1 Rindu Bidadari

Apa kabar bidadari, aku harap saat ini kamu masih sehat selalu, aku harap saat ini kamu sedang baik baik saja, dan aku harap kamu mau mengerti keluh kesahku saat ini.

Sejujurnya aku rindu padamu bidadari. Aku rindu saat kita dulu masih bersama, aku rindu cerita lama kita. Aku mohon kamu memaklumi, aku merindukanmu karena kini aku dan kamu sedang jauh.

Siang malam menjadi saksi bisu bahwa kita pernah saling menaruh rasa, waktu menjadi saksi bisu jika dulu kita pernah bersama. Namun rindu ini berbeda dengan rindu sebelumnya, jika sebelumnya aku rindu canda tawa dan perhatianmu, tapi kini aku rindu dengan caramu memperlakukan diriku.

Aku dulu pernah berkata padamu. "Aku selalu merasa nyaman denganmu."

Apa yang aku katakan padamu adalah sebuah kenyataan, aku menganggap kalau dirimu adalah tempatku pertama kali menemukan artinya cinta dan untuk saat ini aku ingin kembali lagi pada fase itu.

Aku akui, memperjuangkanmu itu sangatlah sulit bagiku, memilikimu seutuhnya untuk menjadi milikku adalah keajaiban duniawi yang mustahil.

Aku rasa cinta ini abadi. Cinta ini tak bisa pupus di hati. Semua tentang dirimu selalu bisa kembali. Bahkan dunia yang memiliki waktu pun tidak bisa menyatakan berhenti.

Rasa ini masih terikat padamu bidadari, nampaknya sangat sulit untuk melepaskan ikatan rasa ini padamu. Ikatan ini telah memberi kenangan yang akhirnya tersimpan menjadi ingatan. Aku tak sanggup dengan cara apa lagi aku harus melawan ingatan tentang dirimu dimasa lalu.

Masa lalu dengan dirimu memang sudah habis ditelan waktu tapi tidak dengan rasa ini, entah kenapa rasa ini masih saja bertengger pada hati. Aku akui melupakanmu merupakan sesuatu yang sangat sulit, bahkan jutaan menit, ribuan hari, puluhan bulan pun tidak mampu membantuku untuk melupakanmu. Dulu aku butuh waktu lama untuk memperjuangkanmu dan kini aku juga butuh waktu lama untuk melupakanmu. Aku sama sekali tak ingin diriku amnesia tapi aku ingin diriku melupa tentangmu.

Semua rasa yang pernah kamu berikan padaku masih aku kurung di dalam lapas, lapas ini adalah hatiku. Rasa sedih dan bahagia, rasa gembira dan kecewa, rasa indah dan gelisah masih utuh menjadi satu diingatan.

Sebenarnya banyak orang lain yang ingin aku jadikan penggantimu tapi hatiku selalu gagal memenuhi keinginanku seolah olah hati ini hanya untukmu, logika kalah dengan hati. Hati sangat tahu tentang rasa dan hatilah yang bisa meluruskan segalanya.

Sebutan bidadari, hatiku berbicara jika sebutan bidadari biarlah menjadi sebutan untuk dirimu, seanggun apapun orang lain yang aku lihat tak akan pernah aku menyebutnya bidadari. Sepertinya sebutan bidadari itu khusus untuk dirimu saja, itulah kata dari hatiku.

Wahai bidadari, saat ini aku sedang menemukan rasa yang tidak baik baik saja, saat ini aku perlu ketegaran hati. Hatiku pernah berkata jika.

"Hati yang tersakiti hanya akan terasa sementara namun hati yang tersakiti akan menumbuhkan ketegaran dalam jiwa."

Aku tahu dirimu dulu tak pernah meluangkan waktu untukku. Aku tahu dirimu dulu tak ingin membantu perjuanganku, hingga kini tak mau menuruti rasa rinduku dengan bertemu.

Aku memang tak ingin kejadian menyedihkan pada masa lalu yang membuatku patah hati terulang kembali saat aku memperjuangkanmu. Tapi untuk saat ini aku ingin mengenang caramu yang memberiku rasa sakit hati dengan kejujuran tanpa sandiwara. Aku memang tak ingin hatiku tersakiti kembali karena dirimu, namun aku mau mengingat kembali sikapmu yang menunjukkan rasa tak mau menerimaku dihidupmu secara langsung tanpa ada kode tentang percintaan.

Aku rindu bagaimana sikapmu memperlakukanku wahai bidadari. Sikapmu yang dingin mengajarkanku tentang rasa empati yang tepat pada hati. Lagakmu yang selalu menghindar mengajarkanku agar menjadi orang yang sabar. Engkau yang tak pernah peduli mengajarkanku tentang sikap mandiri. Rasa cinta yang dipenuhi pengorbanan telah memberi arti tentang kedewasaan.

Wahai bidadari yang aku kasihi, seandainya kamu tahu tentang keadaanku saat ini...

Pikiranku kurang tenang. Hatiku masih bimbang. Perasaanku tak menentu karena menaruh harapan pada seseorang.

Sepertinya diriku masih perlu penjelasan tentang awal mula percintaan, diriku masih ragu untuk melangkah pada hati orang, dan diriku bingung untuk menentukan jalan yang harus aku pilih dalam harapan. Aku butuh hati yang tegar dan perasaan yang kuat dalam menerima kenyataan agar aku terhindar dari kekecewaan.

Wahai bidadari, tolong ajarkan aku kembali tentang cara menguatkan hati, tolong sekali lagi beri aku pelajaran tentang cara agar hati ini senantiasa tegar menghadapi kisah kasih percintaan duniawi. Aku tahu caramu memperlakukanku memang menyakitkan, namun kini aku merindukan.

Hatiku pernah bilang. "Percayalah suatu saat nanti kamu akan merindukan rasa menyakitkan yang dulu pernah kamu rasakan."

Hanya sakit hati dan kekecewaan yang aku dapatkan dari cinta yang aku perjuangkan...

Dibalik rasa sakit yang telah kamu berikan disitu pula aku mendapatkan pelajaran tentang arti percintaan, setelah rasa sakit hati ini hilang kini aku semakin tahu tentang awal dan akhir kisah percintaan, rasa yang sebenarnya tidak dipertemukan dengan waktu yang cepat melainkan dengan orang yang tepat.

Kesenangan adalah awal dari rasa cinta, sedangkan kekecewaan adalah akhir dari kisah cinta. Seperti itulah rasa ketika menaruh harapan kepada orang yang salah.

Karena dirimu wahai bidadari, kini aku mengerti bahwa yang menyakitkan belum tentu selamanya menyedihkan, sakit hati bukan bagian dari kelemahan melainkan apa yang menyakitkan juga memberikan pelajaran dan ketegaran, lalu dengan ketegaran dari penderitaan itulah aku bisa menangkis kekecewaan yang datang karena berharap pada seseorang.

Wahai bidadari, bagiku kamu adalah satu satunya orang yang pernah memberiku sejuta pelajaran dibalik rasa yang menyakitkan. Tanpa sikapmu yang dulu mungkin sekarang hatiku akan sangat rentan dan sangat mudah merasakan kekecewaan dan kegelisahan dari segala percintaan pada orang yang sebenarnya tidak layak bagiku.

Wahai bidadari.

Karena dirimu aku tersakiti, karena dirimu pula aku bisa mengerti. Karena dirimu aku kecewa, karena dirimu pula aku semakin waspada dengan kata cinta. Karena dirimu hatiku terluka, karena dirimu pula aku bisa mengetahui rasa cinta yang sebenarnya.

avataravatar
Next chapter