webnovel

Bab 20 Perjalanan ke Hangzhou

Beberapa hari kemudian, rombongan itu tiba di kota Tianjin. Kiara melihat banyak pengungsi di sepanjang jalan. Dia merasa beruntung karena memiliki pengawal pribadi sehingga para pengungsi itu tidak berani mencuri perbekalan mereka.

Pada hari ketiga setelah meninggalkan kota Tianjin, rombongan Kiara bertemu dengan rombongan besar yang memblokir jalan. Kiara menebak rombongan di depan mereka adalah pengungsi yang hendak melarikan diri dari bencana kelaparan. Masing-masing keluarga mengendarai gerobak dan penampilan mereka terlihat kotor. Beberapa orang juga tampak sakit. Lu Guoqiang mencari informasi dari beberapa orang dengan imbalan bakpao.

Ternyata rombongan itu adalah rombongan tentara dan rakyat sipil dari perbatasan di utara. Mereka merupakan bagian dari tentara keluarga Bai yang dikenal telah menjaga perbatasan utara selama beberapa generasi. Krisis pangan juga melanda daerah asal mereka. Kemarau yang berkepanjangan ditambah dengan hama belalang membuat petani gagal panen.

Suku minoritas di utara menyerang kota mereka dan tentara keluarga Bai gagal menahan invasi karena tidak mendapat bantuan dari istana. Akhirnya, mereka diperintahkan pergi ke Hangzhou untuk menjaga kota itu. Para prajurit dan keluarga mereka mengikuti keluarga Bai secara sukarela.

Rombongan tentara keluarga Bai dibagi menjadi dua bagian, rombongan pertama adalah tentara dari perbatasan dan rombongan kedua adalah anggota keluarga dan sisa tentara yang berada di ibu kota. Mereka bertemu di dekat Tianjin, lalu akan melanjutkan perjalanan bersama ke Hangzhou.

Pria muda itu mengira Lu Guoqiang dan keluarganya juga hendak pergi ke selatan untuk bertahan hidup. Banyak pengungsi yang tertarik untuk mengikuti rombongan tentara Bai ke selatan. Tujuan mereka semua hanya satu, yaitu mencari penghidupan yang lebih layak. Beberapa orang tentara, anggota keluarga militer dan tentara cadangan keluarga Bai tersebar di antara para pengungsi. Mereka menjaga agar anggota rombongan mereka tidak ada yang tertinggal, sekaligus merekrut pengungsi yang memiliki keahlian khusus.

Setelah berdiskusi dengan Lu Jianguo, mereka memutuskan untuk mengikuti rombongan tentara Bai ke selatan agar keselamatan mereka lebih terjamin. Kiara dan rombongannya mengikuti dari belakang dan sengaja menjaga jarak. Tentu saja rombongan tentara Bai mengetahui banyak rakyat sipil yang mengikuti rombongan mereka.

Beberapa orang tentara berpakaian sipil mengumpulkan informasi dan mencari apakah ada pengungsi yang memiliki keahlian yang bisa mereka gunakan. Jika menemukan orang yang cocok, dia akan memisahkan mereka dari kelompok pengungsi biasa. Kiara mengamati apa yang terjadi di sekelilingnya dengan saksama.

Keesokan harinya, ada dua orang perwakilan tentara Bai yang mendekati rombongan Kiara.

"Tolong berhenti di tempat." kata Kiara.

Awalnya, dia sudah mempersiapkan diri untuk 'diinterogasi', namun dia langsung merinding saat melihat kutu merayap di dahi salah seorang tentara.

"Nona, kami tidak bermaksud jahat." kata tentara itu, tetapi dia tetap menuruti permintaan Kiara dan menghentikan langkahnya.

"Saya mengerti. Tapi kalian tidak boleh mendekat! Apakah kalian tidak tahu kalau ada kutu di rambut kalian? Tolong jangan dekati sapi saya!" teriak Kiara.

Gadis itu tidak bermaksud jahat dan dia mengerti kalau rombongan tentara itu tidak mungkin mandi setiap hari karena air yang mereka miliki sangat terbatas. Tapi bukan berarti dia akan membiarkan orang dengan kutu mendekati rombongannya.

"Baiklah, baiklah. Kami tidak akan mendekat. Kamu jangan takut." Salah seorang tentara berusaha mencairkan suasana.

"Saya tidak akan takut jika kalian tidak mendekat. Silakan berbicara dari situ." kata Kiara.

"Kami hanya penasaran dengan dua ember susun besar yang ada di gerobak Nona. Apakah Nona tidak takut ember itu akan jatuh?"

Kiara menggunakan dua ember besar itu untuk menjernihkan air. Kedua tentara itu memang pandai mencari topik pembicaraan.

"Saya menggunakan ember itu untuk menyaring air bersih." jawab Kiara.

"Menyaring air bersih?" teriak salah seorang tentara. Anggota rombongan yang lain segera mengalihkan perhatian mereka ke rombongan Kiara.

Mereka semua menyadari betapa pentingnya air bersih selama perjalanan dan bahaya minum air sembarangan. Beberapa orang pengungsi pernah jatuh sakit karena meminum air kotor.

"Kalian tidak melakukan hal yang sama?" tanya Kiara dengan wajah heran. Dia benar-benar penasaran bagaimana caranya tentara pada masa ini mendapatkan air bersih.

"Ini adalah metode yang paling sederhana." Kiara mulai menjelaskan proses menjernihkan air menggunakan batu dan arang. Tapi dia tidak menjelaskan langkah terakhir, yaitu menggunakan water purification tablet untuk memastikan air benar-benar aman dikonsumsi. Dia tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak perlu.

"Apakah hasilnya bagus? Kami juga mencoba metode menjernihkan air, tetapi air yang dihasilkan masih berlumpur."

Kiara berpura-pura berpikir sejenak, lalu dia melemparkan sebuah botol berisi air. Tentara di depannya segera menangkap botol itu.

"Silakan lihat sendiri dan bandingkan dengan air kalian."

Sebelum meninggalkan kota, Kiara mengambil air dari sumur di kota dan Shangri-la. Dia tidak berani mengambil air di alam liar karena kerajaan Dalong juga mengalami bencana banjir di beberapa daerah.

"Terima kasih Nona. Kami akan mengembalikan botol ini kepada Nona." kata tentara itu.

Kiara memberi sabun dan obat kutu dalam botol kecil kepada kedua tentara sebelum mereka pergi. Setelah itu, dia membagi makanan untuk rombongannya sendiri. Lu Jianguo dan anak buahnya merasa senang memiliki bos yang murah hati seperti Kiara. Selama perjalanan, mereka tidak pernah kekurangan makanan.