webnovel

Baby's Dragon

Leo, Penyihir berusia ribuan tahun terbangun dalam wujud bayi setelah lama tertidur demi memulihkan tubuhnya pasca perang yang tak berkesudahan. Namun ketika ia keluar dari Ruang Jiwa ... "Baby ... ," Seekor Naga jantan, menatap batita kecil di depannya dengan mata yang berkilau cerah. Iris emas itu penuh kebahagiaan dengan sentuhan kejutan yang tak tertahankan. "Baby, panggil Papa." " ... ." Sebentar ... BUKANKAH MEREKA BEDA SPESIES?! BAGAIMANA BISA NAGA INI MENGANGGAPNYA ANAK?! Leo sakit kepala. Degan tubuh bayi dan bahasa Naga yang terdengar cadel, pada akhirnya ia mendidik Ayah angkatnya dari Naga Primitif yang konyol dan idiot, menjadi seekor Naga berdarah murni yang berwibawa. Oh, ini Papanya! Leo bangga. Namun sayang, masa depan selalu tidak terduga. Art Cover by: Fai

AoiTheCielo · LGBT+
Not enough ratings
65 Chs

2. Dimanfaatkan

Diandra Felix tidak tahu harus menggambarkan perasaannya bagaimana.

Ketika ia menerima pesan dari cucunya untuk bertemu, Felix tanpa ragu setuju dan memberitahukan posisinya. Namun ia tidak menyangka bahwa cucu kecilnya akan membawa orang lain ketika mereka bertemu.

Ruang Tertutup sangat luas selayaknya labirin. Dengan jajaran rak buku yang bagaikan dinding tinggi, bukan hal yang aneh bila mereka tidak saling mengetahui posisi masing-masing. Namun sesuatu yang luar biasa untuk mengetahui bahwa cucunya mengenal keturunan Penyihir Shafire dan bahkan … mereka terlihat cukup akrab.

"Kakek, dia An Leo," Merci tanpa ragu memperkenalkan sosok perak yang berdiri di sampingnya. Dalam sekali pandang, Felix bisa menebak bahwa perubahan warna mata dan rambut dari keturunan Rika adalah efek sihir dan Merci jelas tidak menyadarinya. Bagaimanapun, efek sihir ini sangat sempurna. Bahkan Felix yang merupakan Kesatria Level 7 tidak bisa mendeteksinya.

Ia bahkan sempat ragu apakah Leo memiliki kembaran. Bila bukan karena wajah, suara dan nama yang sama persis, Felix benar-benar akan meragukan penglihatannya. Sungguh, ia tahu bahwa dirinya sangat tua, tetapi tidak akan sampai serabun itu untuk tidak bisa membedakan warna.

"Halo Kakek," selayaknya anak laki-laki yang imut, Leo berdiri di belakang Merci yang jauh lebih tinggi. Mengangguk dan tersenyum kikuk. Ada rona tipis di wajah cantik itu, sukses memberikan kesan anak yang sangat pemalu.

Felix membalas senyumannya, mengangguk.

Entah bagaimana, keturunan Penyihir Agung bertingkah berbeda. Biasanya, anak ini cukup pendiam dan bersikap sangat arogan. Tidak memandang siapa pun bahkan dirinya yang seorang Kepala Sekolah Academy Ruby. Namun kali ini, selayaknya remaja biasa yang canggung dan pemalu, Tuan Muda An benar-benar bertingkah seolah mereka baru pertama kali bertemu …

"Kakek, dia masih keturunan Rika," Seolah takut Kakeknya tidak tahu, Merci mempertegasnya dengan ekspresi serius.

Senyuman Felix masih tidak berubah.

Sungguh, Nak, permainan apa yang sedang kalian lakukan?

Merasa bahwa Leo cukup pemalu untuk berbicara dengan Kakeknya, Naga Biru dengan ekspresi serius menyuarakan apa yang beberapa menit lalu mereka diskusikan. "Kakek, aku dan Leo sama-sama penasaran dengan sejarah Penyihir Rika … ada pertanyaan yang ingin kami ajukan."

"Oh? Pertanyaan apa itu?" Felix tetap menanggapi dengan lembut dan sabar. Tidak tergesa-gesa ketika melihat ekspresi serius wajah cucunya yang sok dewasa. Bagaimanapun, cucunya memang belum dewasa. Masih seorang remaja yang penuh dengan rasa ingin tahu.

"Kakek, apakah ada bukti bahwa Takahara Rika adalah murid dari Penyihir Agung Shappire?"

Hm?

Senyuman Felix membeku. Tanpa sadar, ia melirik ke arah remaja perak yang masih bersembunyi di belakang cucunya. Sosok itu juga menatapnya. Dengan sepasang netra emas yang bulat, ia berkedip polos.

Bukankah pertanyaan itu seharusnya diajukan kepada keturunan Penyihir Agung secara langsung? An Leo tidak mungkin tidak tahu. Remaja ini terlalu pintar hingga menakutkan. Dengan melihat laporan perihal pelatihan 2 jam sertifikat, di mana remaja mungil ini selalu lulus dengan nilai sempurna, Diandra Felix tahu pasti bahwa Keturunan Penyihir Agung benar-benar mewarisi bakat leluhurnya dengan baik.

Jadi, pertanyaan Merci benar-benar sesuatu yang seharusnya … An Leo tahu dengan pasti.

"Tentu saja ada," tetapi Incubus tua masih tetap mengikuti arus. Berpura-pura bingung dan mengikuti permainan yang diberikan oleh remaja yang lebih kecil. "Ada apa?"

"Kami ingin melihatnya," Merci menjawab dengan lugas. "Bukti bahwa Takahara Rika adalah murid Penyihir Agung."

Felix menghela napas. Diam-diam menatap ke arah An Leo yang masih … memasang ekspres polos. Berkedip dengan sepasang iris emas yang bersinar dengan rasa penasaran.

"Kalian belum berada di otoritas yang cukup untuk mengetahuinya," Felix tersenyum lembut. Bagaimanapun, keberadaan makam keempat murid Penyihir Agung merupakan bukti nyata. Ketika Kepala Sekolah Academy Ruby jatuh ke kepalanya, Felix menemukan berbagai macam jawaban dari semua pertanyaannya tentang Takahara Rika dan Penyihir Agung.

Terutama tentang keberadaan keempat makam yang sangat dirahasiakan.

Siapa yang menyangka bahwa Penyihir Agung tidak memiliki satu, tetapi empat orang murid? Secara kebetulan ketiga murid meninggal secara bersamaan dan hanya meninggalkan satu murid yang tersisa dan mampu memberikan keturunan.

Ketika mendapatkan jabatan sebagai Pemilik Sementara Planet dan juga Kepala Sekolah Academy Ruby, secara otomatis informasi berbagai macam jenis tempat dan rahasia bisa terbuka begitu saja. Terutama perihal keempat makam dan siapa yang dimakamkan di sana.

"Kenapa kalian mendadak menanyakan hal ini?" tidak mau melihat kekecewaan cucunya, Felix dengan bijaksana menanyakan tujuan dari pertanyaan Naga Biru itu.

"Sebenarnya, kami penasaran dengan sejarah berdirinya ketiga negara," Leo langsung buka mulut, mendahului Merci yang kembali ingin berkicau mewakilinya. "Tetapi tidak ada yang memuaskan, lalu mendadak Leo sadar bahwa tidak ada satu pun buku yang membahas Takahara Rika, itu sebabnya kami penasaran."

Ragu-ragu, remaja mungil itu menggigit bibir bawahnya. Terlihat bersalah dan canggung. "Jadi … karena itulah kami menemuimu, Tuan Diandra."

Nada yang dikeluarkan kali ini sangat lembut, sedikit gemetar seolah-olah takut menyinggung sosok yang lebih tua.

Mendapatkan perlakuan sopan seperti ini membuat Felix merasa agak canggung. Biasanya bocah cantik ini akan bertingkah sombong bak iblis, tidak pernah menunduk dan memasang ekspresi yang mampu membuat seseorang merasa bersalah seperti ini.

Bila tidak tahu sifat aslinya, Incubus tua ini pasti akan tertipu dengan mudah.

"Tidak masalah sama sekali," Felix menghela napas, nadanya sangat lembut dan membujuk. "Bukan hal yang aneh bila kalian penasaran. Tetapi … Merci," sepasang netra kelabu menatap cucunya. "Bukankah Kakek sudah mengatakan, hanya Penyihir yang boleh masuk ke sini?"

Mendadak, Merci membeku kaku. Ia seolah ingat larangan Kakeknya untuk memasuki Ruang Tertutup. Bagaimanapun, meski semua keturunan Rika mendapatkan izin untuk memasuki Ruang Tertutup, tetapi tetap saja Kakeknya menetapkan larangan bahwa selain Penyihir dan Kepala Sekolah Planet Ruby, tidak ada yang boleh masuk.

Hal ini mengingatkannya bahwa ia akan selalu diam-diam ke tempat ini ketika Kakeknya tidak ada.

"Maaf," Merci menunduk, tanpa sadar, pipinya memerah. Malu bukan main ditegur tepat di depan orang lain. "Aku--"

"Leo yang membawa Merci," tanpa ragu, remaja perak yang lebih pendek membela. Nadanya masih kekanakan, seolah memberitahukan bahwa ia yang menyeret sosok biru itu untuk masuk ke Ruang Tertutup. "Leo penasaran dengan Takahara Rika, jadi Leo meminta Merci membantu."

Incubus tua sakit kepala.

Permainan apa lagi kali ini?

Alasan kenapa Felix melarang masuk selain Penyihir, karena jelas buku-buku di sini hanya bermanfaat untuk para Penyihir, tidak berguna sama sekali untuk Zero dan Kesatria. Akan lebih berguna bila Kesatria dan Zero menghabiskan waktu untuk berlatih ketimbang mengurung diri di dalam tumpukan buku yang jelas, bukan pada bidang mereka.

"Tuan Mu-ehem, Leo," Felix benar-benar canggung memanggil remaja ini dengan nama. Bagaimanapun, kedudukan bocah ini ada di atasnya. "Itu bukan sesuatu yang baik, lain kali, jangan membawa Merci ke sini karena dia bukan Penyihir."

"Leo tahu," Leo menghela napas, terlihat sedih. "Tetapi Leo benar-benar penasaran dengan sejarah awal berdirinya ketiga negara, bahkan sebelum ketiga negara berdiri. Oh, sayangnya … buku-buku itu hanya ada di Perpustakaan Kerajaan."

Felix langsung mengerti.

"Leo ingin pergi ke Perpustakaan Kerajaan? Tetapi Perpustakaan Kerajaan berada di masing-masing Negara."

Sekali lagi, ekspresi remaja cantik itu terlihat murung. "Leo tahu."

Incubus tua itu terdiam selama beberapa detik. Netra kelabunya menatap remaja perak yang terlihat polos dan naif. Namun, sungguh. Kepala Sekolah itu tahu bahwa bocah ini tidak naif sama sekali.

"Bagaimana bila mengikuti Pertukaran Pelajar saja?" Felix, dengan lembut mengusulkan. Hal ini mau tidak mau membuat sepasang netra emas menatap lurus ke arah sang Incubus. Namun pria itu tidak mengubah ekspresinya sama sekali. "Dengan mengikuti Pertukaran Pelajar, Leo bisa pergi ke Negara Ion."

"Kenapa harus negara Ion?"

"Karena Negara Ion adalah Negara terkuat dan terbesar, buku sejarah yang mereka miliki pasti akan lebih besar dan lengkap," Incubus tua itu menoleh, tersenyum ke arah Merci. "Nah, Merci, bagaimana bila kau juga ikut? Kau akan menjadi Guardian Leo."

Sepasang netra emas berkilau dingin. Namun detik berikutnya, langsung menghilang sebelum Merci melihatnya.

"Aku?" Merci jelas kaget dengan usulan Kakeknya. Ia terlihat ragu, lalu menoleh ke arah Leo, meminta pendapatnya. "Apa kau ingin ikut Pertukaran Pelajar?"

"Merci mau menjadi Guardianku?" Leo balas bertanya.

Naga Biru itu terlihat kaget, lalu beberapa detik kemudian mengernyitkan alis. "Aku tidak pernah menjadi Guardian," akunya jujur. Bagaimanapun, tugas Guardian bukan hanya melindungi, tetapi juga merawat Penyihir mereka. Itu sebabnya, setiap Kesatria atau Zero yang ingin menjadi Guardian, akan melakukan serangkaian tes agar bisa mendapatkan Sertifikat Guardian secara resmi.

"Tidak apa-apa, aku bisa mengurus diriku sendiri," seolah tahu beban Naga Biru, Leo tanpa ragu, menyemangati Naga Biru. "Merci hanya perlu melindungiku."

"Benarkah?"

"Ya," Leo mengangguk. Namun beberapa detik kemudian, ia menghela napas. "Tetapi aku tidak yakin bisa ikut Pertukaran Pelajar … aku harus bertanya dengan Papa dulu."

Merci mendadak sadar bahwa remaja yang lebih pendek ini adalah anak Papa. Bertingkah seperti bayi naga yang masih disapih ketika berhadapan dengan Papanya. "Oh, okay … katakan saja dulu dengan Papamu, bila diizinkan, aku akan menjadi Guardianmu."

Leo terkekeh mendengarnya.

"Baiklah, memang lebih baik berbicara dulu dengan Ayahmu," Felix menanggapi dengan baik. Mendengar percakapan akrab kedua remaja di depannya, membuat Felix kembali tersenyum. "Bila keputusannya sudah diambil, Merci bisa menghubungiku."

"Baik Kakek," Leo mengangguk kalem. "Kalau begitu kami pergi dulu, maaf sudah mengganggumu."

Incubus tua tertawa. "Oh, tidak sama sekali."

Setelah mengatakannya, sepasang remaja melangkah bersama meninggalkan Kepala Sekolah. Namun, tepat ketika Leo berbalik, tepat saat Merci tidak memperhatikan, senyuman di bibir si perak telah menghilang. Ekspresi remaja cantik itu berubah dingin.

Dalam sepersekian detik, Leo langsung mengerti tujuan Diandra Felix.

Diandra Youna masih berada di Kerajaan Ion. Entah apa yang dilakukan pihak Kerajaan, tetapi Youna jelas dijadikan sandera. Ia tidak bisa kembali, Keberangkatannya bukan hanya untuk menjadi pertukaran pelajar biasa, tetapi juga bala bantuan lain agar Diandra Youna dibebaskan dari sana.

Alasan kenapa Merci ikut, itu bukan untuk melindunginya, tetapi untuk memperingati Negara Ion.

Pangeran sulung mereka adalah apa yang Youna dan Felix besarkan. Bila negara berani berbuat macam-macam, tentu saja Merci tidak akan ragu muncul dan merebut haknya sebagai seorang Pangeran. Meski nama keluarganya adalah Diandra dan bukan Ellios, Naga Biru cukup mampu untuk menggunakan nama keluarga mana pun selama ia ingin menggunakannya. Mau bagaimanapun, negara Ion mementingkan kekuatan dan garis keturunan. Terlebih, hanya sekali pandang, Leo tahu bahwa Merci berbakat.

Terlebih Merci pergi bersama satu-satunya putera dari Naga terkaya di Galaksi … Seorang bocah lelaki yang paling disayangi dan merupakan harta bergerak untuk Ayahnya.

Jadi, siapa yang berani menyakiti Merci? Siapa yang berani menahan Youna?

Oh, Kakek tua ini benar-benar …

Leo diam-diam menyeringai.

Ini seperti sekali mendayung, dua tiga pulau terlewati. Pria tua itu benar-benar pintar untuk memanfaatkan kesempatan.

Yang udah baca, jangan lupa review dan vote yak!

AoiTheCielocreators' thoughts