webnovel

Lautan Bintang

Luapan Nafsu

Setelah rigma menerima permintaan ayahnya, ia mengurus makanan dan obat-obatan untuk orang-orang yang dititipkan padanya. Perawatan berlangsung cukup lama karena yang membantunya hanya asrea dan amalia.

"Huaaahhh… akhirnya selesai juga…"

"Fiuh… tidak terasa sudah malam ya…"

"Ya itu karena kita bertiga harus mengurus 10 orang…"

Amalia ikut menjawab ketika mendengar perkataan rigma dan asrea yang baru selesai dengan tugasnya.

"Ketua… mau kamu apakan orang-orang asing ini…?"

"Hehehe… untuk yang pria akan aku buat bekerja sangat keras…! Lalu untuk yang wanita…"

Senyuman aneh terpancar dari wajah rigma ketika membahas tentang rencananya pada orang asing yang dititipkan padanya. Seolah rigma merencanakan sebuah hal mesum pada para wanita yang korban penjualan manusia.

*bugh…*

"Awww…"

Sebuah pukulan melayang ke kepala rigma yang mencoba membuat amalia melihatnya sebagai sampah. Asrea tentu tahu rigma hanya bercanda soal apa yang akan dilakukan pada wanita yang diserahkan padanya.

"Tenang saja… aku satu rumah dengannya… jadi dia tidak akan melakukan hal aneh pada mereka…"

"I-itu sungguh melegakan…"

Asrea pun menarik rigma ketika pergi dari tempat penampungan korban penjualan manusia. Amalia mengikutinya dari belakang karena tidak tahu kemana jalan untuk keluar.

"Belok kiri… lalu setelah ini belok kanan…"

Rigma yang berada dalam pelukan asrea menjadi petunjuk arah ke tempat istirahat.

"Nah di ujung sana kamarnya…"

"Hmmm… kenapa pintunya hanya satu…?"

"Jangan banyak berharap dari kamar seorang tentara… ini kartuku… sudah lama sekali aku tidak menggunakannya…"

*njit… ssshhh…*

Sebuah kamar berukuran 5x5 pun terlihat dengan 2 tempat tidur bertingkat di dalamnya. Bahkan ada kamar mandi sendiri beserta bathtub di yang terlihat mewah. Ada 2 sofa kecil dan meja juga untuk menerima tamu atau bersantai di kamar.

"Oi… ini kan terlalu mewah untuk sekelas kamar tentara…"

"Y-yahhh gimana lagi… aku dulu anak yang cukup manja… jadi… ayah membujukku dengan barang-barang mewah ini agar mau berlatih ilmu beladiri…"

Rigma mencoba beralasan dengan wajah polos seolah ia tidak bersalah. Padahal tentara lain tidur di kamar berukuran 2x2 dengan 1 tempat tidur dengan kamar mandi yang terpisah.

"Haa… ya paling tidak di kamar ini ada 4 kasur... "

"Oh iya aku lupa bilang… aku tidak berniat untuk tidur di kamar ini jadi kalian berdua bisa tenang…"

"Haah…!? Lalu kau mau tidur dimana….?"

"Aku akan tidur di kamar keduaku… sebab dulu aku suka memandangi langit… jadi ayahku pernah menyiapkan kamar dibagian atas pesawat induk…"

Rigma keluar dengan santai setelah menunjukkan kartu kunci kamar lain yang akan dipakai selama ada di pesawat induk. Asrea merasa kesal karena ia benar-benar tidak tahu apapun soal rigma atau keluarganya.

'Padahal ini kesempatan bagus untuk bisa lebih dekat dengan calon mertuaku… tapi aku malah terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun tentang dirinya…'

Saat hari menjelang sore seluruh anggota grup rigma diberikan kamar untuk istirahat. Hanya dini yang masih sibuk melanjutkan latihannya di area tengah. Aura jiwa yang membungkus tubuh dini terus mengalir secara stabil.

"Hebat… masih latihan sampai jam segini… tapi latihan secara berlebihan itu tidak baik…"

"Haaa…"

Dini menghela nafas sebelum menghentikan latihannya, ia pun menatap wajah aldiano. Aldiano dengan santai duduk di sampingnya setelah saling menatap satu sama lain.

"Sudah lama ya tuan…"

"Siapa sangka aku bisa bernostalgia dengan wajah dini ketika muda… apa yang terjadi…?"

"Ceritanya cukup panjang… semua ini berkat tuan muda…"

"Tidak masalah… ceritakan saja…"

"Baiklah…"

Dini pun menceritakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya ketika sedang menyiapkan makan malam. Hingga akhirnya ia berakhir menjadi sebuah senjata hidup yang memiliki tubuh lebih keras dari baja.

"Sungguh insiden yang mengerikan… aku tidak menyangka kampus atma memiliki laboratorium rahasia… dini… untuk jaga-jaga… jangan sampai ada orang lain yang tahu soal laboratorium tersebut… sebab tidak ada yang bisa dipercaya selain aku dan rigma untuk sekarang ini..."

"Apa situasinya sudah sepanas itu…?"

"Ya… sangat panas… bahkan sampai bisa membuat ledakan di rumah tempat kalian tinggal sebelumnya…"

"Pasti berat ya, apalagi yang menjadi incaran orang-orang terdekat anda… tapi setidaknya sekarang anda tidak perlu mengkhawatirkan tuan rigma… sebab dia sudah tumbuh menjadi sangat kuat..."

Dini pun berdiri dan berjalan ke pintu keluar meninggalkan aldiano sendirian di area latihan. Aldiano hanya bisa termenung memikirkan nasibnya dan nasib orang-orang terdekatnya di area tengah sambil menatap langit-langit.

"Ya semoga perkataanmu benar… sebab aku tidak bisa selamanya melindungi keluargaku…"

Asap rokok berhembus di area latihan yang gelap saat malam hari mengakhiri obrolan dini dan aldiano. Sementara itu rigma di kamarnya sedang sibuk membuat obat pemulih energi kehidupan. Sebab ia sudah menggunakan kekuatan naga secara berlebihan ketika melawan 12 orang di area latihan organisasi pandawa.

*teng…*

Suara bel pintu kamar rigma berbunyi hingga membuat aktivitasnya harus terhenti. Rigma pun menghampiri pintu kamarnya yang terkunci rapat dan menyalakan intercom.

"Siapa…?"

"Ini dini tuan…"

"Haaa… masuklah…"

*sheeshh...*

Rigma pun menghela nafas sebelum membukakan pintu kamarnya untuk dini. Untuk pertama kalinya dini melihat kamar yang atapnya terbuat dari kaca ketika masuk ke dalam kamar rigma.

"Bagaimana kamu menemukan kamar ini…? Hanya ada sedikit orang yang tahu soal tempat ini…"

"Saya terhubung dengan jiwa anda tuan rigma… jadi menemukan anda bukanlah pekerjaan yang sulit…"

"Oh jadi begitu… ngomong-ngomong kau habis latihan ya…? Istirahatlah… sebab besok kau juga akan latihan lagi…"

Rigma menyuruh dini untuk tidur di atas kasur miliknya, sementara ia kembali fokus pada pembuatan obat. Namun dini malah terus berjalan mendekati rigma yang berjalan ke meja kerjanya.

*peluk…*

Sebuah pelukan tak terduga dari belakang membuat rigma terkejut. apalagi ia merasakan benda lembut berbentuk bulat yang menggesek punggungnya.

"Anu… dini…?"

"Tuan… bagaimana rasanya payudara saya…? Saya baru saja membuatnya sedikit lebih besar…"

"Y-ya… bagus… rasanya empuk dan luar biasa…"

"Sejak anda menggunakan saya untuk melawan 12 anggota grup anda… saya merasakan sensasi aneh tuan… nafsu saya tak terkendali…"

'Syna…'

Pikiran rigma langsung menuduh syna atas keanehan yang terjadi pada dini. Terutama keanehan yang berbentuk tindakan intim seperti pelukan atau ciuman.

'Jangan seenaknya menuduhku…'

'Habis siapa lagi yang bisa membuatnya seperti ini…?'

'Ya kau tidak salah… tapi juga tidak benar… sebab dia melakukan tindakan ini atas kemauannya sendiri... '

'Berarti dia…'

'Yap… dia ingin berhubungan intim denganmu secara alami…'

"Tuan rigma…"

Suara erotis dini dengan nafas berat terdengar begitu dekat dengan telinga rigma hingga membuatnya semakin gugup. Darah di seluruh tubuh rigma terasa mengalir lebih cepat dan jantungnya terus berdebar-debar.

"Di-dini… a-ada apa denganmu…?"

"Saya juga kurang paham… tapi saya ingin sekali melepas seluruh pakaian saya sekarang… tubuh saya terasa panas… celana dalam saya juga basah… saya tidak bisa menahannya lebih lama lagi…"

Tangan dini sudah menyusup masuk ke dalam celana panjang yang rigma gunakan. Tangannya langsung menggenggam sebuah benda panjang, keras dan hangat di area selangkangan rigma.

"Uhhh… di-dini… ta-tangan kamu…"

"Tangan saya kenapa tuan…? Lalu kenapa benda ini sangat keras tuan…?"

Rigma hanya bisa memejamkan matanya sambil mengeluh ketika dini perlahan mulai menggerakkan tangannya.

"itu... "

Belum sempat rigma mencari alasan, dini sudah lebih dulu melepas seluruh pakaian rigma. Benda tumpul yang ada di selangkangan rigma pun terbebas dan berdiri dengan tegak.

"Wah wah… sudah keras begini tuan…"

"Ya... ini karena kamu juga…"

"Kalau begitu saya harus bertanggung jawab sebagai pelayan anda…"

*slurp…*

Lidah dini yang licin keluar dari mulutnya dan menjilati benda tumpul di selangkangan rigma.

"Dini… ahhh si-sial… uhhh…♥"

Rigma hanya bisa pasrah ketika bagian atas benda tumpul miliknya masuk ke dalam mulut dini. Kenikmatan yang tak terhindarkan akhirnya dinikmati oleh rigma dengan pasrah. Dini pun naik ke atas tubuh rigma dan mengarahkah benda tumpul yang ia pegang ke lubang yang licin.

"Tuan saya ingin memasukkan ini… mohon tanggung jawabnya ya…"

"Ya lakukan sesukamu…"

*shesshh…*

"TUNGGU SEBENTAR…!!"

Kedatangan asrea membuat dini dan rigma terkejut hingga membuat benda tumpul rigma masuk dengan cepat ke lubang.

"Ahhh…"

Rigma dan dini menghiraukan asrea untuk sesaat, sebab rasa nikmat dari selangkangan masing-masing jauh lebih kuat.

"Bisa-bisanya kalian melakukan hal seperti ini…! Rigma…! Kamu jahat…!"

"Asrea… tung…"

"Kamu jahat karena gak ngajak aku…!"

"Eh…!?"

Asrea melepaskan seluruh pakaiannya dan berdiri tepat di atas kepala rigma dengan selangkangan yang basah.

"Asrea… jangan bilang…"

"Yap benar…! Ini hukuman untukmu…!"

Asrea duduk tepat di atas wajah rigma, ia membuat pintu goa pada selangkangannya menyentuh mulut rigma. Rigma yang kesal karena tingkah keduanya yang menjadi sangat mesum pun mengambil tindakan.

"Ahhh rigma…!♥"

"Ahhh ♥tuan rigma…!♥"

Rigma menjulurkan lidahnya hingga masuk ke dalam lubang goa licin milik asrea. Kemudian ia menggerakkan pinggul untuk membuat senjata tumpul miliknya menggali lubang kenikmatan milik dini.

'Akan aku buat kalian tidak bisa melupakan malam ini…! Dasar wanita-wanita mesum…!'

'Fufufu… akan aku bantu sedikit…'

Syna memberikan sihir untuk membuat stamina rigma bertambah menjadi dua kali lipat. Ia pun berhasil menaklukan asrea dan dini setelah bermain di atas kasur selama 2 jam.

"Haa… tuan…"

"Rigma…"

"Fiuh… akhirnya selesai juga… sepertinya staminaku bertambah… ya sekarang itu tidak penting… cih… dimalam seindah ini aku malah melakukan kegiatan terlarang…"

Malam penuh gairah yang membuat rigma dikelilingi 2 wanita cantik pun berlangsung dengan penuh desahan. Ditemani bintang-bintang yang menyinari kamarnya, rigma pun tidur bersama dengan asrea dan dini.

Bersambung…

Next chapter