webnovel

1. Maba

"Opportunities are like sunrises. If you wait too long, you miss them." -William Arthur Ward

.

.

Gadis berlesung pipi sangat manis saat tersenyum itu segera berlari menuju graha ketika sudah sampai di depan gerbang kampus. Kampus yang dikenal sebagai institut kesehatan itu memiliki mahasiswa yang lumayan banyak layaknya institut lainnya.

"Huft.....hampir aja gue telat," ucapnya lalu memasuki aula graha itu.

Dia menuju salah satu meja kakak tingkatnya atau biasa disebut sebagai kating untuk menanyakan kelompok fakultasnya. Kating itu lalu membawanya menuju barisan kelompok yang terdapat tulisan FF (Fakultas Farmasi). Setelah itu meninggalkan gadis itu pergi menuju mejanya kembali. Gadis itu kini berjalan menuju seseorang yang tengah melambaikan tangan padanya.

"Nadaaaa bakpao gueee..." Ucapnya sambil menguyel-uyel pipi chubby seseorang yang dia panggil Nada itu. Salsabila Nada Virendra gadis berambut panjang di kepang dua dengan tubuhnya yang sedikit lebih mini dan pipi yang sangat chubby.

"Dihhh ahhh nggak usah gitu juga dongg," sahut Nada kesal. Mereka berdua sahabatan dari SMA dan sekarang pun mereka satu fakultas.

"Eh vi lu tau kagak?" Lanjutnya.

"Gak," ucap gadis berambut sebahu itu.

"Dih dengerin dulu dodol."

"Hmm."

"Anjirrrr gue tadi ketemu sama abang lu masa, terus nanyain lu udah dateng apa belum," heboh gadis berkepang dua itu.

"Bodo amat lah, gue tadi mau berangkat bareng dia eh malah disuruh jalan aja katanya maba itu harus terlatih fisiknya, siapa coba yang nggak jengkel punya abang laknat kek dia," sungut gadis yang bernama Anatasyia Viona Hammid. Gadis itu memiliki sifat yang agak sedikit tomboy di bandingkan temannya yang lain, sangat menyukai sajak, alam, dan sastra jawa sekalipun.

Tak lama kemudian datang pengurus DPM (dewan perwakilan mahasiswa) naik ke atas panggung acara. Seorang laki-laki yang dapat diketahui sebagai pembawa acara menyampaikan isi dari kegiatan ospek selama satu minggu itu. Selanjutnya mahasiswa dan mahasiswi digiring menuju kelas masing-masing fakultas, fakultas farmasi berada dilantai dua gedung itu, sedangkan graha berada dilantai empat.

Viona dan Nada berjalan mengikuti salah satu pengurus BEM (badan eksekutif mahasiswa) fakultas farmasi. Dan tibalah mereka di sebuah ruang kelas.

"Perhatian-perhatian," ucap salah satu pengurus yang berwajah agak garang itu melalui microphone.

"Kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai daftar list yang sudah ditempel di mading, segera dicari namanya dan bergabung sesuai kelompoknya." Lanjut laki-laki itu, dan mahasiswa segera mengerubungi mading yang berada di luar ruangan itu.

Viona mencari namanya dan begitu juga Nada. Tapi sayangnya mereka tidak satu kelompok, Viona berada di kelompok Codein HCl dan Nada di kelompok Chloramphenicol. Mereka pun segera menuju kelompok masing-masing.

"Hay kenalin gue yerim atau lo bisa juga panggil gue yeri," sapa gadis yang bernama lengkap Yerim Alriza Khanza.

"Hai gu-gue anatasyia viona, bisa panggil gue vio atau ana," balas Viona gugup.

"Eh santuy aja kali gak usah gugup gitu haha," lanjut Yeri. Viona mengangguk dan hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya canggung.

Dan dilanjutkan berkenalan dengan yang lainnya. Seorang laki-laki lebih tua menghampiri Viona dan Yeri yang kini sedang berbincang dengan tiga orang cowo yang bernama Jaemin, Hyunjin, dan Felix. Seketika Viona terkejut karena laki-laki itu mengagetkannya dari belakang.

"Anj...asmara ngagetin aja lu bang," sungut Viona ketika melihat abangnya yang sudah duduk di belakangnya.

"Gue plintir juga tu mulut," sahut Arsasena Doyoung Hammid selaku abang kandung Viona, laki-laki itu mencubit lengan adiknya gemas.

"Ihhh ngapain sih kesini," ketus Viona karena kesal mengingat tadi pagi dia disuruh jalan.

"Dihhh ketus amat dah, padahal cuma disuruh jalan kaki ke kampus, lagian nggak jauh juga sih." Viona hanya buang muka, tidak mau mendengar celotehan abangnya.

"Ya udah deh gue tinggal ngumpul sama yang lain," lanjutnya.

Doyoung berjalan menjauh meninggalkan adiknya yang kini ngedumel nggak jelas. Seketika itu teman-temannya langsung mengelilingi Viona.

"Itu tadi abang lu vi?" Ucap Felix.

"Ho'oh," sahut gadis itu cuek.

"Ketua BEM ya kan, cakep kek gue." Lanjutnya.

"Lu mah cantik lix bukannya cakep," sahut Hyunjin.

"Gue pengen nyalon jadi anggota BEM juga deh biar keren kek abang lu." Ucap laki-laki itu yang memiliki nama panjang Gabriello Felix Anderson, keturunan dari Australia memiliki wajah yang sedikit agak cantik kalo menurut teman-temannya.

"Dih kagak tau aja aslinya kayak gimana, udah kayak cucunya awewe." Ucap Viona menyumpah serapahi abangnya itu.

"Lah lu juga dong, kan lu adiknya." Sahut Jaemin sambil tertawa diikuti teman-temannya. Viona udah pasrah aja, ya salah sendiri dia yang ngomong dia juga yang kena.

Hari pertama pengenalan kampus akhirnya selesai, karena hanya pengenalan saja jadi mereka pulang jam 12 setelah pembagian kelompok ospek.

Kali ini Viona pulang bersama abangnya, tadi Viona menunggu Doyoung sampai selesai rapat alasannya dia capek kalau harus berjalan, padahal rumahnya tidak begitu jauh dari kampus, lagi pula Doyoung juga malas untuk berjalan kaki makanya dia selalu berangkat ke kampus menggunakan motor.

Setelah sampai rumah Viona langsung pergi ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur, katanya punggungnya remuk gara-gara duduk dilantai aula.

Malam ini Viona sibuk mempersiapkan kebutuhannya untuk ospek besok. Anggota BEM menyuruh maba memakai baju atasan putih dan bawahan hitam bisa rok atau celana.

Karena baju Viona tidak ada yang berwarna putih, dia berencana untuk membelinya di Mall, dia pun menghampiri Doyoung yang tengah duduk di sofa ruang tamu bersama bunda.

"Bang anterin ana ke mall yuk," ucap Viona sambil duduk diantara bunda dan abangnya. Padahal tadi pagi Viona marah-marah nggak mau di deketin Doyoung eh sekarang malah ngedusel-dusel di sebelah abangnya sambil mohon-mohon.

"Ogah ah, sama ahsan aja sono, abang masih ada kerjaan." Jawab Doyoung sambil mengotak-atik ponselnya.

"Ya udah mana motor, biar ahsan aja yang nyetir." Sahutnya sambil memperhatikan ponsel Doyoung yang dapat ditebak, dia sedang rapat online membahas ospek besok.

"Itu di deket tv."

"Jangan ngebut, biasanya ahsan kalo bawa motor suka ngebut-ngebut kak." Ucap bunda Sooyoung.

"Siap bun," Viona kemudian berlari ke kamar adiknya.

Di dalam kamar terdapat anak laki-laki yang sedang berbaring ditempat tidurnya sambil bermain game.

"Woyyy dek, anterin kakak yuk nanti mampir sbux deh," ucap Viona sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jisung.

"IHHHH jangan digoyang-goyang ihhh, nanti kalah ahsan nggak mau nganterin," gerutu Jisung terus fokus pada ponselnya.

"CEPETANNNN.....nanti keburu malem, kakak tinggal ke kamar kalo sampek kakak turun belum siap awas aja lu," ketus Viona lalu beranjak meninggalkan kamar Jisung.

"IYA IYA UDAH MENANG NIH."

Jisung berlari setelah meletakkan ponselnya di atas meja belajar.

Kini Viona dan Jisung sudah berada di Mall yang tak jauh dari rumahnya karena berada di pusat kota. Viona segera berjalan ke arah pakaian cewe, dan Jisung hanya membuntutinya di belakang.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Viona dan Jisung keluar dari toko dan menuju ke sbux yang berada di dekat pintu keluar. Mereka memesan Caramel Macchiato dan Americano, setelah itu menunggunya ditempat duduk yang disediakan.

Dan sekarang dua bersaudara itu sedang asik berjalan-jalan di sekitar Mall dengan Caramel Macchiato dan Americano di tangannya. Setelah puas berkeliling mereka segera pulang karena Viona besok harus bangun pagi untuk ospek hari pertama, ya maba harus datang setengah jam sebelum ospek dimulai, untung saja Doyoung juga harus berangkat pagi untuk mempersiapkan keperluan ospek jadi Viona tidak perlu berjalan kaki lagi.

"San beli mie ayam ceker pedas abang adjat yok," ucap Viona setengah berteriak karena mereka di jalan.

"Keyy sip." Sahut Jisung dan motor yang dia bawa pun berbelok ke kiri. Gang rumah mereka dengan warung mie ayam itu hanya berseberangan jalan.

"Bang mie ayam ceker pedasnya empat ya, dibungkus aja." Ucap Jisung, keluarga Hammid sering langganan mie ayam Jawa di warung abang Adjat, dalam seminggu mereka bisa beli tiga sampai empat kali, ya se-enak itu.

"Eh mas ahsan sama nduk ana, monggo pinarak dulu." Sahut bang Adjat dengan logat Jawanya yang masih kental. Viona dan Jisung pun duduk di kursi depan warung itu.

Keluarga Hammid itu kalau di sekitaran rumahnya selalu dipanggil dengan nama depan karena itu adalah nama kecil mereka, tak jarang orang-orang yang dekat dengannya memanggil dengan nama Ana, Arsa atau Sena, dan Ahsan adik bontotnya yang memiliki nama lengkap Ahsana Jisung Hammid.

"Ayah belum pulang to nduk?" Lanjut bang Adjat.

"Belum bang, kayaknya sih besok bang." Jawab Viona. Kepala rumah tangga keluarga Hammid bekerja di salah satu perusahaan di luar kota jadi pulang ke rumah hanya beberapa kali dalam sebulan, sesekali Viona, Jisung, Doyoung, dan bundanya yang datang menemui ayahnya.

"Eh ada mas ahsan sama nduk ana," ucap seorang wanita paruh baya yang datang dari dapur membawa sewadah mie dan bahan-bahan lain, beliau adalah istri bang Adjat.

"Iya bu," sahut Viona dan Jisung.

Setelah pesanannya selesai mereka pun pamit ke abang Adjat dan istrinya.

"Assalamuálaikum."

"Waálaikumsalam." Sahut bunda Sooyoung yang tengah duduk dengan Doyoung di depan tv, Jisung langsung ke dapur mengambil beberapa mangkuk dan sendok.

"Bun, ayah pulang kapan?" Tanya Viona sambil membuka bungkus mie ayam dan menuangkannya pada mangkuk yang dibawa Jisung, lalu duduk di samping bundanya.

"Besok sore, tadi ayah kamu nelpon." Jawab wanita itu dan Viona hanya mengangguk.

Setelah acara makan malam itu selesai mereka meninggalkan ruang tv, bunda menuju dapur untuk mencuci mangkuk dan anak-anaknya menuju kamar masing-masing.

Next chapter