1 Prolog Part 1

Sebuah siang hari di kota kecil bernama Jugson yang merupakan bagian dari Kota Kaltarvar.

Langit gelap tertutup oleh awan hitam tebal membantu suasana kota tidak terlihat seperti siang hari. Pertanda hujan deras akan segera turun.

Kota ini terlihat cukup sepi, seperti kota yang sudah ditinggalkan oleh para penduduknya. Tapi kenyataannya tidak, para penduduknya sedang bersembunyi di dalam rumah mereka. Pintu dan jendela rumah mereka tutup rapat.

Sepertinya ada sesuatu yang menghantui Warga untuk keluar rumah.

Satu-satunya tempat yang terlihat hidup di kota ini adalah bar yang letaknya berada di pinggir kota bagian Selatan. Tampak di depan bar ada belasan kuda dengan pelana yang terparkir memenuhi halaman depan bar. Pertanda jika di dalam bar ada banyak orang yang sedang berkunjung.

Seorang bocah laki-laki berjalan menuju bar tersebut. Badannya tidak terlalu besar, langkahnya kaku dan sedikit terburu-buru.

Rambutnya berwarna kuning kecoklatan. Tampangnya masih terlihat cukup muda, sepertinya dia masih berusia kisaran 15-17 tahun.

Dia mengenakan kemeja putih kusam dengan lapisan rompi kulit berwarna coklat, celana panjang coklat gelap dan sepatu boot hitam yang bagian bawahnya sudah berlumuran lumpur.

Wajahnya terlihat pucat seperti seseorang yang. kehabisan darah. Dia bernafas tidak beraturan, seperti orang yang akan bertemu dengan hantu.

Di tangan kanannya, dia menggenggam dengan kuat sebuah arit yang sudah sedikit berkarat.

Ketika sampai di depan pintu bar, dia berhenti sejenak. Dia mendengarkan suara tawa keras para pria di dalam sana. Dengan tergesa-gesa dia segera membuka pintu bar tersebut.

Pintu bar yang terdorong menarik perhatian para penghuni bar. Para pelanggan bar ingin melihat siapa orang bodoh yang berani masuk ke dalam bar di saat yang tidak tepat ini.

Saat ini bar dipenuhi oleh 23 orang prajurit bayaran yang terlihat kejam dan tidak ramah. Tampang mereka tidak ada yang terlihat bersahabat. Mereka semua memenuhi meja-meja yang berada di tengah bar.

Salah satu yang berbadan besar dan berambut merah panjang memangku seorang gadis kecil yang usianya baru 13 tahun. Yang jelas gadis itu bukanlah anaknya, karena tidak ada kecocokan di antara mereka berdua.

Gadis itu mengenakan gaun merah panjang dan rompi kulit berwarna hitam. Rambutnya berwarna kuning kecoklatan, sama seperti pemuda tadi. Sepertinya dia adalah adiknya.

Saat laki-laki muda tadi memasuki bar, gadis cilik itu langsung mengangkat kepalanya dengan penuh semangat dan harapan. Tapi semangat dan harapannya langsung hilang seketika begitu melihat sang kakak datang seorang diri dengan membawa sebuah arit.

Dia sadar jika kakaknya yang ceroboh dan gegabah tidak akan mungkin bisa menyelamatkannya.

"Hahaha... mau apa anak kecil datang kemari?" Ejek salah seorang prajurit bayaran yang sedang duduk satu meja dengan laki-laki berambut merah panjang.

"Thomas." Gumam gadis kecil itu.

"Lily, ayo kita pulang!" Thomas memanggil adiknya dengan suara yang sedikit serak karena dipaksakan.

Para prajurit yang ada di dalam bar tersebut tertawa begitu mendengar suara Thomas.

"Apa-apaan bocah itu?!" Suara ejekan salah seorang prajurit pada Thomas.

"Hei bocah! Apa kau mau menyelamatkan pacarmu?" Tanya salah seorang prajurit dengan nada mengejek. Prajurit itu memiliki badan yang lebih pendek dari prajurit lainnya, rambut kepalanya tampak kumal dan botak di beberapa bagian. Wajahnya jelek dan tidak berbentuk seperti manusia pada umumnya.

"Dia adikku." Balas Thomas masih dengan suara yang sama.

"Jangan khawatir, kami hanya bermain bersama dengan adikmu sebentar. Kau pulang saja dan kami akan mengantarkan adikmu pulang ke rumah." Bujuk prajurit berbadan pendek tersebut.

"Aku mau dia pulang sekarang!" Ucap Thomas dengan sedikit lantang. Dengan cepat Thomas menyesali ucapannya tersebut, dia tidak akan bisa berbalik sekarang.

"Apa kau bilang? Kau mau jadi pahlawan, hah?!" Bentak prajurit berbadan pendek tersebut sambil berjalan menghampiri Thomas.

"Jangan membantah orang yang lebih tua darimu! Jadilah anak baik dan pulanglah, sebelum aku marah!" Ancam prajurit bertubuh pendek itu sambil mengacungkan sebilah pisau ke arah Thomas.

Beberapa prajurit lainnya berdiri dari kursi mereka dan menghampiri Thomas.

Sekarang Thomas dikelilingi oleh 5 orang prajurit dewasa yang siap untuk menghajarnya kapan saja jika mereka mau.

Tidak seorang pun di bar yang berani menghentikan aksi para prajurit bayaran tersebut.

Sang bartender hanya sibuk mengurus gelas dan botol-botol minuman yang akan dia sajikan. Para pelanggan lainnya tidak berani menatap mereka dan menyibukkan diri dengan minuman mereka.

Sekarang tubuh Thomas bergetar hebat dan tidak tahu apa yang akan dia lakukan sekarang. Tangannya yang menggenggam parang sudah tidak begitu kuat dan hampir menjatuhkan parang tersebut.

Melihat kakaknya dalam bahaya, Lily adiknya tidak tinggal diam.

"Thomas... pulanglah! Aku akan baik-baik saja." Ucap Lily pada kakaknya dengan berat hati. Air mata mengalir dari matanya dan membasahi pipinya.

Sebenarnya Lily tidak ingin kakaknya pergi meninggalkannya. Dia yakin pasti orang-orang ini akan melakukan hal buruk kepadanya begitu kakaknya pergi.

"Kau sudah dengar adikmu kan?! Sekarang pergilah sebelum aku marah." Ucap prajurit pendek yang terlihat percaya diri.

Thomas sadar sejak awal dia tidak mungkin memiliki kesempatan untuk menyelamatkan adiknya. Dia sudah meminta bantuan beberapa tetangganya, tetapi tidak ada yang berani membantunya.

Thomas yang putus asa dan gegabah hanya dapat berangkat sendirian untuk menyelamatkan adiknya. Ia tidak punya rencana lain, selain berangkat sambil membawa arit yang biasa ia gunakan untuk berkebun.

Sekarang, ia hanya punya dua pilihan, yaitu pergi dan meninggalkan adiknya atau melawan mereka semua hingga mati. Walaupun hasilnya akan tetap sama, adiknya tidak akan pernah bisa pulang dengan selamat.

Thomas menunduk dan terdiam ketakutan. Ia dengan cepat segera memutuskan apa yang harus dia lakukan. Dia mengencangkan genggaman pada tangan kanan yang membawa arit.

Sekarang, dia mengangkat arit tersebut dengan cepat dan mengayunkannya ke arah prajurit bertubuh pendek yang berdiri tepat di depannya.

Sebelum arit tersebut melayang ke kepala prajurit bertubuh pendek itu, sebuah pedang melayang dan menghantam punggung Thomas hingga membuatnya terjatuh.

Arit tersebut meleset dari targetnya, ditambah prajurit bertubuh pendek itu mundur selangkah ke belakang untuk menghindari serangan tersebut.

Beruntung, pedang yang melayang ke punggung Thomas masih berada di sarungnya. Itu adalah pedang milik salah seorang prajurit yang berdiri di belakang Thomas.

"Bajingan!" Tukas prajurit bertubuh pendek itu dengan nada marah. Melihat Thomas yang berusaha bangkit, dia segera menginjak kepala Thomas sebanyak dua kali dengan cukup kuat.

Kepala Thomas menghantam lantai bar yang terbuat dari kayu dengan sangat kelas hingga membuat dahinya berdarah. Thomas langsung merintih kesakitan dan meneteskan air mata.

"Cepat hajar dia! Kita beri dia pelajaran!" Perintah prajurit bertubuh pendek itu dengan nada marah kepada para prajurit yang berada di sekeliling Thomas.

"Tidak jangan!" Lily berteriak berusaha menyelamatkan kakaknya.

Lily berusaha melompat dari pangkuan prajurit berbadan besar itu, tapi prajurit yang memangkunya langsung menggenggam pundaknya guna menghentikannya.

Suara hantaman muncul berkali-kali dari tubuh milik Thomas. Thomas berteriak beberapa kali dan meraung kesakitan.

Para prajurit lainnya yang menonton menyambutnya dengan tawa dan sorakan untuk menyemangati rekan mereka.

Thomas hanya bisa terus menggeliat di lantai karena serangan datang dari berbagai arah saat itu. Dia tidak dapat melindungi seluruh bagian tubuhnya.

Serangan mereka mengarah pada kepala, wajah, rusuk, punggung dan sesekali mengarah pada kemaluan Thomas.

Setelah hampir puluhan serangan mengarah pada Thomas, prajurit berbadan pendek itu mengehentikan rekan-rekannya yang menghajar Thomas.

"Cukup!"

Thomas yang hampir tak sadarkan diri merasa sedikit lega setelah serangan tersebut dihentikannya. Lily yang menangis juga merasa sedikit lega, mungkin mereka akan membiarkan kakaknya pergi setelah puas menghajarnya.

Tapi, raut wajahnya mulai kembali ketakutan pada saat prajurit bertubuh pendek itu berjongkok di hadapan si Thomas dan menjambak rambutnya. Prajurit pendek itu mengangkat wajah Thomas dari lantai.

Wajah Thomas sudah luka parah, hampir pada seluruh bagian wajahnya terdapat luka. Kedua matanya lebam dan ada luka robek di sekitar matanya dengan darah mengalir. Hidungnya patah dan mengeluarkan darah. Tampak kulit wajahnya robek di beberapa bagian, terutama di bagian matanya. Mulutnya mengeluarkan darah dan beberapa giginya terputus.

Saat itu Thomas menangis, tetapi air matanya tertutupi oleh darah yang mengalir dari luka di sekitar matanya.

Lily yang melihat kakaknya terluka parah hanya bisa menangis kencang melihat kakaknya.

"Hei, kau masih sadar kan?" Tanya prajurit bertubuh pendek.

"Bagus kalau kau masih sadar, karena hukumanmu yang sebenarnya baru akan dimulai?" Ucap prajurit bertubuh pendek tersebut.

Sekali lagi, pelanggan lain yang ada di bar tersebut tetap terdiam dan tak berani ikut campur. Bahkan untuk melihat ke arah prajurit yang menyiksa bocah itu mereka juga tidak berani.

Salah seorang pelanggan pria yang duduk di sudut ruangan bar bagian kanan, melihat aksi brutal para prajurit itu secara diam-diam. Dia tidak dapat melakukan apa pun selain tetap diam dan pura-pura tidak melihatnya.

Saat prajurit bertubuh pendek itu mengeluarkan sebilah pisau miliknya, pria itu bergidik ngeri melihatnya.

"Jika kau selamat setelah menerima hukumanku... kau mungkin kuperbolehkan untuk pergi. Pegangi dia!" Perintah prajurit bertubuh pendek itu.

Keempat prajurit lainnya segera memegangi lengan dan tubuh Thomas hingga membuatnya dalam keadaan berdiri di atas lututnya dan kedua lengannya masih dipegangi.

Dua orang prajurit masing-masing memegangi lengan Thomas, dan dua lainnya memegangi kepala dan menahan wajah Thomas agar tidak bergerak.

"Hei, aku ingin kau melihat dengan jelas kakakmu dihukum!" Si prajurit bertubuh pendek berbicara kepada Lily.

Prajurit bertubuh pendek itu mengarahkan pisau yang ia genggam di tangan kanannya pada wajah Thomas. Bagian ujung mata pisau itu makin mendekat pada mata Thomas dan perlahan mulai bersentuhan dengan bola mata Thomas.

Thomas merasakan sebuah sengatan yang mulai membakar bola mata kanannya. Ia pun segera menjerit sekeras mungkin ketika merasakan rasa sakit yang hebat tersebut.

Beberapa prajurit lainnya tertawa melihat bocah tersebut menjerit kesakitan. Lily menangis keras begitu melihat kakaknya tersiksa. Pada saat dia berusaha menundukkan kepalanya agar tidak melihat pemandangan itu, prajurit besar yang memangkunya menahan kepalanya dan mengarahkannya kembali kepada sang kakak yang sedang disiksa.

"Kau harus melihatnya." Ujar prajurit besar yang memangku Lily diikuti oleh tawa kecilnya.

Semakin lama, semakin dalam juga tusukan si prajurit berbadan pendek dan semakin keras pula jeritan Thomas.

"Hahahaha... sakit kan?" Tanya si prajurit berbadan pendek sambil tertawa puas.

Saat tusukan pisaunya dirasa sudah cukup dalam, prajurit berbadan pendek itu memutar pisaunya yang masih menancap dan menariknya.

Lily sambil terus menangis dipaksa untuk terus menonton pemandangan mengerikan itu. Tangan prajurit besar itu masih menahan wajah Lily.

Pisau yang tadinya menancap di bola mata Thomas sekarang masih menancap di bola mata Thomas. Hanya saja, bola matanya sudah tidak berada di tempatnya. Atau bisa dibilang bola matanya tercabut dari mata Thomas.

Saat itu juga Thomas menjerit dan pingsan seketika. Prajurit bertubuh pendek itu tertawa senang dan puas, seolah-olah dia habis mendengar sebuah lelucon yang sangat lucu baginya.

Para pelanggan lainnya mulai bergumam ketakutan. Beberapa tampak ada yang meneteskan air mata karena tidak tega melihatnya dan tidak sanggup melakukan apa-apa. Ada juga yang muntah saat tidak kuat melihatnya.

Lily yang melihat itu menutup matanya rapat-rapat dan tetap menangis. Kepalanya pusing dan badannya mulai lemas setelah mendengar jeritan keras kakaknya. Dia membayangkan rasa sakit yang dirasakan kakaknya hingga membuatnya menjerit keras.

Padahal selama ini Lily mengagumi kakaknya karena dia adalah orang yang sangat kuat.

Aksi itu mendapat tawa dan tepuk tangan dari anggota prajurit bayaran lainnya.

Tapi, tawa dan kegembiraan mereka tidak berlangsung lama. Suara bel pada pintu bar menunjukkan ada seseorang yang masuk.

Seluruh mata lagi-lagi kembali tertuju pada orang yang masuk ke dalam bar pada saat yang tidak tepat ini.

Sosok misterius dengan jubah hitam tebal yang menutupi kepala hingga kakinya. Tubuhnya yang terbalut jubah tebal terlihat menjulang tinggi dan tampak cukup besar. Kalau dilihat-lihat tingginya hampir 2 meter.

Sosok misterius itu terdiam dan melihat pemandangan di depannya, dimana seorang bocah muda disiksa oleh sekelompok prajurit bayaran yang kejam dan sadis.

Diamnya sosok misterius itu membuat para prajurit bayaran di dalam bar curiga dan gusar.

"Mau apa kau?!" Tanya prajurit bertubuh pendek pada sosok misterius itu dengan nada menantang.

Tak ada jawaban dari sosok misterius itu, membuat beberapa prajurit bayaran lainnya naik pitam.

"Bicara atau nyawamu yang akan aku ambil?" Tanya salah satu prajurit yang berada di dekat pintu bar.

Masih tidak ada jawaban dari sosok misterius tersebut.

"Hei, cepat tahan dia!" Perintah prajurit bertubuh pendek tersebut.

Keempat prajurit yang tadinya memegangi Thomas segera mengeluarkan pedang mereka dan menghunuskannya pada sosok misterius tersebut.

"Hei, aku tanya sekali lagi. Siapa dan apa maumu kemari?" Tanya prajurit bertubuh pendek itu sambil menyeringai.

Tiba-tiba, dengan secepat kilat sosok misterius itu mencabut pedang dari punggungnya dan mengayunkan secara horizontal dengan tangan kanannya.

Pedangnya sangat tajam dan panjang, hingga menebas hidung milik prajurit bertubuh pendek yang berdiri di belakang keempat prajurit lainnya.

Dalam sekejap, sosok misterius itu mampu menebas keempat tubuh prajurit bayaran itu sekaligus, dan melukai hidung prajurit pendek itu. Darah menyembur deras dari keempat tubuh prajurit bayaran yang terpotong.

Bar dipenuhi oleh suara mayat dari keempat prajurit bayaran tersebut yang mulai berjatuhan, lalu disusul oleh suara teriakan prajurit bertubuh pendek yang merasa kesakitan. Prajurit bertubuh pendek itu memegangi hidungnya yang berdarah dan hampir terputus dengan kedua tangannya.

Karena sangat kesakitan, prajurit bertubuh pendek itu langsung terjatuh dan menangis kesakitan.

Semua orang ada di bar tercengang melihatnya. Bahkan para prajurit bayaran yang tadinya bersikap paling berkuasa di sana kini mempertanyakan kembali posisi mereka.

Bagian depan jubah sosok misterius itu terbuka dan memperlihatkan penampilan depannya. Dia mengenakan zirah berwarna hitam lengkap yang menutupi seluruh bagian tubuhnya dari bahu hingga telapak kaki.

Zirahnya terbuat dari besi hitam yang mengkilap dan memiliki corak seperti sisik seekor naga. Zirahnya itu terlihat tebal dan berat.

Besi zirah di sekitar leher kepalanya berbentuk gigi-gigi tajam yang menonjol. Bagian bahu dan tangannya terdapat duri-duri besi yang terlihat seram.

Sementara bagian kepala sosok misterius itu tertutupi oleh topeng kain tipis berwarna hitam yang membungkus rapat kepalanya. Topengnya memiliki motif polos dengan 3 pasang baris lubang yang menurun di bagian hidung hingga mulut. Yang terlihat dari balik topeng tersebut hanyalah matanya yang berwarna merah terang.

Secercah harapan muncul pada mata Lily dan para pelanggan bar lainnya yang sudah muak dengan perilaku prajurit bayaran tersebut. Tapi, mereka semua juga takut jika terjadi pertarungan di dalam bar ini, mungkin mereka bisa menjadi korban juga.

"Tembak! Tembak dia cepat!" Salah seorang prajurit berteriak panik memerintahkan rekannya yang lain untuk menembak kesatria bertopeng itu.

Sebanyak 12 prajurit yang ada di dalam bar mengeluarkan senjata berupa panah dan crossbow lalu menembakkannya pada kesatria bertopeng itu.

Secepat mungkin mereka bersama-sama menembakkan senjata mereka pada kesatria bertopeng itu. Belasan anak panah meluncur ke arah kesatria bertopeng itu secara bersamaan.

Dengan secepat kilat, kesatria bertopeng itu menangkis seluruh tembakan panah mereka dengan pedang panjangnya.

Sekali lagi, mereka semua dibuat tercengang oleh aksi kesatria bertopeng yang misterius itu.

Jika diperhatikan cukup lama, pedang panjangnya terlihat cukup lebar, mungkin hampir selebar lengannya sendiri. Walaupun terlihat berat, kesatria bertopeng itu dapat mengendalikan pedangnya dengan baik dan tentu sangat cepat.

Pedang yang sudah berlumuran darah tersebut memiliki panjang yang sepertinya lebih 2 kali panjang lengannya. Pedang itu memiliki warna silver yang mengkilap dan gagang berwarna hitam pekat dengan corak macan hitam.

Beberapa prajurit bayaran lainnya mulai menyerang kesatria bertopeng itu dengan senjata jarak dekat, seperti pedang, gada, tombak dan kapak.

"Maju dan habisi dia!" Perintah prajurit besar yang memangku Lily sedari tadi. Dia yang sejak awal terlihat tenang mulai sedikit panik.

avataravatar
Next chapter