1 Menetap

"Kamu beneran ga mau ikut Mamah sama Papah ke Kalimantan?" tanya sang Mamah sambil memasukkan semua barang-barangnya dan barang-barang milik suaminya ke dalam koper. Mereka berdua siap untuk berangkat ke luar kota malam ini juga.

"Iya, Mah. Lagian aku di sini juga kan ada kak Yudha," jawab Aneisha dengan santai sambil memasukkan ciki ke dalam mulut dan mengunyahnya.

"Yaudah kalau kamu mau seperti itu."

Belvania dan Yudha adalah seorang kakak dan adik kandung yang terlahir dari rahim Ibu yang sama. Malam ini Mamah dan Papah mereka akan pindah ke Kalimantan. Sedangkan Belvania dan Yudha tetap tinggal di Yogyakarta. Karena Belvania tidak mau pindah sekolah lagi dan Yudha juga tidak mau pindah kampus lagi. Mereka berdua sudah nyaman dengan teman-teman mereka di sana.

Sedangkan Mamah dan Papah mereka sering pindah ke luar kota karena tuntutan dari pekerjaan sang Ayah sebagai polisi yang harus pergi dinas. Dalam satu tahun mereka biasa pindah ke luar kota dua sampai tiga kali. Di Yogyakarta Belvania dan Yudha juga tidak hanya tinggal berdua saja. Di sana ada Bi Inah yang akan membantu pekerjaan rumah.

*****

"Kak... Kak Yudha ayo... Aku udah telat nih," teriak Belvania sambil merapihkan dasi di lehernya.

Pagi ini Belvania dan Yudha telat bangun. Jika tidak dibangunkan oleh Bi Inem, mungkin mereka masih terlelap dalam tidurnya. Yudha yang sedang memakai baju pun ikut tergesa-gesa.

"Iya sabar. Ini gua juga kesiangan."

Ketika sudah hampir terlambat seperti ini kak Yudha masih sempat-sempatnya mengambil gorengan yang ada di atas meja. Kemudian langsung di makan olehnya. Padahal Belvania sudah masuk ke dalam mobil sedari tadi.

"Kak Yudha ayo... Udah mau jam setengah tujuh nih," teriak Belvania kembali.

"Iya, iya..."

Yudha angsung berlarian menuju ke mobilnya. Kemudian Yudha menyalahkan mesin mobil dan segera berangkat menuju ke sekolah Belvania. Untung saja jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Sehingga Belvania tidak terlambat masuk ke sekolah kali ini.

"Huh, untung aja gua ga terlambat. Nyaris satu menit lagi gua kena hukuman," gumam Belvania.

"Belvania," panggil Hera yang tiba-tiba saja datang seperti jalangkung membuat Belvania terkejut.

"Aduh Hera. Kaget tau ga gua. Hampir aja gua terlambat masuk sekolah."

"Sorry. Lu lihat deh di sana. Alvaro berantem lagi."

"Udah jadi makanan sehari-hari juga kan. Ga penting. Udah sekarang kita masuk ke kelas aja deh."

"Yehh. Dasar Belvania."

Belvania tidak mempedulikan masalah Alvaro yang bertengkar lagi di sekolah. Alvaro adalah cowok tampan yang banyak di sukai oleh wanita. Ditambah lagi dia adalah putra tunggal di keluarganya yang kaya raya. Tetapi sayangnya sikap Alvaro yang sok jagoan dan sering bertengkar di sekolah membuat wanita kalem dan berprestasi seperti Belvania sama sekali tidak tertarik olehnya.

Ketika Belvania ingin masuk ke dalam kelas, Belvania bertemu dengan Danish di depan kelasnya. Danish sangat berbanding terbalik dengan Alvaro. Jika Alvaro adalah orang yang suka membuat onar di sekolah, Danish adalah murid yang sangat berprestasi di sekolah. Ditambah dia juga adalah ketua OSIS. Membuat Belvania mempunyai sedikit perasaan dengannya.

"Belvania. Hari ini lu hampir terlambat ya?" tanya Danish.

Mendengar pertanyaan dari Danish membuat jantung Belvania berdebar cepat.

"Aduh, mampus gua. Pasti gua kena marah Danish nih karena gua sebagai anggota OSIS bidang kesiswaan tapi gua terlambat," ucap Belvania di dalam hatinya.

"Iya. Tapi hampir kok, ga sampai terlambat."

"Lain kali jangan seperti itu ya. Kamu itu kan anggota OSIS bidang kesiswaan. Masa sendirinya kamu terlambat datang ke sekolah. Apalagi kalau sampai kamu kena hukuman. Jangan sampai pokoknya."

"I... Iya. Gua minta maaf. Lain kali gua ga akan seperti itu."

"Bagus."

Setelah itu Danish langsung pergi begitu saja meninggalkan Belvania.

"Nyebelin banget sih. Untung aja lu ganteng dan ketua OSIS. Kalau engga, udah gua jambak tuh mulutnya," ucap Belvania sendirian.

Hera yang sempat ditinggal oleh Belvania tadi tiba-tiba saja muncul kembali di hadapan Belvania. Membuat Belvania kembali terkejut.

"Belvania. Lu kenapa marah-marah sendiri kaya gitu?"

"Hera... Suka banget buat gua kaget sih."

"Ya sorry. Lu kenapa? Habis ketemu Alvaro?"

"Bukan Bukan. Gua habis kena marah sama Danish karena gua hampir terlambat masuk ke sekolah."

"Ya ampun itu orang lebay banget ya. Namanya terlambat siapa juga yang mau. Tapi kenapa lu kesal? Danish cowok incaran lu kan? Lu kan sukanya cowok yang kaya Danish. Yang kalem, pinter, tanggung jawab, baik, ga suka buat onar."

"Tau ah."

Lagi-lagi Belvania pergi meninggalkan Hera.

"Belvania ih ninggalin gua terus."

Hera pun masuk ke dalam kelas. Karena sebentar lagi kegiatan belajar mengajar juga akan segera dimulai.

"Selamat pagi semuanya."

"Pagi Bu..."

"Itu tempat Alvaro kan? Alvaro nya kemana?"

"Biasa Bu. Berantem lagi di belakang sekolah," jawab Belvania dengan entengnya. Ketika Belvania berbicara seperti itu, tiba-tiba saja Alvaro tiba di kelas.

"Engga Bu. Fitnah. Eh lu tau ga sih kalau fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan."

"Emang kenyataannya gitu."

"Sudah, sudah. Alvaro, kamu langsung duduk di tempat kamu."

"Iya, Bu."

Alvaro pergi menuju ke kursinya sambil menatap tajam ke arah Belvania. Belvania yang tidak takut dengan Alvaro menatap tajam balik kepadanya.

"Belvania. Lu udah mancing macan tidur kalau kaya gitu," bisik Zahra. Teman sampingnya Belvania di kelas.

"Gua ga peduli. Gua ga takut sama dia."

Setelah itu kegiatan belajar mengajar di mulai. Sampai saatnya waktu jam istirahat tiba dan semua murid boleh beristirahat selama satu jam kedepan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai kembali.

******

Kring... Kring... Kring...

Jam istirahat sudah tiba. Semua murid langsung berhamburan meninggalkan kelas bagaikan anak ayam yang baru saja dilepaskan. Ada yang langsung pergi ke kantin untuk makan siang, ada yang pergi ke perpustakaan, dan ada juga yang justru pergi ke ruang OSIS untuk mengurus kegiatannya sebagai anggota OSIS. Alvaro yang tidak biasa menghampiri Belvania, kini dia malah mendekat kepadanya. Tanpa bicara satu kata pun. Hanya tatapan tajam yang diberikannya. Yang ditatap Belvania, tetapi yang gemetar Zora.

"Mau apa sih lu?" tanya Belvania dengan sangat juteknya.

"Lu suka ya sama gua?" tanya Alvaro dengan sangat percaya dirinya sambil mengangkat sebelah alisnya.

Belvania yang mendengarnya sangat terkejut sekaligus ilfeel. Karena Alvaro terlalu percaya diri. Belvania langsung mengernyitkan dahi nya sambil mengetuk tangan kanan nya ke atas meja sambil berkata "amit-amit jabang bayi."

Alvaro yang melihat tingkah Belvania seperti itu justru memberikan senyuman ledekan kepadanya.

-TBC-

avataravatar
Next chapter