webnovel

Failed

"Alisa!" Teriak seseorang begitu Alisa dan Hilda memasuki pintu divisi lain. "Kok kau di sini?"

"Oh, Mary!" Balasnya. Alisa tadi tidak begitu memperhatikan tanda di pintunya, tapi ini pasti ruangan divisi acara. "Itu, mm, tadi Aku bantu kak Hilda buat ini…" Jelasnya singkat.

"Wah, salad buah dan ini… Tiramisu ya? Hei, semuanya! Ada yang mau dessert tidak?" Panggilnya, dan tiba-tiba saja ada banyak kepala yang muncul dari balik lemari atau meja dan langsung lari mendekat untuk rebutan makanan. Dibanding divisi lain, kelihatannya di sini anggotanya sedikit lebih banyak.

Dan mereka juga kelihatannya sedang sibuk sesuatu. "Itu topi apa?" Tanya Alisa sambil menunjuk kepala Mary.

"Ah, ini? Semua orang sedang pilih-pilih konsep untuk festival olahraga bulan depan, dan ini pilihanku. Bagus kan?" Jelasnya sambil bergaya dengan topinya. "Tapi karena kak Eri belum kembali dari rapat—Oh, iya! Rapatnya!"

Dan Mary pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Hilda. "Kak Rei katanya datang ke rapat hari ini ya? Apa kakak sudah tahu?" Tanyanya.

Tapi kali ini Hilda cuma mengulum senyum tipisnya dan langsung menoleh ke arah Alisa. "Sisanya sudah tidak banyak, jadi bagaimana kalau kau di sini saja dulu? Aku yang akan bagikan sisanya." Katanya. Soalnya setelah bertemu Mia tadi, Hilda jadi mulai gelisah untuk mengajak Alisa keliling lagi.

"Eh, tapi…"

"Dan tas ini juga Aku saja yang bawa." Potongnya. "Nanti biar Aku yang bilang pada Hazel kalau dia sudah kembali. Dah!"

"Terima kasih makanannya!" Teriak Mary lagi sebelum Hilda pergi keluar. Meski setelah mengatakan itu, dia malah langsung meraba-raba tubuh Alisa.

"A-Apa yang kau lakukan?" Tanya Alisa yang kegelian.

"Kau… Jangan bilang kau bawa kak Fiona kemari?" Tuduhnya langsung. "Ke sekolah tidak masalah, tapi ke gedung Osis agak bahaya tahu. Belum lagi beberapa orang mungkin mengenalimu." Bisiknya.

Alisa sempat terdiam ragu, tidak yakin apa dia boleh menjawabnya dengan jujur. Tapi sejak awal Mary memang sudah tahu semuanya, jadi…

"Itu, tadi sudah dibawa sama kak Hilda."

"Oh, yang benar?" Celetuk Mary yang sekilas agak bingung. "Yah, tapi kurasa tidak masalah kalau sama kak Hilda."

"Kenapa begitu? Aku saja khawatir."

"Tidak tahu. Tapi kudengar kak Fiona tidak begitu bisa melukai kak Hilda." Balasnya asal. "Daripada itu, mumpung kau di sini, cepat bantu Aku pilih warna baju yang cocok dengan topi ini."

========================>>

Begitu rapatnya selesai, Hazel tadinya sudah ingin langsung bicara pada Hana kalau Alisa ada di bawah menunggunya. Tapi daripada mendatangi mejanya ke depan yang jelas-jelas ada Rei juga--yang mood-nya masih dipertanyakan, dia akhirnya lebih memilih untuk menunggu di luar ruangan sampai Hana yang keluar sendiri.

Tapi sebelum dia benar-benar sampai di pintu, sosok Rei ternyata malah melesat duluan mendahuluinya.

"Rei, tunggu! Aku belum--" Hana berusaha mengejarnya. Tapi si ketua Osis itu malah sudah terbang menembus langit-langit seperti hantu.

"..." Hazel sempat kasihan melihat Hana memasang wajah cemberut dengan sedih, tapi mau bagaimana lagi. Dia tidak bisa menghibur apalagi membantunya, jadi dia langsung saja mengurus urusannya. "Anu, kak Hana, omong-omong di lantai bawah--"

"Hei, Hana." Tapi sekarang sudah ada orang lain lagi yang mengganggunya, yaitu Ello. "Apa Rei baik-baik saja? Kelihatannya dia gelisah akan sesuatu ya?" Tanyanya.

Hana sempat terdiam karena dia tidak tahu jawabannya juga. Tapi kemudian dia teringat lagi sikap aneh Rei saat bicara dengannya di rapat tadi. Dia tahu Rei tidak pernah suka dengan daerah timur, tapi kalau sampai seperti tadi…

'Apa memang ada yang terjadi di sana?' Pikirnya.

Ditambah, Hana sendiri juga bukannya tidak tahu kalau Ello kadang bisa, mm, bagaimana menjelaskannya, punya prioritas yang beda dengan Osis? Jadi mungkin memang tidak akan ada gunanya kalau dia menanyakannya langsung.

"...Maaf, Ello. Kita bicara nanti lagi ya. Aku mau--"

Tapi Ello menarik tangannya. "Ah, maaf. Hanya, mm, kelihatannya Hazel daritadi ingin bicara denganmu juga." Katanya. "Siapa tahu penting."

"..." 'Geh, sialan!' Umpat Hazel dalam hati begitu Hana menoleh padanya.

Padahal dia cuma ingin memberitahu Hana kalau Alisa ingin bertemu dengannya. Tapi kalau Ello malah menembaknya duluan begitu, dia jadi merasa kalau dia tidak boleh mengatakan itu di depannya.

"Itu, mm, tolong kacanya jangan lupa dibawa juga." Kata Hazel akhirnya, sambil menunjuk pajangan kaca yang masih tergeletak di kursi depan.

"A-Ah..." Padahal baik Hana dan Hazel sama-sama tahu kalau Fiona tidak ada di pajangan itu, tapi sayangnya yang lain tidak.

Dengan buru-buru, Hana pun mengambilnya dan kembali lari ke pintu. "Kalau begitu Aku duluan ya." Katanya dan dia pun pergi.

Hazel sudah akan pergi begitu sosok Hana menghilang. Tapi ternyata Ello masih bicara lagi. "Hei, omong-omong tempatku berencana melakukan pesta perayaan kecil besok. Bagaimana kalau kau juga datang?"

Hazel sebenarnya tidak begitu tertarik, tapi dia tetap bertanya balik. "Perayaan apa memangnya?"

"Apa saja!"

"...Tidak usah kalau begitu." Balas Hazel akhirnya.

"Kenapa? Kalau masalah para guru, kau tidak usah khawatir. Mereka semua punya urusan di luar besok."

Hazel semakin terlihat tidak tertarik, tapi Ello malah kembali berkata. "Ah, apa kau sudah punya janji dengan anggota barumu itu?" Tanyanya lagi yang seketika membuat Hazel kembali menoleh. "Siapa namanya tadi? Alisa ya?"

"..." Merasakan kalau Ello mulai punya niat aneh, Hazel langsung menajamkan pandangannya. Tapi Ello yang juga menyadari itu akhirnya kembali tertawa. "Haha, pokoknya datang saja kalau kau berubah pikiran." Katanya. "Sekalian nanti kusiapkan semua mainan kapal yang kau suka."

Dan begitulah ceritanya Hazel gagal memanggil apalagi membawa Hana ke dapur Hilda.