1 Takdir Hitam

Rigma : Kehancuran yang Tak Terhindarkan

Namaku Rigma Sanja Dawala, seorang remaja berumur 18 tahun 11 bulan yang baru lulus sekolah menengah atas. Kehidupanku berjalan lancar selama masa sekolah, meskipun aku tidak memiliki banyak teman. Tapi satu teman sejati menurutku sudah cukup untuk mengisi kehidupanku, aku sudah cukup puas memiliki aisha dalam hidupku. Gadis remaja cantik bernama Aisha Sukma Putri yang selalu bersamaku adalah teman masa kecilku.

Rumahnya berada tepat di sebelah rumahku, kami sama-sama tinggal sendiri di rumah. Bedanya orang tuaku tidak ada di rumah karena mereka sibuk bekerja, ibuku ilmuwan dan ayahku jenderal militer. Keduanya terlalu sibuk untuk mengurus seorang anak remaja sepertiku, aku tidak mengeluh karena aku tahu mereka bekerja menghidupiku. Lagipula aku memiliki aisha yang selalu menemaniku, aku berjanji untuk selalu melindunginya.

"kenapa...!?"

Namun semuanya berubah ketika insiden monster dimensi yang menyerang sekolahku. Aku tidak pernah menyangka hari dimana aku dan aisha lulus menjadi sebuah malapetaka. Aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika aisha berhadapan dengan monster dimensi. Diriku yang lemah membuatku gagal menolong aisha, padahal ia selalu ada untukku. Tapi aku malah tidak berada disampingnya ketika ia mengalami keadaan kritis.

"aisha... ~"

Semua insiden mengerikan yang membuatku terpuruk dan membuat aisha mengalami penderitaan, dimulai dari cuaca cerah di pagi hari. Pagi yang sama seperti hari-hari sebelumnya ketika aku dan aisha pergi sekolah bersama.

Insiden Tak Terduga

Hari itu rigma dan aisha berangkat ke sekolah seperti biasa, mereka harus mengurus ijazah dan administrasi kelulusan mereka. Rigma dan aisha berniat untuk mendaftar ke universitas sains untuk mewujudkan impian mereka menjadi ilmuwan.

"hari cerah ya... ini pertanda baik..."

Senyuman manis yang sangat menyilaukan bagi rigma terlihat di wajah seorang gadis berambut pirang. Aisha sendiri memiliki darah campuran, ibunya berasal dari Italia dan ayahnya dari Indonesia. Sehingga ia memiliki rambut pirang seperti ibunya, kulit putih dan wajah yang oriental membuatnya terlihat sangat cantik. Rigma selalu terpukau dengan kecantikan dan sifat polos aisha, hanya aisha yang bisa meluluhkan hati rigma.

"ya memang cerah... tapi bukan berarti ini pertanda baik... sebab panasnya terasa menyengat kulit..."

"sentilan penghilang pikiran negatif..."

*tuk...*

"aw..."

Aisha menyentil kening rigma dengan mudah sebab tinggi badan mereka hampir sama. Aisha memiliki tinggi badan 155 cm, sementara rigma lebih pendek dengan tinggi badan 150 cm.

"kamu harus lebih ceria rigma... pokoknya jangan ada pikiran negatif yang berlebihan..."

"iya iya..."

Rigma hanya tersenyum menanggapi perkataan aisha, ia tidak pernah bisa membantah perkataannya. Rigma hampir tidak pernah marah pada aisha, apapun yang aisha lakukan padanya ia selalu menerimanya. Mereka pun seperti biasa menaiki bus ke sekolah, keramaian ibu kota di pagi hari sudah menjadi pemandangan biasa bagi kedua remaja itu.

"Rigma… kamu beneran gak mau jadi seorang etranger…? Kata pasukan khusus yang dulu pernah seminar di sekolah kita… kamu itu punya potensi besar bukan…?"

"Dapat mengimbangi gaya bertarung seseorang yang menjadi pasukan khusus, bukan berarti menjadikanku sekuat etranger… atau memiliki potensi untuk menjadi salah satunya... kunci utama menjadi seorang etranger adalah kecocokan… kalau wadahnya tidak cocok maka sekuat apapun manusianya, ia akan mati begitu saja…"

"Begitu ya… hmmm jadi begitu… aku pikir kamu hanya membenci kaum etranger saja…"

'Yah aku memang membenci mereka… mereka yang terlalu mengandalkan kontrak dengan jiwa pengelana terutama… apalagi mereka sangat tidak bisa diharapkan untuk menumpas monster dimensi sebelum jatuh korban... '

Indonesia memiliki catatan kasus kematian tertinggi yang diakibatkan oleh kemunculan monster dimensi. Sebab banyak administrasi rumit yang harus diselesaikan sebelum anggota khusus kepolisian atau organisasi etranger bisa dikerahkan. Negara terlalu mengekang pergerakan etranger, sehingga membuat banyak korban berjatuhan.

"Intinya aku hanya tidak sudi menjadi etranger bila diriku tidak bisa melindungi siapapun hanya karena administrasi…"

"Pfff hahahaha… kamu ini…"

Tanpa terasa mereka pun akhirnya sampai di sekolah, banyak siswa yang telah lulus datang untuk mengurus ijazah mereka. Mengurus administrasi dan ijazah hanya membutuhkan waktu setengah jam.

"Akhirnya selesai…"

"Lelah banget kamu sha… "

"Ya mau gimana lagi… antrinya panjang banget… aku gak nyangka banyak siswa yang mengurus administrasi hari ini…"

"Hahaha…. Makanya kamu harus sering latihan fisik juga… jadi ilmuwan itu harus kuat mental dan fisik... "

"Iya-iya… eh itu kan karin…!!"

Aisha langsung kembali bersemangat ketika melihat sahabatnya Karin Aliyawati baru selesai mengurus ijazahnya.

"Aisha… aku mau nyari makanan dulu di seberang sekolah…"

"Iya… nanti aku tunggu di depan gerbang kalau kami sudah selesai mengobrol…"

Rigma hanya tersenyum sambil membalikkan badannya untuk pergi ke kedai burger kesukaannya yang berada di luar sekolah. Namun rigma tidak pernah tahu bahwa keputusannya akan membuat dirinya menyesal seumur hidup. Langit di atas sekolah antra sukma tempat rigma dan aisha bersekolah mulai mendung. Tapi awan hitam tersebut hanya berkumpul tepat di atas sekolah, tak ada satu orang pun yang curiga soal awan tersebut.

*creak…*

Sebuah retakan dimensi muncul di balik awan hitam yang menutupi cahaya matahari. Alarm tanda munculnya energi jiwa dalam skala besar di radar unit khusus kepolisian pun berbunyi.

"Lapor…! Ada sebuah reaksi energi jiwa skala besar yang muncul…"

"Dimana lokasinya…?"

"Tepat berada di atas sekolah swasta menengah atas antra sukma…"

"Cepat urus dokumen pengerahan pasukan seperti biasa…"

Pimpinan pasukan unit khusus kepolisian Sanjaga Tandir dengan tenang menyuruh anak buahnya mengurus dokumen formal terlebih dahulu. Pemerintahan Indonesia memang memiliki masalah berbelit soal dokumen laporan pengiriman pasukan etranger.

"Tapi pak… di sana banyak kegiatan siswa yang sedang berlangsung… kemungkinan akan banyak korban jiwa… jika tidak segera di tangani…"

"Tangani dokumennya atau kita tak akan bergerak sedikit pun…"

"Si… siap pak…!"

"Jangan lupa suruh polisi setempat untuk memblokade sekolah itu… agar tidak ada tambahan jumlah korban…"

"Baik pak…!"

Sanjaga sangat ketat soal dokumen tersebut, itu sebabnya ia terpilih sebagai pimpinan pasukan unit khusus kepolisian. Ia tidak peduli dengan keterlambatan ataupun dampak yang dihasilkan, ia hanya peduli soal prosedur yang sesuai dengan aturan. Sementara itu rigma yang sedang asik mengunyah hamburgernya baru menyadari soal awan hitam di atas sekolahnya.

"Hmmm…? itu…!?"

Rigma langsung berlari secepat yang ia bisa dan menjatuhkan makanannya.

'Awan aneh itu…! Aku punya firasat buruk tentang ini…'

Saat rigma sampai di depan pintu gerbang sekolahnya, ia terkejut karena polisi sudah memasang barikade dengan palang energi.

"AISHAAA….!!"

Tujuan rigma ingin masuk ke sekolahnya hanya satu, menyelamatkan aisha sebelum terlambat. Sayangnya ia hanya bisa berteriak dari luar gerbang sekolah, sebab banyak polisi yang berjaga.

"Oi nak kau tidak boleh masuk…"

Dua orang polisi yang berjaga menghentikan aksi rigma yang ingin menerobos barikade palang energi. Rigma melihat area di dalam sekolahnya dari depan pintu gerbang sekolah, udara di sana menjadi hitam seperti tercemar oleh sesuatu. Kabut hitam tersebut menghalangi penglihatan rigma, makin lama kabut hitam semakin menebal di dalam sekolah antra sukma.

"Dimana pasukan unit khusus…!? Mereka harusnya bisa segera datang dengan sistem radar deteksi energi jiwa…!"

"Tenanglah nak… pasukan unit khusus sedang dalam perjalanan...!"

"Terlalu lambat…! Bagaimana dengan organisasi etranger…!?"

"Kasus ini sudah ditangani oleh pasukan unit khusus kepolisian… jadi organisasi etranger tidak akan datang…!"

Rigma terus mengoceh karena ia merasa gerakan penanganan retakan dimensi terlalu lambat. Berkali-kali rigma ingin melewati barikade untuk menyelamatkan aisha, namun aksinya selalu dihentikan oleh polisi yang berjaga. Setelah setengah jam, mobil pasukan unit khusus kepolisian pun sampai di TKP.

"Semua harap minggir… beri jalan pada unit khusus…!"

Banyak orang yang kagum melihat kedatangan unit khusus kepolisian ke area TKP, hanya rigma yang melihat mereka dengan tatapan kebencian.

'Kenapa mereka terlambat... ? menurut penelitian soal retakan dimensi… monster dimensi akan muncul 15 menit setelah fenomena aneh terjadi di sekitar area retakan dimensi… radar pendeteksi energi jiwa harusnya bisa mengetahui mana retakan dimensi yang berbahaya dan mana yang tidak… tapi ini jelas-jelas mereka sudah sangat terlambat...'

Sanjaga melihat rigma dan sadar dengan tatapan kebencian yang ditunjukan pada unit khusus. Namun sanjaga sudah terbiasa melihat kerabat atau keluarga korban retakan dimensi yang menatapnya dengan tatapan kebencian. Ia pun menghiraukan tatapan rigma padanya, lalu kembali fokus pada misinya.

"Buka barikadenya…!"

Palang energi memberikan celah untuk pasukan unit khusus masuk ke area retakan dimensi. Sebuah asap hitam pekat keluar dari celah tersebut, pasukan khusus langsung menggunakan topeng anti gas mereka.

"Tutup barikade nya setelah kami masuk…"

"Siap…"

Tujuh orang anggota pasukan khusus pun masuk ke area retakan dimensi dan barikade pun tertutup.

Pasukan Pemburu Monster Dimensi

"Lapor… area A aman…"

"Area B juga aman…"

"Diterima area C juga aman… terus lakukan penelusuran dan selalu siaga…"

"Siap…!"

Para anggota khusus menelusuri area sekolah antra sukma untuk mencari sang monster dimensi. Mereka dipersenjatai dengan senjata khusus yang menopang kemampuan spesial masing-masing anggota.

"Ada sesuatu…!"

"Akhirnya datang juga… etranger… aku sudah bosan menunggu…"

"Monster…!! Serang…!"

*tarik... *

Kedua anggota yang mengikuti sanjaga langsung mengeluarkan senjata mereka. Pancaran energi jiwa meluap keluar dari mereka bertiga, sanjaga juga sudah memasang kuda-kudanya .

"Sudah mau bertarung ya… padahal aku ingin mengobrol sedikit…"

'Suara wanita… ditambah cara bicaranya terlalu lancar… kemungkinan monster ini peringkat S atau S+...'

Sanjaga memasang konsentrasi penuh agar dirinya tidak melakukan kesalahan dalam menangani monster di depannya.monster dimensi dibagi menjadi beberapa peringkat, peringkat diatur sesuai dengan energi jiwa milik sang monster. Monster dimensi paling lemah adalah peringkat D, sementara peringkat tertinggi monster dimensi adalah SSS. Namun belum ada monster yang memiliki peringkat SSS muncul dari retakan dimensi. Sebab jika ada monster dimensi peringkat SSS muncul, sebuah negara bisa musnah.

"Semua bersiap… lawannya kemungkinan peringkat S ke atas…"

"...!"

Seluruh anak buah sanjaga terkejut mendengar perkiraan peringkat monster yang akan mereka lawan. Monster peringkat S dapat menghabisi etranger biasa hanya dengan kekuatan fisik, namun semua orang yang masuk pasukan khusus adalah etranger tingkat lanjut.

"Percuma melawan kalian tida-..."

*slash…*

[Gerakan Kilat : Tebasan Pertama]

Monster dimensi terkejut ketika ia mendapati lengannya terpotong sebelum ia selesai berbicara. Wanita yang bersama sanjaga berhasil menyerang sang monster dengan pedangnya.

"Cih… etranger sialan…"

Monster dimensi mencoba melompat ke udara untuk menjaga jarak dengan pasukan khusus.

*ikat… *

[Rantai Jiwa]

Namun aksi sang monster gagal karena sebuah rantai berwarna ungu keluar dari tanah dan membatasi gerakannya.

"Kerja bagus anak-anak… sekarang waktunya menghabisi monster sialan ini….!"

"Haaa…! JANGAN MEREMEHKANKU ETRANGER…!!!"

Gelombang kekuatan jiwa yang sangat kuat keluar dari tubuh sang monster dimensi. Energi jiwa tersebut membuat tekanan udara dan gelombang angin yang menghempaskan semuanya. Sanjaga hanya tersenyum melihat aksi dari sang monster dimensi yang sembarangan mengeluarkan kekuatannya.

[Segel 6 Titik : Kuncian Jiwa]

*byush…*

Tiba-tiba tekanan dan gelombang udara yang berasal dari energi jiwa monster dimensi berhenti. Begitu juga dengan gerakan sang monster, ada sebuah cahaya biru yang terpancar dari tubuh monster dimensi.

"Gilang… darso… giliran kalian…"

*tap… *

"Apa…!?"

Seorang lelaki muncul dan menyentuh tubuh sang monster dimensi dan menarik keluar sesuatu dari dalam tubuh sang monster.

[Penarikan Jiwa]

"Kerja bagus darso... "

[Pemadatan Jiwa]

Kobaran api berwarna hijau adalah jiwa yang berasal dari tubuh monster dimensi. Darso Antaguma seorang etranger yang memiliki kekuatan untuk menarik jiwa seseorang keluar dari tubuhnya. Lalu orang yang memadatkan jiwa monster dimensi menjadi sebuah batu akik adalah Gilang Hairuman. Mereka berdua adalah etranger tingkat lanjut yang memiliki kemampuan seperti sihir.

"Kerja bagus anak-anak…"

Perlahan kabut hitam yang berada di seluruh area sekolah mulai menghilang. Namun sayangnya jumlah korban akibat kemunculan monster tersebut sangat banyak. Sanjaga juga tidak bisa berbuat banyak tentang korban yang tewas atau terkena penyakit jiwa.

Hancurnya Perasaan Seorang Pemuda

Rigma tidak pernah menyangka hari dimana dia hanya bisa meratapi aisha yang terbujur kaku tiba. Insiden retakan dimensi di sekolahnya menimbulkan 20 korban tewas dan 139 korban yang terkontaminasi energi jiwa. Aisha menjadi salah satu dari 139 korban kontaminasi energi jiwa, rigma hanya bisa meratapi nasib aisha.

"AISHA….!!"

"Sudah lah nak.. Ikhlas kan saja…"

Sanjaga mencoba menenangkan anak muda yang baru saja kehilangan sosok mentari dalam hidupnya.

"Kenapa kalian lambat sekali bertindak…!"

Rigma yang sedang emosi langsung menyalahkan sanjaga, ia berpikir kalau pasukan khusus datang lebih cepat mungkin aisha bisa tertolong. Anak buah sanjaga mencoba menghentikan rigma, namun sanjaga menyuruh anak buah untuk tidak ikut campur.

"Kau masih terlalu muda nak… kau tidak akan mengerti betapa sulitnya kami para etranger dari kepolisian untuk bergerak... "

"Tapi harusnya kalian bisa merespon retakan dimensi lebih awal dengan radar energi jiwa…! Kenapa kalian datang terlambat…!? Kenapa…!?"

"Itu semua karena kamu harus mengisi dokumen laporan untuk bisa mengerahkan pasukan khusus… aturan negara ini sangat ketat terhadap etranger…! Jadi terima sajalah nasib dan bersyukurkan karena kau tidak ikut menjadi korban dari insiden kali ini…!"

*brugh…*

Sanjaga melepaskan dirinya dari cengkraman tangan rigma, rigma pun terjatuh karena kekuatan sanjaga.

"Kalau kau ingin mencari orang untuk disalahkan… salahkan dirimu sendiri karena lemah… di dunia penuh dengan monster dan etranger ini… kaum lemah tidak akan bertahan lama…"

'Itu benar yang lemah hanya akan tertindas…'

Saat mendengar ucapan sanjaga, rigma terdiam dan mendengar suara orang lain di kepalanya.

"maaf kan saya... "

"Kalau kau sudah paham cepat urus kekasihmu dan kabari orang tuanya…"

"Baik terima kasih…"

"Eh… ?"

Tingkah rigma langsung berubah secara drastis dan menjadi penurut, ia pun menelpon orang tuanya untuk mengurus aisha.

"Apa katamu…!?"

"Maaf yah… aku tidak berguna…"

"Tidak apa… ini semua diluar kuasamu… ayah dan ibu akan segera ke sana dalam 5 menit…!"

Sanjaga tak sengaja mendengar percakapan rigma dengan orang tuanya saat ia menghisap rokoknya.

'Beruntung sekali anak itu… orang tuanya bekerja di dekat sini... ditambah sepertinya mereka orang tua yang baik...'

Sanjaga berpikir soal orang tua rigma yang akan tiba dalam 5 menit ke tempat anaknya berada.

"Ka… kapten…"

"Hah…? Ada apa…? Kenapa kau sampai ketakutan begitu…?"

Sanjaga heran melihat anak buahnya memanggil dengan nada suara seperti orang ketakutan dan menunjuk ke arah langit. Rokok di mulut sanjaga pun terjatuh, betapa terkejutnya ia melihat pesawat induk militer melayang tepat di atas kepalanya. Sebuah drone raksasa untuk mengangkut penumpang pun turun dari pesawat tersebut. Teknologi tahun 2118 sudah sangat canggih, angkatan militer memiliki pesawat induk yang setara luasnya dengan sebuah kota sudah menjadi hal biasa. Tapi yang bisa menggerakan pesawat induk hanya orang yang memiliki pangkat tinggi dalam militer.

"Apa-apaan ini…?"

*wush… *

Drone yang terlihat seperti helikopter mini itu pun mendarat di area kosong dekat tempat penampungan korban. Kaca drone tersebut terbuka, lalu terlihat sosok jenderal tinggi angkatan militer di dalamnya bersama dengan wanita berjas putih.

"je .. je je … jenderal Aldiano Gurisman…!"

"Oh sanjaga kah… ku kira siapa…"

Sanjaga langsung mendekat dan memberi hormat pada sang jenderal yang baru saja datang. Sosok pria gagah dengan rambut cepak pendek dan kumis tipis terlihat keluar dengan santai.

"Tak perlu terlalu formal… aku kesini untuk urusan pribadi…"

"Alasan pribadi…?"

Jenderal aldiano langsung menoleh ke arah seorang anak yang sedang terpuruk. Sanjaga mengikuti arah pandangan sang jenderal dan melihat rigma yang masih meratapi ketidak berdayaannya.

"RIGMA…!"

Teriakan aldiano membuat rigma terkejut, rigma pun menoleh ke arahnya rigma terlihat sangat frustrasi atas ketidakmampuan dirinya menjaga aisha.

"Ayah…"

Bersambung...

avataravatar
Next chapter