti semula yang sepi dan sudah bersih dari sisa-sisa sampah karena hari ini juga langsung di bersihkan oleh asisten rumah tangganya yang berjumlah tiga orang dan dua tukang kebun. Dengan di temani Perawatnya, Bu Resty ikut berbincang sebentar dengan Danes dan Clarissa hanya untuk sekedar berbicara ingin segera menimang cucu.Namun, Clarissa hanya menuruti apa yang di ucapkan Ibunya dan berusaha untuk menutupi semua masalah Danes untuk tidak dia bicarakan di depan Ibunya. Dia akan menyelidiki sendiri mengenai masalah suaminya. Ketika Bu Resty sudah berlalu, tinggallah dirinya dengan Danes. Dengan segera dia menanyakan hutangnya yang sangat banyak tadi.

"Mas, coba katakan padaku! Untuk apa hutang sebanyak itu? Kenapa kamu tidak mengatakan dari awal jika mempunyai hutang yang banyak? " tanya Clarissa dengan kesal.

"Maaf Clarissa, aku takut jika kamu tidak mau denganku. Tapi, kamu mau membantu aku kan? Aku ini sekarang sudah menjadi suamimu. Sudah menjadi kewajiban istri yang membantu suaminya bukan? " tanya Danes dengan santainya yang membanggakan statusnya sebagai suami.

"Tidak! Aku tidak mau. Itu hutangmu, kan Mas? Bukankah uang istri bukan hak suami? " tanya Clarissa sambil meninggalkan Danes sendirian.

Danes tercengang mendengar perkataan Clarissa yang ternyata bukanlah wanita yang bodoh. Sambil mengacak rambutnya, Danes berusaha untuk berpikir lebih jernih. Pikirannya mulai kalang kabut. Yang sebelumnya di dalam pikirannya jika setelah menikah nanti dia akan hidup mewah, tetapi dia salah. Ternyata Clarissa lebih pintar darinya bahkan dengan entengnya mengucapkan kata "Tidak mau. "

Sedangkan Clarissa duduk di atas ranjangnya karena merasa sangat lelah dengan acara pernikahannya yang baru saja di laksanakan tetapi sudah mendapatkan kejutan yang tidak menyenangkan. Kejadian di masa lalunya membuatnya semakin berhati-hati dan selalu mencerna ucapan seseorang. Namun, entah kenapa dia bisa sampai menerima Danes dalam waktu yang singkat untuk menerima lamarannya. Bahkan, bukan cuma lamaran, tetapi juga langsung menerima tawaran pernikahan. Benar-benar dia merasa jika dirinya telah terjebak dengan rayuan Danes. Dia merencanakan mengamati gerak-gerik Danes jika nanti akan ada kemungkinan hal yang aneh lagi di setiap ucapannya. Setelah berpikir, akhirnya Clarissa merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Dalam hitungan menit, dia mulai memejamkan matanya.

Danes yang masih berada di ruang tamu pun langsung mengikuti Clarissa di kamarnya. Dia mendapati istri cantiknya yang sedang tertidur. Sesekali dia memandang seisi ruangan kamar Clarissa. Dia segera mencari benda berharga milik istrinya itu yang sekiranya bisa di jual. Akhirnya, dia menemukan sekotak perhiasan. Raut wajah Danes berubah menjadi gembira ketika dia mendapatkan benda yang dapat di jadikan uang.

"Wih, perhiasanmu banyak sekali, Clarissa. Kita suami istri. Tidak ada yang namanya mencuri milik istri. Perhiasanmu juga harus menjadi milikku. Mending aku simpan sendiri saja semua perhiasan ini, " gumam Danes dengan suara pelan sambil tangannya mengambil satu persatu perhiasan milik Clarissa dan di pindahkan ke dalam tasnya.

Setelah di rasa belum cukup,untuk membayar hutang dan juga biaya kehidupannya, Danes masih memikirkan cara lain untuk menguasai harta Clarissa. Karena dalam pikirannya, Clarissa pasti tidak akan mau mengalihkan semua hartanya kepada dirinya. Memberi uang saja tidak mau, apalagi memberikan harta yang melimpah ruah. Muncullah ide liciknya yang lain. Dia berencana melakukan aksi kejamnya yang ingin mencelakai Clarissa dengan cara memotong bagian rem mobil Clarissa. Namun, Danes tidak mengetahui jika Clarissa telah memasang kamera pengintai di dalam mobil dan juga garasi. Dia segera berjalan menuju garasi yang ada di lantai satu. Dengan langkah cepat, karena khawatir jika nanti istrinya terbangun, Danes segera memotong bagian rem pada mobil Clarissa dengan sempurna tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya.

Danes tahu jika hari ini adalah jadwal kontrol Ibu mertuanya. Pasti dia akan membawa mobil itu. Dengan segera, dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar Clarissa lagi dan berpura-pura tidur. Karena jika nanti, Clarissa bangun, dia tidak akan curiga jika dia telah mencuri perhiasannya dan juga telah memotong bagian rem mobilnya.

Waktu pun terus berjalan. Tak ada malam pertama layaknya seorang pengantin baru. Yang ada di benak Clarissa pun hanya sebuah penyesalan telah percaya pada lelaki yang baru di kenalnya dan saat ini ada di sampingnya sedang tidur. Ketika dia bangun, ternyata sudah menunjukkan pukul 19:00 WIB. Seketika dia tersontak kaget karena hari ini adalah jadwal kontrol pemeriksaan kepada Ibunya. Dia segera turun dan menuju ke kamar Ibunya yang di sana sudah ada Perawat yang sedang memijit bagian tubuh Bu Resty.

"Bu, maafkan aku. Seharusnya aku mengantarkan Ibu periksa hari ini. Tubuhku benar-benar capek. Aku ketiduran dari sore sampai malam begini," ucap Clarissa sambil melangkah dan duduk di samping Bu Resty.

"Tidak apa-apa Clarissa, kita bisa berangkat sekarang kan, lagian Klinik buka dua puluh empat jam. Kita bisa berangkat sekarang, dan jangan lupa untuk meminta izin keluar pada Danes ya, " balas Bu Resty yang tidak mengetahui jika Clarissa sangat kesal pada Danes.

Mendengar ucapan Ibunya, Clarissa hanya membalas jika sudah mendapatkan izin dari suaminya itu. Kini dia langsung membawa Ibunya ke luar dan mendorong kursi rodanya sampai di garasi mobil. Clarissa segera membantu Perawat untuk mengangkat tubuh Ibunya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah sudah siap, dia mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah berada di jalan tanjakan, mobil Clarissa pun kehilangan keseimbangan.

"Ibu! Remnya blong. Ini bagaimana Bu, jalannya pun turun. Ibu pegangan ya, aku akan banting setir ke kiri yang ada tanah kosongnya, " ucap Clarissa dengan panik.

"Ibu takut Nak, kok bisa ini bagaimana. Aduh, Ibu takut, " balas Bu Resty yang terus merengek karena ketakutan.

Setelah Clarissa berhasil banting setir ke kiri, ternyata di sana ada sebuah warung kecil dan akhirnya mobilnya pun menabrak warung.

"Braakk, " suara keras dari mobil Clarissa yang telah menghantam tembok teras warung.

Semua orang yang melintas langsung berbondong-bondong dan berkerumun di sekeliling mobil Clarissa.

Next chapter