1 Prolog

Hujan deras mengguyur sebagian besar daerah di Jakarta kala itu, tak terkecuali di sebuah rumah sakit swasta ini. Seorang gadis cantik yang duduk di sebuah kursi roda itu tengah menikmati hembusan angin dan sedikit cipratan air hujan dari depan kamar rawat inapnya. Gadis ini menyukai hujan, menurutnya hujan bisa menghapus segala kesedihannya.

"Ngapain, Yas? Kok di luar? Nanti sakit lho," ucap seorang cowok seumuran dengan Yasmina.

"Ngeliatin hujan, Jav! Aku pengen hujan-hujanan," sahut Yasmina—gadis penyuka hujan ini.

"Nanti sakit, Yas! Ayo masuk!" Kanigara Javier Chisbiyyah—nama lengkap cowok yang kini sudah berdiri di belakang kursi roda Yasmina dan bersiap membawa Yasmina kembali ke kamarnya.

"Kan udah sakit! Bentar, Jav!" cegah Yasmina saat Javier mau mendorong kursi rodanya kembali ke dalam. "Lima menit! Habis itu kita masuk! Ya?" Yasmina memasang wajah memelasnya agar mendapat persetujuan dari Javier.

"Tiga menit! Nggak bisa ditawar!" putus Javier karena tidak tega melihat wajah melas Yasmina.

"Thank you, Javier!" senyum mengembang di bibir gadis itu. Javier melepas hodie yang dia kenakan.

"Sini, pake ini!" Javier memutar kursi roda Yasmina agar menghadap ke arahnya, berlutut di depannya lalu memakaikan hodie itu pada Yasmina.

"Nanti masuk angin!" Javier meralat ucapannya agar tidak diprotes oleh Yasmina lagi. "Kamu ini bandel banget dibilangin!" Javier mengacak pelan puncak kepala Yasmina, hal yang selalu cowok itu lakukan.

"Tapi sayang kan?" goda Yasmina.

"Kalo nggak sayang mana mungkin aku mau makein hodieku ke kamu? Mending aku pake sendirilah kan dingin!" Javier memang kini hanya menggunakan kaos oblong tipis berwarna hitam.

"Berarti kalo udah pake hodie kamu, aku boleh lama-lama liatin hujannya?"

"Nggak ada, Yas! Nanti aku yang masuk angin, kalo aku sakit nanti yang nemenin kamu siapa, Cantik?" Javier mencubit pipi Yasmina gemas.

"Jangan gombal terus, ih!" Yasmina memukul pelan lengan Javier.

"Udah lebih dari tiga menit, ayo masuk!" Javier berdiri.

"Kamu curang! Kan aku belum liatin hujan, kamu ngajak ngobrol terus dari tadi!" Yasmina ngambek.

"Ya udah iya, tiga menit lagi! Nih, aku balikin lagi kursi rodanya!"

Javier tidak akan pernah bisa marah jika sudah berhadapan dengan Yasmina. Pertemuan mereka di rumah sakit ini sudah ditakdirkan. Rumah sakit ini milik keluarga Yasmina, ayahnya menjabat sebagai Direktur Utama. Dan dokter yang menangani Yasmina adalah ayah dari Javier. Tapi pertemuan Yasmina dan Javier bukan melalui mereka berdua. Javier bersekolah di SMK jurusan teknik mesin sedangkan Yasmina di SMA jurusan IPA, sekolah mereka berhadapan tapi mereka justru bertemu di rumah sakit ini. Lucu bukan. Tangan takdir. Semoga tidak mempermainkan dua remaja ini.

***

avataravatar
Next chapter