1 After Midnight

California. Amerika Serikat.

Rumah putih besar dengan dinding kaca disekelilingnya, jika sore tiba matahari terbenam akan terlihat di ujung laut sedangkan jika pagi datang deburan ombak yang akan terdengar. Pesta topeng sedang diadakan oleh pemilik rumah Rexford Mackenzie 40 tahun pengusaha sukses juga terkaya ke 5 di dunia. Rex tidak pernah bermimpi memiliki sebuah keluarga, baginya memiliki anak dan istri akan mempercepat tua usis.

Usianya boleh tidak lagi muda namun jika dilihat dari wajah juga proporsional tubuh layaknya berusia 27 tahun. Malam itu Rex memuaskan hasratnya pada seorang wanita yang menggunakan topeng. Di atas ranjang lebar keduanya terus bergulung saling memancing hasrat.

"Kau baru pertama kali melakukan?" Rex bertanya dengan menatap mata bulat di balik topeng.

"Tentu saja tidak, wanita panggilan sepertiku sudah pasti sering melayani laki-laki."

Rex sempat berpikir gerakan wanita ini terlalu kaku seakan dipaksakan untuk lihai. Tapi hasrat sudah sepenuhnya menguasai Rax, dan wanita itu benar-benar bisa memancingnya.

Rex kembali membalikan tubuh Biyan Anastasya berada dalam kungkungan tubuhnya. Keduanya saling bertatapan tanpa mengetahui wajah satu sama lain. Biyan anak remaja yang masih sekolah itu diajak mencari uang oleh temannya, karena kesulitan keuangan juga kakak laki laki yang sering memeras ibunya, Biyan setuju untuk menjual tubuhnya malam ini. Dengan catatan tidak ada yang boleh tahu usianya.

Biyan didandani layaknya wanita dewasa yang biasanya Rex pesan untuk teman-temanya malam itu. Biyan dan Yona dua gadis remaja itu setuju dengan imbalan yang tidak sedikit.

Jeritan kecil Biyan menarik perhatian Rex lelaki itu perlahan bergerak, rasa khawatir seketika terlihat ia bisa merasakan wanita yang kina ada di bawahnya berbeda. Biyan mencengkram lengan Rex hampir menangis jika tidak mengingat takut akan ketahuan. Tapi ia juga tidak menyangka jika rasanya akan sesakit ini.

"Kau bisa berhenti sebentar?"

"Kau kesakitan?" seketika perasaan menggebu tadi menghilang. Rex menarik gerakannya membawa tubuh mungil Biyan dalam dekapan.

Rex sudah akan turun dari ranjang, dicegah Biyan. "Kau mau kemana? Kita belum selesai."

"Aku tidak ingin memaksa, aku bukan bajingan yang meniduri wanita untuk yang pertama kalinya. Kau boleh pergi."

Meskipun Biyan sudah merasakan sakit tapi memang belum terlihat tanda-tanda seperti yang Yona katakan. Jika pertama kali berhubungan akan mengeluarkan darah, tapi sakitnya memang luar biasa tadi.

"Aku tidak akan pulang sebelum mendapatkan uang, kau salah Tuan ini bukannya yang pertama. Mm... aku sudah lama tidak berhubungan."

Rex melihat Biyan tajam wajahnya mendekat membuat Biyan mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya. Biya semakin mundur melihat betapa tajam tatapan Rex saat ini. "Aa... Anda mau apa?"

"Berapa umurmu?"

Glek!

Biyan menelan ludah pertanyaan yang sangat menjebak. "Mm... umurku dua puluh sembilan. Pesta ini sangat ketat yang aku tahu pemiliknya adalah orang terkaya ke 5 di dunia."

Rex suka mendengar pujian itu, dengan kain yang hanya bokser pendek saja yang melekat pada tubuhnya sehingga memperlihatkan sesuatu yang menggunduk. Biyan kini malah ketakutan tadi hampir saja benda sebesar itu masuk, pantas saja kesakitan. Seketika rambut halus yang ada di tengkuk Biyan terbangun membayangkan hal tadi.

"Kau sering diundang ke pestanya?" tanya Rex yang sudah duduk di tepian ranjang. Tidak jauh dari ranjang tembok kaca besar berhias kelipan bintang di angkasa.

"Tentu saja sering," terlalu cepat Biyan menjawab tentu saja itu tertebak oleh Rex.

Rex hampir saja tertawa, wanita seperti apa yang saat ini dihadapinya? Di atas tempat tidur tidak mengenakan sehelai benang pun, haruskah kegiatan panas tadi kembali dibangun? Tatapan Rex berubah hasratnya kembali timbul. Hanya dengan melihat bibir wanita itu bergerak dan membayangkan apa yang bisa dilakukan bibir kecil itu?

Rex sudah kembali membara ia naik ke atas ranjang.

Dert!

Dert!

Bunyi ponselnya di atas nakas mengalihkan tatapan Rex, matanya terpejam ia paling tidak suka ada gangguan. Kenapa harus lupa menonaktifkan barang itu, setelah melihat nomor siapa yang tertera semakin memancing emosinya. Itu adalah Dili adik tiri Rex.

"Kita selesaikan nanti, aku ada urusan. Ambil berapa yang kau inginkan! Ingat nomor ini baik-baik, 112480 " Rex memberikan kartu kredit berwarna hitam. Ada nama Rexford di sana.

Biyan sempat diam melihat kartu itu di atas telapak tangannya, sedangkan Rex sedang bodoh saat ini, bagaimana bisa memberikan begitu saja uangnya.

Biyan segera memaki kembali bajunya lantas keluar dari pesta itu meski rasa perih masih sedikit terasa.

***

"Bagaimana rasanya? Sakit?" pertanyaan Yona yang baru saja masuk dalam mobil. "Lama-lama kau akan terbiasa bahkan ketagihan." Yona tertawa. "Kita dapat uang banyak."

Biya hanya tersenyum kuda. "Tapi aku tidak merasakan apa-apa."

Yona kembali diam. "Tapi dia memasukan?"

Biyan mengangguk. Yona garuk-garuk kepala. "Kau merasakan dia bergerak di dalam? Kau basah?"

Biyan menggeleng. "Tapi aku basah, tapi tidak merasakan ada yang bergerak di dalam."

"Astaga …" Yona memijat kepalanya kebingungan. "Lelaki itu mengeluarkan cairan?"

Biyan menggeleng. "Aku tidak tahu."

Tarikan napas berat Yona memasukan perseneling, meninggalkan halam rumah mewah itu. "Jadi kau sudah melakukan apa belum?"

"Sudah, bahkan dia meremas dan menghisap. Aku saja basah."

Yona tertawa. Ia pun pernah mengalami yang pertama tapi tidak sebodoh Biyan. "Bi, Bi. Kurasa lelaki itu juga masih perjaka jadi tidak tahu cara melakukannya." Yona tertawa.

"Tenang, aku kenalkan dengan yang berpengalaman, aku yakin kau akan meleleh berulang kali."

"Aku tidak mau, sakit."

Yona menepikan mobilnya sekaligus. "Jadi dia sudah melakukanya?"

Biyan mengangguk. "Dia, ada di atasku."

Yona mengeluarkan ponselnya memperlihatkan dua orang yang sedang berhubungan. "Aku sudah memperlihatkan ini kan? Jadi dia memasukimu apa tidak?"

"Aku tidak melihat, aku tutup mata."

Yona memukul kepalanya lantas beralih pada laci dashboard mengeluarkan alat yang bentuknya sama seperti yang dimiliki laki-laki. "Masukan ini, jadi kau tau rasanya. Tenang aku sudah terbiasa jadi santai saja. Kau bisa melakukan di sini atau di jok belakang."

Biyan sudah memegang alat itu lantas beralih ke kursi belakang. Dress selutut yang dikenakan perlahan dinaikan, melepaskan kain dalaman yang berwarna senada. Biyan ragu tapi mengikuti usulan Yona perlahan memasukan benda itu, baru saja masuk sedikit rasa sakit kembali mendera.

"Tidak mau, sakit." Biyan kembali menurunkan dressnya. Memasukan barang kenyal itu kembali dalam laci dashboard.

"Kau belum saja mencapai puncaknya. Kalau sudah aku yakin kau ketagihan."

Biyan ragu apa yang dikatakan Yona dan orang lain itu benar? Yang ia rasa hanya sakit, dimana yang terasa enaknya? Rasanya seperti ditusuk belati apalagi katanya berdarah. Biyan semakin ketakutan rambut halus disekitar tengkuknya bangun, mengenyahkan pemikiran pengalaman tadi.

Yona membawa Biyan bersenang-senang membeli semua barang yang diinginkan lantas makan mewah bersama. "Pilih yang mana yang kau inginkan, aku yang bayar. Uang yang kau dapatkan simpan saja."

***

Di kamar, Rex tidak sengaja menginjak sesuatu. Rex meraih kartu identitas itu dan sangat mengejutkan dengan apa yang dilihat, tentang wanita tadi yang hampir saja bercinta dengannya. Tajam mata Rex saat ini melihat foto identitas wanita itu.

*

Kakak-kakak sekalian berkunjung juga ke TERPAKSA MENJADI ISTRI SIMPANAN terima kasih

avataravatar
Next chapter