1 00. Prolog

" Kenapa hidupku sangatlah menyedihkan? Aku juga ingin seperti mereka yang hidup tanpa beban. " —Azra

***

— Azra Story —

"Ke-kenapa sikap Mama dan Papa berubah?" lirih Azra.

Mama Feli— Mama tiri Azra, mendorong kasar bahu Azra, "karna saya punya dendam sama Bunda kamu!"

"Bunda? Bunda berbuat apa hingga kalian ingin balas dendam. Biarkan beliau tenang disana, Ma."

"Ada, kamu ga perlu tau!" desis Papa disertai tatapan mata nya yang terlihat sangat tajam.

"Sana pergi!"

"Ma, Pa. Setelah aku koma hampir satu tahun aja kalian nggak jenguk. Sekarang? aku malah di usir dengan kasar? Kalian jahat!" isak Azra.

Perasaan nya campur aduk, tidak di sangka ternyata orang tua nya itu memiliki dendam dengan Bunda-nya.

Azra keluar dari apartement tersebut dengan langkah cepat. Tujuan nya kesini berakhir dengan kesedihan mendalam.

"Mama sama Papa jahat banget, hikss.."

"Bunda kan baik, emang Bunda pernah punya salah?"

Tin.. Tinn...

Suara klakson mobil terdengar sangat berisik, ingin sekali Azra memarahi pemilik mobil tersebut. Namun, ternyata mobil itu milik sahabat bobrok nya.

Siapa lagi kalau bukan Killa?

Killa keluar dari mobil dengan segera, di ikuti dengan Caca yang berada di belakang nya. "Ya ampun Azraa, lo ngapain disini?"

Azra mengusap kasar pipinya yang penuh dengan air mata sialan itu.

Mengapa dirinya menangisi hal yang seharusnya tidak pantas untuk di tangisi?

"Hey, lo kenapa?" tanya Caca lembut.

Azra hanya menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Killa menghela napas panjang, "kita duduk dulu, disana."

Caca merangkul bahu Azra yang terlihat masih bergetar menahan tangis. "udah, Zra. Tenang,"

Tiga gadis tadi duduk di kursi taman yang berada di dekat mereka. Caca dan Killa masih berusaha menenangkan satu sahabatnya ini.

Mereka tau, Azra memiliki keluarga yang sulit di jelaskan. Bahkan, kadang-kadang mereka mengetahui Azra sering menangis dalam diam. Meskipun diam, kedua nya dapat merasakan itu semua.

"Gue nunggu lo buat cerita, Zra. Semoga bisa bikin lo lebih tenang," ujar Caca.

Azra menghembuskan nafas nya, "Ternyata Mama punya dendam sama Bunda."

Caca dan Killa mengernyitkan dahi, "Den-dendam?"

"iya, gue makin pusing aja tau nggak?!"

"Sabar, Zra. Nama nya juga hidup."

Azra menyenderkan punggungnya seraya menatap langit yang terlihat sangat cerah, "Kapan ya, gue bisa hidup tenang dan bahagia? Teror aja masih dateng terus, sampe bosen gue nerimanya."

"Kita bakalan bantu lo, Azra. Tenang aja,"

Azra beralih menatap kedua sahabatnya secara bergantian. "Kalian emang baik deh, nggak salah gue pilih temen."

"Iya, nggak salah gue milih temen. Tapi yang itu, gue agak nyesel sih." canda Killa seraya menunjuk Caca dengan dagunya.

Caca melotot, "wah parah nih bocah, ngajak war ya? Yok kapan yok, gue udah siap!"

Caca berdiri seraya menaikkan lengan bajunya, "Ayok, gue udah siap."

Azra terkekeh pelan, "Tanpa kalian, gue udah bunuh diri dari dulu." batin nya.

—  Azra Story —

avataravatar
Next chapter