1 Kecantikan Putri Violet

"Angsa yang indah itu selalu menjadi rebutan di berbagai kalangan. para saudagar berdebat, dan para budak hanya menimang harap semoga mendapat keberuntungan."

"Angsa tersebut memiliki paras unik yang membuat mata hanya ingin memandang ke arah dirinya, bulu putih lembut keemasannya begitu menawan hasrat ingin segera memiliki.."

"Sang saudagar terkaya berusaha terus menyebutkan nominal besar dari mulutnya agar menjadi seorang terpilih untuk memiliki angsa indah tersebut, begitupun dengan beberapa manusia tidak bermoral yang selalu berusaha mencurinya dari sang tuan pemilik angsa, ada juga---"

"Nona blaire, menurutku mungkin angsa yang kau maksud adalah Putri Violet, iya bukan?" Sela seorang anak lelaki tampan yang sedari tadi menyimak dongeng wanita muda yang disebutnya Nona blaire.

"Putri Violet? Emh.. kurasa kau ada benarnya Raz," balas anak perempuan yang tengah mengipasi pelan wajahnya dengan kipas cantik bercorak unik.

"Putri Violet memang cantik, semua mata yang memandang kearahnya pasti tidak akan rela bila terlewat sedetik sekalipun"

"Kaza, mulutmu bisa tidak dijaga? Kau mau yang mulia Raja menghukummu?" Emi, seorang anak yang berasal dari kalangan kerajaan itu menjawab sinis perkataan kaza.

"Kau lupa? Ayah ku juga seorang Raja."

"Maksudku bukan Yang mulia Kenny, yang kumaksud adalah yang mulia Markz, ayahanda dari putri Violet. "

"Nona blaire, tolong lanjutkan saja dongengnya," lanjut Emi.

"Ahh.. tapi ku rasa kaza ada benar nya, Putri Violet memanglah putri impian," sahut Arlo yang tengah menopang dagunya dengan sebelah tangan sambil memejamkan mata, mungkin sedang mengkhayal-kan sesuatu.

"Para pangeran dan putri sekalian, mohon bersikap tenang dan jangan berbicara, karna itulah peraturan kelas saya hari ini." Jawab Nona blaire se-ramah mungkin.

"Nona blaire, tolong berhenti bersikap kaku, dan tolong berikan pendapatmu tentang pembahasan kami yang satu ini.." kaza berbicara, membuat Nona blaire bingung harus bertindak apa.

"Nona blaire, ayo berikan pendapatmu!!" Seru Faya, anak perempuan yang tengah mengipasi wajahnya.

"Pangeran dan putri, mohon maaf bila saya akan mengatakan sesuatu yang tidak mengenakkan hati, memang benar Tuan Putri Agung Violet Charlotte adalah Putri impian yang kalian damba, tapi.. terdapat kenyataan rumit yang membuatnya berbeda."

"Kenyataan apa itu??" Seru penasaran Emi membuat yang lainnya ikut bertanya.

"Emh.. seperti yang kalian tau, Putri Violet bahkan tidak bisa disamakan dengan angsa berbulu putih keemasan seperti yang saya ceritakan, karna jelas Putri Violet sangat lebih dari semua ekspetasi, saya sangat setuju dengan apa yang pangeran kaza katakan, seseorang tak akan sanggup berpaling saat menatap Tuan Putri Agung Violet, tapi.."

"TAPI APA!?" teriak putri lainnya dengan nada geram.

"Nona blaire, bicaralah terus terang! Kau membuatku seperti hampir mati karna penasaran!" Lanjut Putri tersebut.

"Tolong tenang Putri Zura."

"Astaga, berhenti basa basi, ayo cepat lanjutkan!"

Nona blaire membuang nafas pelan, sungguh menghadapi anak seorang bangsawan butuh kesabaran super extra.

"Baiklah saya lanjutkan." Nona blaire kembali membuang nafas cepat sebelum melanjutkan kalimat tertundanya.

"Tapi dari semua yang saya katakan, ada satu hal yang membuat Tuan Putri Agung Violet selalu menjadi daftar hitam calon Ratu dari kerajaan asing."

"Hah? Apa maksudmu!" Seru kaza tidak terima.

"Maksud saya adalah, setiap ada Raja yang ingin menjodohkan Putra mahkotanya dengan putri Violet, pasti akan berpikir kembali beribu-ribu kali lipat, dengan kendalah alasan, putri Violet adalah anak pertama, yang dianggap sebagai perusak garis keturunan."

"Astaga.. bagaimana bisa?" Sahut faya tercengang dengan mulut terbuka sempurna

"Karna anak pertama seorang Raja yang merupakan perempuan dianggap musibah pembawa malapetaka."

"Alasan tidak masuk akal!!  Bagaimana bisa Putri Violet diperlakukan secara tidak adil!" Marah Arlo

"Alasannya sederhana, karna yang sepantasnya menjadi anak pertama seorang Raja adalah anak lelaki yang nantinya akan menjadi Putra mahkota."

"Ya Tuhan.. kasihan sekali putri Violet, pupus sudah harapanku bersama dengannya, orang tuaku pasti akan membantah mati-matian." Sedih Arlo, terlihat jelas dari raut wajahnya yang kecewa.

"Begitulah alasan yang selama ini saya tau, tapi Pangeran Arlo tidak perlu bersedih, bukankah masih banyak wanita bangsawan la--" perkataan Nona blaire seketika terhenti saat mendengar salah satu anak yang berada di kelasnya mengajukan pertanyaan.

"Lantas, apa yang akan menimpa Putri Agung Violet Charlotte bila menikahi seorang Putra mahkota Raja?" Tanya anak itu dengan suara lantang, membuat perhatian semua orang mengarah kearahnya.

"Saya ajukan pertanyaan sekali lagi, apa yang akan terjadi pada seorang Violet?" Tanya anak itu kembali dengan suara lantangnya.

Bukannya menjawab pertanyaan anak itu, Nona blaire malah mematung kaku dengan wajah yang sudah pucat pasi.

Bukan hanya Nona blaire, semua anak bangsawan yang berada di dalam kelas pelajaran khusus itu juga tercengang setelah tau siapa yang baru saja mengajukan pertanyaan itu.

"Apa tidak ada yang berniat menjawab pertanyaan ku?" Anak itu menunjukkan ekspresi datar.

"T-tuan putri Agung Violet Charlotte! Hamba mohon maaf... Tolong maaf kan perkataan lancang hamba.." Nona blaire berjalan mendekati tempat anak itu, lalu bertekuk lutut tepat dihadapannya.

"Dengar, aku tidak membutuhkan mu untuk bertekuk lutut seperti ini." Merasa jengkel, Violet langsung saja memutuskan untuk pergi dari kelas yang di bimbing oleh Nona blaire tersebut.

"Tu-tuan Putri!" Nona blaire menyeru dengan wajah pucat nya. Tentu saja hal itu disaksikan oleh seluruh anak bangsawan yang sedang berada di kelasnya.

"Ta-tadi itu Tuan Putri Violet Charlotte!!?" Kata Emi dengan nada khas terkejutnya.

"Kenapa kita semua tidak menyadari keberadaannya?"

"Kapan dia datangnya? Perasaan tadi dia tidak ada.."

"Apa dia mendengar semua pembicaraan kita? Astaga.."

"Sungguh mengejutkan, tetapi putri Meghan ternyata memang lebih seperti apa yang kita bayangkan, dia lebih dari sempurna.."

"Dia benar-benar sempurna, tapi apa tadi dia sedang marah?"

"Nona blaire, kami berharap kau akan baik-baik saja setelah ini."

Begitulah kira-kira gumaman para Putri dan Pangeran yang ada disana. Ada yang terkejut, terpesona, dan tentunya khawatir.

Nona blaire sendiri saat ini masih bersimpuh di atas lantai marmer dengan wajah tertunduk.

"Pangeran dan Putri sekalian, saya mohon maaf atas apa yang terjadi hari ini.." Nona blaire berbicara pelan, sangat pelan.

"Harusnya kau tidak perlu mengatakan hal yang bersifat pribadi seperti itu Nona blaire," sahut Faya.

"Sungguh disayangkan memang," Ungkap kaza dengan wajah dramatis, terlihat ia tidak ingin terlalu mengasihani hidup Nona blaire saat ini.

***

avataravatar
Next chapter