webnovel

10

Vic mengangkat kepalanya dari buku yabg sedang dipegangnya. Tanpa bersuara, dia bertanya "Mau apa lagi kesini?. Kalau tak ada yang penting, pegilah. Aku sedang tidak ingin diganggu siapapun". Maya mendadak kehilangan senyumnya melihat ekspresi Vic. Dia membenarkan berkas di tangannya, lalu menyodorkan pada Vic. "Apa ini?" . Pertanyaan tanpa suara itu lagi ..

"Ini adalah berkas persetujuan dewan senat Fakultas. Mm .. untuk acraa study tour tang kemarin pernah kita rundingkan. Beberapa Minggu lalu, kalau kamu ingat. Dan .. kami perlu tanda tanganmu disitu" .

"Lalu? " . /Lalu apa? Ya kamu tanda tangan lah .. seperti itu pun dia harus bertanya? /. Ingin rasanya Maya menjitak kepala bocah di depannya itu.

"Kalau Mas, Kak, eh apapun panggilan yang paling tepat, kami mengharapkanmu tanda tangan disitu " . Kali ini Maya berbicara sambil tersenyum manis. Dia berharap, Keramahannya kali ini bis amembuat Vic mau bekerjasama dengannya .

"Bagaimana kalau aku sedang tidak ingin menandatanganinya?" .

"Kamu .. bukankah kita sudah setuju kemarin?"

"Aku lupa pernah menyetujui sesuatu . " . Mendadak Maya kehilangan kesabarannya. Dia sudah terlalu baik memberikna senyumnya tadi. Harusnya dia langsung pada inti masalah.

"Baiklah, saya ingatkan lagi kalau kamu lupa. Jadi begini , beberapa hari yang lalu, dalam rapat ..kamu sendiri yang mengusulkan agar study tour segera diadakan jangan sampai melewati akhir bulan. Kalau kamu berbelit belit begini, bukankah itu akan memperlama waktu saya ?"

"Apa peduliku?" . Vic berdiri. Kali ini Maya tak akan menyerah. Dia menghadang Vic. "Minggir "

"Tidak akan"

"Saya ga akan segan segan mendorong siapapun yang menghadang langkah saya"

"Coba saja. Dan kamu juga perlu tau, saya orang yang akan berjuang sekuat tenaga mendapatkan apa yang jadi Hak saya"

"Hak?" .

"Tanda tangani duku berkasnya, setelah itu saya akan pergi ."

"Dasar keras kepala. Pergilah" .

" Ngga " . Maya menantang. Vic mengambil tas nya, mentampirkan di punggung. Dia tampak berpikir sebentar. Lalu mendekati wajah Maya. Dekat, sangat dekat. Naya terkesiap. Dia merasa jantungnya seakan berhenti berdegup. Tiba tiba dia merasa gugup. Wajahnya memanas. Mengalihkan tatapan Vi, dia mengalah dan mundur pelan . /Mau apa dia?/

"Minggir " ucap Vic singkat dan menekan. Saat Maya hendak mencoba kembali kepada kesadaran penuhnya, seseorang datang ke ruang kelas itu.

"Hei .. ada apa ini?" .

....