webnovel

Ancaman Amel

"Aduh Din, kenapa jadi nangis gitu? Cepetan cari kuncinya!" titah Amel kepada Dinda.

"Iya Kak, Dinda cari dulu ya," kata Dinda.

Setelah mencari sekian lama, akhirnya Dinda menemukan kunci gudang. Dinda membukanya, lalu memeluk Amel. Amel mengambil kunci gudang. Dengan wajah yang memerah, Amel berniat untuk menghampiri ayahnya.

"Kakak mau kemana?" tanya Dinda.

"Nyamperin Papah," sungut Amel.

"Jangan Kak!"

Dinda melarang Amel bertengkar dengan ayahnya. Karena, Dina baru saja datang dari rumah sakit.

"Emang kenapa?" tanya Amel penasaran.

"Ada Mamah Kak, kasian Mamah kalo Kakak sama Papah berantem," terang Dinda.

"Bodo amat! Biarin aja Mamah tau," ucap Amel yang sedang tersulut amarah.

Dinda memberikan Amel sebuah pengertian, "Kak, Mamah itu abis dari rumah sakit. Pasti lagi capek. Kalo Mamah tau apa yang sebenernya terjadi, Mamah nanti malah kepikiran dan berantem sama Papah."

Ayarra mengetuk pintu rumah Cindy. Rayan gegas membukanya. Rayan juga melayangkan protes, "Kenapa lama banget sih?"

"Jelasin dulu, ini tuh ada apa?" tanya Cindy yang tidak paham mengapa Rayan menyuruhnya datang ke rumah Cindy.

"Sekarang, lu masuk ke dalem, temenin Cindy!" titah Rayan.

"Temenin? Emang Mamahnya Cindy kemana?" tanya Ayarra.

"Wa lagi ke pengajian. Sebentar lagi juga pulang," terang Rayan sambil memakai helm.

"Eh tunggu! Ini teh kamu mau kemana?" tanya Ayarra.

"Kepo amat sih lu!" sungut Rayan.

Ayarda tidak bermaksud untuk ingin mengetahui kemana Rayan pergi. Hanya saja, supaya Nadia datang dan bertanya kepada Ayarra, Ayarra memiliki jawabannya.

"Bukan gitu, nanti kalo Tante Nadia nanya kamu kemana, aku harus jawab apa?" tanya Ayarra.

"Bilang aja, gue ada urusan sebentar," Jawab Rayan.

Ayarra segera bergegas ke kamar Cindy. Cindy bingung mengapa Ayarra datang tanpa pemberitahuan.

"Kamu kok gak bilang-bilang sih kalo mau ke sini?" tanya Cindy.

"Tadi Rayan telepon, katanya, aku harus jagain kamu. Karena dia ada urusan," jelas Ayarra.

"Oh, jadi tadi dia telepon kamu buat bilang kaya gitu? Aduh, Ay, maaf ya. Aku gak papa kok di rumah sendirian. Kamu pulang aja ya."

Cindy merasa tidak enak kepada Ayarra. Cindy tidak mengira jika Rayan menghubungi Ayarra untuk menyuruh Ayarra menjaganya.

"Gak papa lagi. Nanti, kalo kamu butuh apa-apa, kan ada yang bantu," ujar Ayarra.

"Aku takutnya kamu sibuk," ucap Cindy.

"Paling aku sibuknya belajar doang kok. Aku bisa belajar di sini Cin," kata Ayarra.

Dinda memberikan Amel saran yang bagus. Saran yang terbaik bagi semuanya untuk saat ini.

"Kak, mendingan Kakak ke kamar ya. Istirahat untuk saat ini. Dinda paham Kak Amel masih sakit hati," saran Dinda.

"Tapi hp gue? Kan ada di Papah,"

Amel memikirkan pasti banyak panggilan yang masuk. Dia juga sudah sangat ingin menelepon Nico.

"Kan bisa diambil nanti Kak," ucap Dinda.

Amel menuruti perkataan Dinda. Ia memasuki kamar dan menguncinya. Dinda tidak membenarkan sikap Hilmi yang dinilainya kejam. Namun, Dinda juga tidak ingin, Dina mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dinda takut ibu dan ayahnya akan bertengkar karena Hilmi telah mengunci Amel di dalam gudang.

"Kamu mau makan apa hari ini? Biar aku yang masakin ya," kata Hilmi.

Dinda membulatkan mata. Ia tidak percaya dengan kata-kata dari suaminya. Sebab, tidak biasanya, Hilmi memasak.

"Emang kamu bisa masak apa?" tanya Dinda.

"Bisa dong! Kamu jangan kemana-mana ya!" pinta Hilmi.

Hilmi menyuruh Dina tidak kemana-mana, karena takut jika Dina mendengar teriakan dari Amel dari dalam gudang.

"Iya, aku di sini kok, tungguin kamu."

"Istriku yang pengertian," tutur Hilmi sambil mencium kening Dina.

Hilmi melangkahkan kaki dengan cepat menuju ke arah gudang. Setelah sampai di gudang, Hilmi tidak terkejut dengan penampakan dari gudangnya. Ia sudah menerka jika Dinda telah membebaskan Amel.

"Pasti Dinda nih," tebaknya.

Amel memiliki ide untuk melarikan diri dengan melompat melalui jendela kamar. Namun, ponsel miliknya masih berada di tangan Hilmi.

"Gak bisa nih, gue pergi gitu aja, hp gue ada di Papah lagi,"

Hilmi yang tidak bisa memasak itu memaksakan diri. Masakannya pun, gosong.

"Mah, maafin Papah ya. Telornya gosong nih," ucap Hilmi.

Dina terkekeh. Ia berkata, "Lagian, kenapa kamu bohong segala sih?"

"Biar aku aja yang masak deh," ungkap Dina.

Hilmi mencegah Dina untuk memasak. Hilmi khawatir jika tiba-tiba saja, Amel datang dan membeberkan segalanya kepada Dina.

"Gimana kalo kita beli aja? Aku gak mau loh kamu capek lagi," saran Hilmi.

"Masak doang gak capek kok, Pah,"

Dina beranjak dari ranjang. Hilmi sangat khawatir. Hilmi pun membuntuti Dina.

"Kamu udah minum obat?" tanya Ayarra.

"Belum," jawab Cindy.

"Minum dulu Cin, obatnya mau sembuh gak?" tanya Ayarra. Dibantu Ayarra, Cindy meminum obat.

"Assalamualaikum."

Nadia telah sampai ke rumah. Ia lekas melihat kondisi Cindy.

"Waalaikumsalam," jawab Ayarra dan Cindy.

"Eh, ada Ayarra," sapa Nadia. Ayarra salim kepada Nadia.

"Iya Tante," jawab Ayarra sambil tersenyum. Nadia yang tidak melihat keberadaan motor Rayan, menyakini jika Rayan sedang tidak ada di rumah.

Nadia bertanya, "Itu, motor si Rayan kok gak ada ya? Apa orangnya juga gak ada?"

"Emang gak ada Mah, masa, Rayan telepon Ayarra buat jagain Cindy. Padahal, Cindy bisa kok di rumah sendirian," beber Cindy.

"Hah gak ada? Kemana cenah si Rayan teh? Mana gak bilang sama Mamah lagi," kata Nadia khawatir.

"Katanya sih Tante, Rayan itu ada urusan," terang Ayarra.

"Kamu kok ikutin aku sih? Kamu mau bantuin aku masak?" tanya Dina. Hilmi mengangguk.

"Nih, kamu potongin bawang ya," titah Dina sambil memberikan Hilmi pisau.

"Gue gambar situasi dulu deh, kalo ada Mamah, gue ajakin Papah buat ngomong empat mata," lirih Amel. Amel yang melihat kedua orang tuanya sedang bersama, tersenyum sinis.

"Kesempatan nih," ujar Amel.

Amel menghampiri Hilmi dan Dina. Ia mengatakan, "Pah, Amel mau ngomong empat mata,"

"Amel? Kamu dari mana aja?" tanya Dina.

"Nanti Amel jelasin Mah, Amel mau ngobrol dulu sama Papah," jawab Amel.

"Oh, oke," kata Dina

Amel dan Hilmi berbincang di belakang rumah. Amel mengancam Hilmi.

"Kalau Papah gak kasihin Hp Amel, Amel bakalan kasih tau Mamah semuanya," ancamnya dengan percaya diri.

"Berani ya kamu ancam Papah?"

"Papah aja berani ngunciin Amel di gudang." Amel membalikkan kata-kata Hilmi.

"Mereka lagi ngomongin apa ya?" batin Dina.

"Mamah mau masak qpa?" tanya Dinda yang sudah mencium wangi masakan Dina.

"Kangkung sama telor ceplok. Dinda mau?"

"Wah, enak nih kayanya. Papah kemana Mah?" tanya Dinda.

"Papah lagi ngobrol sama Kak Amel," jawab Dina.

"Semoga mereka gak berantem lagi deh," harap Dinda.