webnovel

Trial Fashion Show

Melihat Fiona berdiri di belakang punggung temannya, Mary yang tadinya sedang sibuk memakaikan kostum pada Alisa pun langsung mematung kaget. Lupa kalau kepala Alisa belum berhasil melewati lubang bajunya, dia cuma berdiri diam di situ.

"Ma-Mary?" Panggil Alisa yang akhirnya perlu meraba-raba sendiri kepalanya untuk menarik baju jubah itu. "Kurasa lubang kepalanya agak kecil…?"

Tapi saat dia melihat wajah Mary yang memucat dengan pandangan yang tertuju ke punggungnya, Alisa langsung tahu kalau Fiona pasti ada di belakangnya.

Alisa memutar kepalanya dengan takut-takut. Dan benar saja, perempuan ganteng yang tidak sampai sejam lalu masih seukuran kuman dan terkurung di bola kaca itu, sekarang memang sudah kembali ke ukurannya yang semula. Tinggi dan mengintimidasi.

"Ka-Kak Fiona sudah keluar ya?" Tanya Alisa seadanya. Tapi karena Fiona sama sekali tidak membalas, Alisa yang mulai merinding akhirnya buru-buru memikirkan perkataan lain. "Mm, anu, itu, ah, menurut kakak kostumku bagus tidak?" Katanya sambil memaksakan senyum kecil.

Masih terdiam, Fiona mulai menurunkan pandangannya ke bagian tubuh Alisa yang ditutupi dengan kostum jubah koboi. "Tentu saja tidak. Jelek banget malah." Sahut Fiona akhirnya. "Siapa yang buat? Nenekmu?"

"I-Ini cuma kostum percobaan…" Sahut Mary juga seakan dia merasa perlu mengakui dosanya. Karena jubah koboi yang dia buat untuk Alisa memang cuma kain yang asal dia gunting jadi jubah.

Fiona terdiam dan terus saja menghakimi kostum jelek itu dari atas sampai bawah. Lalu dia juga melihat sekeliling dan mulai sadar kalau ternyata semua orang yang ada di ruangan itu juga sedang sibuk memilih atau menggunting-gunting kain seperti yang dilakukan 2 bocah di depannya.

Padahal tadinya dia datang untuk menculik Alisa supaya dia bisa minta uang tebusan atau semacamnya pada Rei dan Hana. Tapi melihat Alisa yang harusnya imut malah pakai jubah jelek dan topi koboi norak itu, anehnya Fiona malah jadi tidak senang.

"Dasar payah. Sini, biar Aku saja yang buat!" Kata Fiona akhirnya sambil merebut gunting Mary.

==========================>>

Begitu melihat sosok Fiona saat dia kembali ke divisinya, tadinya Erika sudah akan siap-siap ambil linggis atau semacamnya. Tapi karena dia segera ingat kalau ketua divisi yang lain akan langsung ramai kalau tahu tentang ini, dia pun langsung menenangkan dirinya dan memilih untuk menghubungi Rei saja--yang ternyata memang sedang mencarinya juga.

Tapi tidak seperti yang mereka khawatirkan, Fiona tidak membuat masalah apa-apa kali ini, atau setidaknya belum. Dia cuma sedang ikutan acara fashion show bersama anggota divisi acara yang lain! Bahkan kelihatannya dia juga hampir berhasil merayu semua orang untuk memilih kostum gadis berkerudung merah yang dia buat khusus untuk Alisa.

"Teman jeniusmu benar-benar membingungkan, kau tahu." Komentar Erika pada Rei yang juga cuma bisa melipat bibirnya pahit.

Kalau mendengar dari cerita Hilda, Rei berasumsi bahwa mungkin bola kacanya mengalami keretakan saat Hilda tidak sengaja menjatuhkannya? Sehingga dia jadi bisa menggunakan sihirnya untuk kabur sampai akhirnya membebaskan dirinya dan menyelinap ke pesta ini? Mungkin?

Tapi selain itu, ada satu hal lagi yang masih meragukan. "Kau yakin yang memecahkan kacanya bukan anak itu?" Tanya Rei lagi untuk kesekian kalinya.

Soalnya melihat Alisa yang senang-senang saja didandani Fiona begitu, sesuai dugaannya, dia pasti sudah lupa percobaan pembunuhan Fiona yang dialaminya minggu lalu--dan yang lebih parah, malah jadi lumayan akrab dengannya.

"Aku yang memecahkannya, oke? Berhenti menyalahkannya." Balas Hilda gemas. "Lagipula kenapa kau tidak bersama Hana? Kau tidak memberitahunya tentang ini?" Tanyanya, meski Rei malah sudah mengalihkan wajahnya lagi.

"Tapi kenapa juga dia malah ikut-ikutan pekerjaan di sini? Bahkan sampai menjahit semua kostum percobaannya segala." Kata Erika lagi. "Padahal ekskul menjahit saja tidak mau mengerjakannya meski kuminta berkali-kali."

"Itu karena ekskul itu sudah bergabung ke daerah timur kan?" Timpal Hazel yang juga ada di situ. "Jadi mereka maunya dibayar."

"Kalau cuma mau dibayar sebenarnya tidak masalah." Balas Erika lagi. "Tapi mereka juga minta sebagian keuntungan dari festivalnya—oh my god! Kau harus lihat saat mereka bicara padaku! Seolah Aku sangat membutuhkan mereka?!" Curhat Erika yang kelihatannya lumayan sakit hati.

Tapi karena pemandangan fashion show itu lebih menarik perhatiannya, Rei jadi tidak begitu mendengarkannya dan sibuk berpikir sendiri. 'Apa Fiona memang sebenarnya menyukai anak itu? Atau…?'

Alisa yang sudah lupa dengan kejadian waktu itu mungkin tidak terlalu mengejutkan. Tapi sejujurnya dia tetap berpikir kalau Fiona pasti akan setidaknya buat sedikit masalah setelah keluar dari bola kacanya. Bahkan kalaupun dia tiba-tiba menculik Alisa dan minta tebusan, itu juga sebenarnya sudah masuk perhitungan.

"Dia begitu dari tadi? Dia tidak mencekik siapapun atau semacamnya?" Tanya Rei lagi.

"Tidak…" Balas Erika yang anehnya merasa seperti Rei berharap Fiona melakukan sebaliknya.

"Ah, tapi tadi sepertinya dia sempat pergi ke gudang paket dan mencuri semua paket kain milik ekskul menjahit." Tambahnya. "Yang, sebenarnya tidak membuatku keberatan. Tapi mereka pasti akan protes panjang saat tahu nanti."

Tidak merasa kalau itu masalah besar, Rei cuma mengangkat bahunya tidak peduli. Baru akhirnya dia mendekati kerumunan fashion show yang ada di ujung ruangan.