3 Nathan’s Story.

"Adik lo?" tanya Nanda berjalan di samping Nathan.

Nathan melirik sekilas lalu tersenyum tanpa alasan, "Keliatannya?" tanyanya.

Nanda sedikit ragu dengan kesimpulan di kepalanya. "Tapi kok," ucap Nanda menggantung.

"No comment, Nan." ucap Nathan sebelum benar-benar menghilang di balik kerumunan siswa yang berbaris.

Rutinitas yang selalu Nathan jalani sebagai ketua kelas IPA 1 selama setahun kemarin adalah berdiri di barisan paling depan selama upacara bendera, dan kini harus dia lakukan lagi untuk setahun kedepan. Kejadian beberapa menit yang lalu sebenarnya sangat membuatnya terkejut, Nathan masih saja tidak percaya melihat Bianca adiknya ada di SMA Brunner International.

Sebuah kebohongan besar saat dirinya berkata 'Mama udah bilang kamu sekolah disini.', pada adiknya tadi. Keluarga mereka yang kini hidup terpisah karena perceraian kedua orangtua mereka membuat Nathan tinggal bersama Papanya dan Bianca tinggal bersama Mamanya. Nathan hampir tidak pernah bertemu lagi dengan Mamanya setelah perceraian.

"Nat," panggil Adit yang berbaris tepat di belakang Nathan sedikit berbisik, "Nanti kelompok belajar, gue sama lo ya." pintanya pada Nathan. Sebagai ketua kelas sudah kewajiban Nathan membagikan grup untuk kelompok belajar.

Nathan sedikit memundurkan badannya, menjawab dengan suara yang juga cukup rendah, "Kayanya semester ini terpaksa harus gue random deh, guru banyak yang protes gara-gara yang pinter kelompoknya sama yang pinter."

"Sial emang," ucap Adit kesal sejadi-jadinya.

"Kalo beruntung, lo sama gue." ucap Nathan menenangkan temannya.

"Kalo sial?" tanya Adit kembali, cukup membuat Nathan tertawa karena pertanyaan bodoh itu.

"Lo sama Sanusi." jawab Nathan asal.

"Dih, ogah." respond Adit dengan suara cukup keras membuat beberapa orang menoleh ke mereka.

"Ssssttt..." ucap beberapa orang yang merasa terganggu pada mereka.

Tepat seperti perkataan Nathan pada Sharon tadi, upacara hari ini berlangsung lebih lama dari biasanya, kepala sekolah menyampaikan beberapa hal tentang tahun ajaran baru dan ada tambahan beberapa pengumuman untuk murid baru.

Setelah berpuluh-puluh menit berlalu, upacara akhirnya berakhir, Nathan segera berlari menuju barisan IPA 2, mencari Sharon.

"Sharon." panggil salah seorang dari kelas Sharon saat melihat Nathan yang terlihat seperti mencari Sharon.

Sharon menoleh dan menemukan Nathan berjalan begitu terburu-buru kearahnya, "Kenapa?" tanyanya. Sebelum sempat mendapat jawaban, Sharon sudah tertarik oleh Nathan menjauh dari lapangan. "Nathan," panggil Sharon sekali lagi pada kekasihnya.

Nathan membawa Sharon ke parkiran sekolah, menelusuri beberapa mobil hingga sampai pada tempat mobil Nathan terparkir, Sharon segera terpojok di antara Nathan dan mobil. "Kamu harus tanggung jawab, Shar." ungkap Nathan menekan seluruh tubuhnya pada Sharon.

Sharon melingkarkan tangannya pada leher Nathan, "Wow," ucapnya mengejek.

"Wow?" ucap Nathan mengulang ucapan Sharon.

Sharon melepas bingkai kaca pada mata kekasihnya, memindahkan benda itu ke dalam sakunya. Nathan benar-benar mengurung Sharon, kedua tangannya memagari di samping kanan dan kiri Sharon, memastikan kekasihnya tidak akan bisa bergerak lebih. "Jangan bergerak ya, bisa bahaya." ucap Nathan memperingati.

Sharon membalas dengan sebuah kecupan di pipi Nathan, "Nanti siang makan apa ya enaknya?" tanya Sharon jauh dari topik.

Nathan memundurkan badannya, bersandar pada mobil di belakannya, "Kenapa malah bahas makanan sih," ungkapnya begitu jengkel Sharon mengganti topik.

"Ya tiba-tiba keinget makanan kantin," jawab Sharon seadanya.

Nathan menghembuskan nafas tidak percaya, Sharon menarik sedikit sudut bibirnya merasa sedikit lucu melihat Nathan begitu menginginkan hal itu.

"Kamu malah ketawa? Tega banget kamu." ucap Nathan yang akhirnya benar-benar membuat Sharon tertawa.

Sharon akhirnya membuat langkah besar, menempatkan dirinya di hadapan kekasihnya, tersenyum begitu lebar. Sharon sungguh tak bisa menahan mancium Nathan yang terlihat begitu lucu di matanya, "What's wrong with you?" tanyanya ingin tahu.

Sebelum sempat menjawab, pintu mobil yang sedang mereka berdua sandari terbuka, seorang siswa keluar dari sana. "Upacaranya udah selesai?" tanya orang itu tidak terganggu sedikitpun dengan Sharon dan Nathan yang sedang berpelukan.

Sharon segera menenggelamkan wajahnya di pundak Nathan, "Udah kak," jawab Nathan setelah melihat sign 12 IPS pada seragam sekolah orang itu.

Orang itu menatap mereka sedikit lebih lama lalu akhirnya menutup pintu mobilnya, membuat Sharon cukup terkejut. "Mending di dalem mobil biar gak ada yang liat." ucap orang itu sebelum benar-benar pergi.

"Who?" tanya Sharon setelah menghitung sampai sepuluh.

"12 IPS 2." jawab Nathan sambil merapihkan rambut Sharon yang sedikit berantakan.

"Kamu kenal?" tanya Sharon tidak terlalu ingin tahu.

Nathan menatap Sharon serius, menangkupkan satu tangannya pada wajah Sharon, "Anak band sekolah," jawabnya. Jemarinya mengelus pelan pipi itu tanpa melepaskan tatapannya.

Sharon akhirnya mengalah dan mengecup pelan bibir pria di hadapannya, "Udah ya."

avataravatar
Next chapter