1 Bar

Di sebuah bar dengan gemerlap lampu, nampak Dio tengah duduk dengan kepala menunduk. Suara hingar bingar dan musik yang berdentum serasa berpacu dengan pikirannya yang kacau.

Semua ini dikarenakan kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia tidak ingin membahasnya lagi karena itu akan membuat amarahnya semakin memuncak.

Dan seperti yang kita tahu, alkohol merupakan pilihan yang tepat untuk meredamnya.

Tak jauh darinya seorang pria mendekat ke arahnya.

"Hei, mau minum?" sapanya sambil menepuk pundak Dio pelan.

Dio berdeham, lalu meraih gelas yang disodorkan laki-laki itu dan menegaknya hingga tandas.

"David" ucap laki-laki itu mengulurkan tangannya, yang sayangnya tidak digubris oleh Dio. David lalu menarik wajah Dio agar menatapnya.

"Kutanya siapa namamu manis?"

Plakk.

Dio langsung menampik tangan David dan berdiri. Tanpa mengucapkan permintaan maaf dia segera beranjak. Namun sayang lengannya sudah lebih dulu dicekal oleh David.

"Lepas!" teriak Dio berusaha keras melepas genggaman David pasalnya, David menariknya ke arah pintu yang sudah sangat dihapal oleh Dio. Ya, pintu yang menuju ruang sewa dalam bar ini.

"Gua bilang lepas bajingan!"

Yah meski Dio dalam keadaan setengah mabuk, dia masih bisa berpikir dengan jernih apa yang diinginkan oleh pria itu. Kalau ditanya bagaimana Dio bisa tahu, tentu tidak mungkin seorang pria lurus akan membawa pria kesana.

David yang tak sabar karena Dio terus berontak mempercepat langkahnya. Setelah sampai dia mendorong Dio ke kasur dan segera mengunci pergerakannya.

"Tenanglah baby" ucap David lembut. Tangannya mengelus pipi Dio, lalu berakhir di bibir merahnya.

"Hmm bibirmu terlihat sangat manis. Bagaimana kalau sekarang kita buktikan apakah benar manis atau tidak?"

Dio melotot mendengarnya. Tidak. Ini melenceng jauh dari harapannya datang kesini. Dan tidak salah lagi kalau pria sialan itu akan memakannya disini.

"Lepasin gue ..hmph!" kalimat Dio terpotong karena David sudah lebih dulu mencium bibirnya.

Benar saja, bibir Dio terasa manis. David lalu melumatnya dengan kasar. Dia lalu menggigit bibir Dio karena tidak mau membuka mulutnya.

Sialan! Maki Dio dalam hati.

Kalau begini caranya dia tidak ada bedanya dengan orang itu.

David yang semula gusar kini senang karena akhirnya Dio mulai membuka mulutnya. Dia tidak peduli darah yang keluar dari bibir Dio akibat ulahnya.

Karena yang kini diinginkannya adalah mengabsen satu persatu mulut Dio.

Selang lima menit David melepas kegiatannya itu karena Dio memukul dadanya, yang mana berarti laki-laki yang berada di bawahnya itu mulai kehabisan napas.

David nampak terkejut karena rupanya Dio menangis.

"Baby, kenapa kau menangis? Apa gigitanku tadi sangat menyakitkan?" David mengusap air mata Dio.

Dio yang merasa ada kesempatan segera memukul wajah David dengan keras.

Buaggh.

"Dasar bodoh!" teriak Dio mengacungkan jari tengahnya pada David yang tengah menahan kesakitan di pipi kirinya.

Huh untung saja dia sudah sadar dari mabuknya dan bisa mengeluarkan seluruh tenaganya. Kalau tidak, mungkin sekarang dia habis dilahap.

Oke, dia lebih baik segera pulang karena takutnya pria gila itu mengejarnya. Namun langkah Dio terhenti karena di ambang pintu ada orang itu.

Dio mengusap dengan kasar air mata yang tersisa. Tatapannya menajam. Dia tertawa dalam hati.

Seharusnya orang itu melihat kejadian tadi kan?

Hah, dia rasa pria gila itu sedikit membantunya balas dendam.

avataravatar
Next chapter