1 Sharon’s Story.

Beberapa anak berkumpul di toilet wanita SMP Citra Bangsa, 2 orang menjaga pintu depan toilet, memastikan keadaan dan tidak ada yang akan masuk kedalam mengganggu. Seorang siswi berdiri dengan tubuh gemetar disalah satu bilik, menutup telinganya, berharap itu dapat membuat suara orang-orang di luar pintu tidak lagi terdengar.

"WOY, keluar gak lo!" teriak salah satu dari mereka, pemimpin dari kegiatan ini. Pria itu menendang pintu berkali-kali begitu kencang, membuat getaran tubuh gadis itu semakin kencang.

"Mati kali si cepot di dalem." ungkap salah seorang lain, suaranya melengking begitu kencang.

"Heh, lo mati di dalem?" tanya si pria tadi.

Gadis itu menyeka air matanya dan membenarkan pakainya, menarik nafas berkali-kali, mencoba menenangkan dirinya sebelum berhadapan dengan jalang di balik pintu itu.

"Anjing lo cepot buruan keluar!" teriak pria itu sekali lagi sebelum pintu kamar mandi terbuka.

"Berisik lo semua," kalimat pertama yang keluar dari mulut gadis itu saat bertatapan dengan orang-orang di luar pintu.

"Songong banget anjing ini cewek." Pria itu menggeram mencengkram lengan gadis itu.

Gadis itu menahan rasa sakitnya sambil menatap tangan yang mencengkramnya begitu kuat, detik kemudian matanya menajam menatap pria itu, "Heh, banci. Lo liat gak sign di depan, ini toilet perempuan. Jangan sampe lupa diri gini dong kalo lo itu terlahir cowok, agak lembek sih emang." ucapnya tak terkontrol begitu marah dan jijik.

"TAI." teriak pria itu, dan sebuah tamparan mendarat di wajah pria itu.

"Apa?" kali ini mata gadis itu berkaca, "Apa sih masalah lo sama gue? Ha?".

"Eh cepot, lo pikir lo cantik?" ucap pria itu lagi semakin meninggikan suaranya.

"Dasar gila, gak nyambung omongan lo. Kenapa? Lo pengen dibilang cantik? Beli sana obat penghilang jerawat ekspres, abis itu mungkin gue bakalan bilang lo cantik." ucap gadis itu dengan penuh air mata di wajahnya.

"Anjing!"

KRIIIIIIIIINGGG. Suara alarm begitu kencang berbunyi membangunkan Sharon dari mimpinya, matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar bangun dan mematikan alarm. Dia menarik nafasnya begitu dalam, menenangkan dirinya dari mimpi tadi, "Abis mandi jangan lupa bangunin," ucap seseorang yang tidur di sebelahnya.

"Iya kak," jawab Sharon sebelum turun dari kasur dan berjalan ke kamar mandi.

***

Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru SMA Brunner International. Anak-anak dari tingkat 1 sampai 2 sudah mulai bersiap-siap melakukan upacara bendera.

"Hey," ucap Sharon dingin pada kekasihnya yang bersandar pada dinding balkon lantai 2 saat melewati kelas IPA 1. Nathan mengaitkan jemari mereka berdua dan tersenyum cerah pada wanita paling dingin yang pernah ia kencani.

"Kamu sempet sarapan tadi?" tanya Nathan, tau kalau kekasihnya selalu melewatkan sarapan, "Upacaranya bakalan lama banget hari ini."

"Bryan bawain kak Sherly sarapan," ungkap Sharon singkat, matanya terganggu dengan dasi Nathan yang longgar. Sharon menatap sekilas mata kekasihnya kemudian meraih dasi di hadapanya, membenarkan.

"Shar, kita di depan kelas." ungkap Nathan mengingatkan kekasihnya untuk tidak bertindak lebih.

"And then," jawab Sharon tidak terlalu peduli pada orang lain, memang apa salahnya berada begitu dekat dengan kekasih sendiri walaupun di tempat yang bisa terlihat banyak orang.

"Babe," ucap Nathan sekali lagi, tangannya menahan pinggang Sharon agar tidak terlalu dekat.

"I'm just fixing it." jawab Sharon masih membenarkan dasi di hadapannya namun menuruti kekasihnya, memberi jarak di antara mereka berdua.

"Okay," ungkap Nathan pasrah.

"Helloo, ini sekolah, kalau mau berduaan cari kamar sana." suara Nanda, teman satu-satunya Sharon, terdengar begitu keras dari dalam kelas IPA 1. Nanda segera menarik tangan Sharon agar menjauh dari Nathan dan segera turun ke lapangan. "Gila banget lo mojokin Nathan di depan umum." ungkap Nanda tidak percaya pada kejadian tadi.

"Nanda, tadi cuman ngerapihin dasi." jawab Sharon terus terang.

"Ya tapi gak perlu senempel itu dong badan lo berdua." Nanda mengungkapkan lebih terus terang.

"Really?"

"Don't trick me, bitch." ucap Nanda tau benar temannya.

Sharon menghentikan langkah kakinya, menghela nafas begitu panjang, "Kayanya kita gak bisa temenan lagi Nan, you know me too well." ucap Sharon menatap Nanda serius.

"Your problem, not mine." kemudian mereka berdua berjalan dengan tawa begitu keras menuju barisan di lapangan.

avataravatar
Next chapter