1 1

Alya mendongakan kepalanya ke atas, melihat sebuah gedung bertuliskan Gaya Baru, Gaya Baru adalah sebuah online market place yang saat ini sedang berkembang pesat. Beberapa hari yang lalu ia apply lamaran kerjanya kesini lewat aplikasi job seeker dan ia merasa sangat beruntung karena dari ratusan pelamar ia terpilih sebagai calon kandidatnya. 

Alya melangkahkan kakinya memasuki gedung tersebut, dan ia langsung dibuat jatuh cinta dengan design interiornya. 

Jika ruangan kantor pada umumnya memiliki cubicle atau sekatan, maka berbeda dengan gaya baru. Design interior dibuat lebih flexible dan ceria, pemilihan furniture yang berwarna cerah tampak cocok dengan hiasan mural di dinding, ruangan di design senyaman mungkin agar para karyawan merasa nyaman, sehingga mereka bisa mengembangkan idenya dengan lebih leluasa.

Alya melangkahkan kakinya ke arah lift yang berada di ujung ruangan setelah sebelumnya bertanya pada receptionist .

Ia menunggu beberapa saat hingga lift terbuka. Dia membelakkan matanya, sungguh tak percaya dengan apa yang kini ia lihat.

Seorang pria terlihat melakukan tindakan tidak senonoh.

Alya berdehem cukup keras untuk menyadarkan keduanya. 

****

" Jadi apa alasan kamu melamar kerja disini?"

Alya menatap calon bosnya sambil tersenyum tipis. Ia berusaha tidak mengacuhkan tatapannya yang seperti ingin menelannya bulat-bulat.

" Saya menyadari kalau perusahaan ini sedang berkembang pesat dan saya ingin menjadi bagian didalamnya".

" Di dalam surat lamaran kerja yang saya terima, anda melamar sebagai content creator?"

"Benar pak."

" Anda tau job desk seorang content creator? Sedangkan background jurusan anda tidak ada kaitannya sama sekali ."

" Saya pernah beberapa kali freelance mengurusi konten online shop, jadi kurang lebihnya saya tau job desk saya."

Alya rasanya ingin menjambak kuat rambut pria ini. Ia merasa kesal dengan tatapan matanya yang tampak mengintimidasi, terlihat dingin namun sensual di waktu yang sama.

Alya menggelengkan kepalanya tanpa sadar saat teringat adegan tak senonoh di lift.

Bruk.

" Melamun saat interview kerja? Bagus sekali".

" Mohon maaf pak, saya merasa kepala saya sedikit pusing."

" Alasan." Alya mendengarnya, meski suaranya sangat pelan.

Inhale...exhale

Sabar Alya, kalau saja ia tidak ingat dengan tabungannya yang sudah menipis ia pasti sudah pergi dari sini, sejak melihat adegan 18+ tadi.

" Baiklah karena kamu memenuhi persyaratan yang saya mau, kamu saya terima bekerja disini."

"Terimakasih banyak pak."

" Dengan syarat...."

" Saya type orang yang tidak suka diabaikan, jadi saya harap kamu bisa lebih fokus , hilangkan sikap minusmu."

Alya mencibir pelan, seolah melakukan tindakan asusila di tempat umum bukan sesuatu yang buruk, tapi mungkin saja ia melakukan tindakan yang sama jika ia berada di posisi wanita tadi.

Calon atasannya ini mempunyai wajah yang rupawan seperti Ali Syakieb, kulitnya berwarna kecoklatan, mungkin karena ia suka dengan aktivitas outdoor. Alisnya melengkung indah menaungi sepasang matanya yang suka melotot, tapi bagian yang paling menggoda terletak pada bibirnya, terlihat penuh pada bagian bawah. Alya jadi berandai-andai kalau ia adalah wanita yang berada di lift tadi.

Alya tersenyum tanpa sadar saat membayangkannya.

" Suka dengan pemandangan yang kau lihat?".

" Iya... sangat menggoda."

Alya berucap tanpa sadar.

Bruk

Astaghfirullah .

Alya terlonjak kaget, ia belum bekerja di sini tapi sudah 2 kali mendapat gebrakan meja.

" Saya tidak suka dibuat objek seksual pikiran kotormu!".

" Bapak ini kenapa pikiran negatif sekali, saya membayangkan keponakan saya yang lucu, makanya saya tersenyum".

" Benarkah?".

" Iya."

" Anggap saja saya percaya dengan kebohongan kecilmu, tapi ingat saya tidak suka dibuat objek, saya lebih suka action".

Alya bergidik ngeri saat Belva tersenyum, ia merasa terintimidasi dengan tatapannya yang tajam dan senyumnya yang terlihat mengejek.

****

Belva memijat keningnya pelan, ia merasa lelah dengan rutinitasnya hari ini. Biasanya saat weekend ia akan melakukan aktivitas pelepas penat. 

Belva mengakui bahwa dirinya bukan lelaki suci, ia melakukan- nya pertama kali dengan mantannya saat duduk di bangku kuliah semester akhir, mantannya saat itu-yang ternyata sudah pro- mengajaknya berhubungan intim. Tidak ada kucing yang menolak saat disodorkan ikan asin, jadi mereka melakukannya atas dasar suka sama suka. Belva bukan seorang pria mesum, ini sangatlah normal untuk pria seusianya.

Belva jadi kesal sendiri saat teringat kejadian di lift, padahal ia cukup lama mengincar Cassandra- seorang staf dari bagian accounting-, ia memiliki body yang membuat pria manapun merasa tertarik.

Belva saat itu tidak menyadari kalau lift sudah turun di lantai 1, tapi ia tetap berciuman dengan Cassandra, ia terlonjak kaget saat mendengar seseorang yang berdehem cukup keras.

Didepannya berdiri seorang wanita memakai rok ketat peach sedikit dibawah lutut, serta kemeja putih yang sama sekali tidak bisa menyamarkan bentuk tubuhnya, terlihat menonjol dengan indah.

Wajahnya berbentuk oval dengan tulang pipi yang menonjol, serta alis  yang melengkung indah menaungi sepasang matanya yang menatapnya tajam. 

Makeup yang dikenakannya memang tipis, tapi itu semakin menonjolkan kecantikan alaminya.

Belva sudah sering bertemu dengan wanita cantik, tapi belum pernah yang se- natural ini.

Secara keseluruhan gadis itu bisa saja masuk ke dalam typenya kalau saja lirikan matanya tidak semenyeramkan itu.

Pandangan yang mengatakan seolah-olah ia adalah seorang pelaku asusila yang sangat tercela.

Tapi Belva cukup terpukau dengan auranya yang percaya diri, ia tidak gentar saat matanya menyorotinya tajam. Semua pertanyaan yang ia lontarkan mampu ia jawab dengan baik. Meskipun begitu, jelas terlihat kalau wanita itu tidak kebal dengan aura maskulinnya, ia berpura- pura tidak tahu kalau wanita itu memandangnya dengan tatapan memuja.

Senyum sinis terukir di bibirnya.

Kita lakukan lihat saja, apakah wanita akan tetap acuh atau menyerah dalam pesonanya.

*****

Alya merebahkan dirinya ke atas kasur, ia merasa tubuhnya sangat lelah.

Saat ini ia tinggal di sebuah tempat kost yang jaraknya lumayan dekat dengan kantor barunya, hanya 10 menit dengan naik ojek online.

Usianya saat ini memang sudah 22 tahun tapi ia masih belum berani kalau disuruh berkendara sendiri.

Trauma masa lalu yang membuatnya seperti ini.

Alya menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh mengingat kejadian itu lagi.

Alya berjalan ke arah kamar mandi, lebih baik ia menjernihkan isi kepalanya daripada flasback ke masalalu yang hanya akan membuat dirinya merasa terpuruk dan makin bersalah.

Alya merasa tubuhnya lebih segar setelah mandi, segala permasalahan yang tiba- tiba muncul di kepalanya perlahan menguap.

Ting!

Nada pesan masuk muncul di handphone Alya.

Arshaka: Alya?

Yang masuk memang sebuah pesan singkat, tapi cukup untuk membuat perasaan Alya kalut, ia bimbang antara menjawab pesan tersebut atau mengabaikannya seperti yang sudah-sudah.

Arshaka: Aku hanya ingin tahu kabarmu. Hubungi aku kalau kau sudah siap untuk bertemu.

avataravatar