1 Break Up

.

.

.

"Memangnya kau bisa hidup tanpa ku!?".

"Pergilah jika kau mau, aku tidak peduli".

Desisnya.

Stefany terlihat frustasi,dan memegang dahinya pusing.

Ini sudah ke sekian kalinya mereka bertengkar karena masalah.

Sering terjadi bahkan sangat membuatnya lelah.

Pertengkaran adalah salah satu untuk membuat pasangan semakin saling mengerti.

Artikel bodoh yang membuat Stefany percaya begitu saja.

Mereka terlalu sering bertengkar ,dan itu membuatnya muak.

Tak mempan hanya dengan meminta maaf ,mereka akan kembali bertengkar.

"What's wrong with you?"

"Did you cheating on me!?".

Stefany mengangkat nada bicaranya ,dan penuh dengan kecurigaan.

"Im just bored with you, i can't do This anymore". Cam tertawa dengan datar.

Pria itu menjawab santai sambil memainkan handphonenya.

"Seriously Cam!?".

Stefany tertawa miris dan meninggalkan Cam di ruang santai.

.

.

.

Flashback

"Stefany ! ". Seseorang memanggil nya dari belakang saat ia sedang pergi ke kantin.

"Ya?".

"Ummm,kau punya waktu nanti malam?".

Pria itu terlihat berbinar binar saat berhadapan dengan Stefany.

"Ya Sure". Jawab Stefany

"Euhh aku ingin mengajakmu ke rumahku untuk acara makan malam, so wanna come?".

"Tentu aku mau". Stefany membalasnya dengan penuh senyum.

"Akan ku antar pulang setelah aku selesai latihan basket".

Pria itu langsung meninggalkan Stefany yang sejak tadi terpaku.

Ohh dia satu satunya wanita yang beruntung disukai oleh Cameron Dallaz .

.

.

.

"Jadi kau teman wanitanya Cam?".

Wanita yang berusia belum terlalu tua itu terlihat ramah pada Stefany.

Sikap ibunya Cam sama sekali tidak membuat Stefany canggung.

"Umm bisa di bilang begitu".

Stefany menjawab agak gugup.

"Sebelumnya Cam belum pernah mengajak teman wanita mampir kemari, dan ini sebuah kejutan besar bagi kami".

Sambil tertawa kecil lalu memotong steak beef nya.

Cam terlihat mencuri pandang pada Stefany lalu tersenyum senyum sendiri.

"Benar benar sebuah kejutan,Cam akhir akhir ini selalu si sibukan dengan pertandingan basket ,awalnya aku menyuruh nya untuk memacari seorang cheerleader tetapi dia menolaknya".

Ayah Cam tertawa mengingat nya, dan Stefany pun juga tertawa kecil mendengar nya.

Acara makan lama berlangsung lancar,dan akhirnya mereka berdua duduk di rooftop sambil melihat bintang.

"Umm jadi kau menyukai menu makan malamnya? Cam memulai pembicaraan

"Yeah , ibumu pandai memasak".

Puji Stefany.

"Ibuku memang chef andalan di rumahku,ia selalu memasak makanan enak setiap harinya".

"Stefany?".

"Umm?"

"Aku menyukai mu".

Wajah gadis itu bersemu merah, entah apa yang merasuki nya hingga detik ini ia tak mampu menatap Cam.

"Hey,just look at me".

Cam memegang dagu gadis itu , Stefany menatap mata hazel nya itu.

"Don't move".

Cam mendekatkan wajahnya perlahan,sampai akhirnya ciuman pertama mereka di mulai di rooftop.

Ciuman itu berlangsung lama,dan mereka saling menikmati nya.

Stefany melingkar kan lengan nya pada bahu Cam untuk semakin lebih  dekat .

Dan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil jeda untuk bernafas.

"Haahh i can't breathe, kita butuh udara".

Cam terkekeh dan Stefany hanya malu untuk mengakui nya.

"Akan ku antar kau pulang".

Cam meraih tangan Stefany untuk membantu nya berdiri.

Ia harus segera mengantarnya pulang sebelum larut malam.

.

.

.

Di mobil mereka tidak banyak bicara, bahkan Cam fokus dengan kemudinya.

Suasana terasa sedikit canggung ,tadinya mereka saling mengobrol dan entah kenapa mereka kembali saling diam.

Mobil Cam berhenti di depan rumah Stefany.

"Thank you for comming". Ucap Cam hangat.

Stefany membalas senyum nya lalu keluar dari mobilnya.

Ia juga tak lupa melambaikan tangan nya sampai mobil Cam benar benar menghilang.

Gadis itu segara masuk kerumah sebelum orang tuanya melipat kedua tangan nya di bagian dada.

Membayangkan nya saja membuat Stefany bergidik.

"Aku pu...lang".

Gotcha! Stefany langsung menundukkan kepalanya saat Ayahnya yang sedari tadi sudah berdiri di ambang pintu untuk menunggu anak gadisnya itu pulang.

"Dad? Come on ! Aku sudah pulang tepat waktu".

Rengeknya.

"Ya i know, but who is he? Siapa yang mengantarmu pulang barusan hmm?".

Ayahnya kembali menginterogasi nya.

"Dia hanya temanku,teman di sekolah".

"Hmm teman?".

Stefany me roll eyes matanya.

Dan ayahnya menyadari itu.

"Apa kau me roll eyes pada Daddy?".

"No im not". Stefany mengelak.

"Heyy sudahlah,sampai kapan kalian akan berdebat ?".

Ibunya Stefany muncul dari dapur masih memakai celemek nya.

"Aku kerepotan untuk mempersiapkan makan malam, sayang bisakah kau membantuku di dapur? Biarkan Stefany mandi terlebih dahulu".

Stefany bernafas lega ,ibunya seperti malaikat penyelamat.

Merasa tak bisa menolak permintaan istrinya akhirnya Ayah Stefany mengalah.

.

.

.

"Stefany kau ingin ikut makan malam bersama kami?".

Ibunya berteriak dari bawah

"Tidak, aku sudah makan tadi". Sahutnya

"Tapi aku hanya ingin dessert".

"Baiklah ,ada pudding untukmu di kulkas".

Ucap ibunya lagi.

Stefany mengeringkan rambutnya dengan handuk , ia merasa jauh lebih rileks setelah mandi . Stefany lalu memeriksa handphonenya .

Pesan belum di baca dari Cam , ia langsung membuka pesan nya itu.

"Selamat beristirahat, akan ku jemput besok saat ke sekolah😘".

Stefany tersenyum lalu membalas pesan nya.

Jam di mejanya menunjukan pukul 22:30.

Ia juga sudah mulai mengantuk, akhirnya Stefany memutuskan untuk tidur.

.

.

.

Minggu selanjutnya Stefany dan Cam selalu melakukan hal bersama sama.

Dan setelah lima bulan berhubungan mereka memutuskan untuk satu rumah.

Mereka membeli rumah di daerah Brooklyn New York.

Lengkap sudah kebahagiaan mereka kali ini.

Tetapi semuanya tidak berjalan mulus seperti apa yang mereka harapkan.

Mula mula Cam di kejutkan dengan perceraian kedua orang tuanya. Ayah nya pun di tangkap FBI atas kasus penyelundupan narkoba.

Sejak itu Cam jarang pulang tepat waktu dan hal itu membuat Stefany timbul kecurigaan.

Cam sering pulang dengan keadaan bau asap rokok dan alkohol.

Cam juga sering memaksa Stefany untuk berhubungan badan.

Sudah lebih dari sebulan Cam melalui masa masa depresi nya dengan pergi ke club malam.

Dan Stefany jengah dengan kebiasaan nya itu.

Tetapi ia masih tetap sabar untuk menghadapinya.

Ia sudah terlanjur sayang pada Cam, bagaimana pun keadaan nya yang sekarang.

Dan akhirnya kesabaran itu berada di ujung batas.

Stefany menyerah pada sikap Cam yang mulai kasar padanya.

Tubuhnya selalu di penuhi oleh luka bekas pukulan,dan ujung bibirnya pun terlihat ada bekas darah yang sudah mengering akibat tamparan yang lumayan keras.

Akhir akhir ini ia selalu dijadikan pelampiasan kekesalan nya.

Stefany akhirnya meninggal kan Cam begitu saja.

"Memangnya kau bisa hidup tanpa ku!?".

"Pergilah jika kau mau! Aku tidak peduli".

Desis Cam

Kalimat yang berhasil membuatnya hancur ,jika Ayah nya mendengar hal ini Cam pasti sudah di bunuh oleh Ayah Stefany .

Tetapi gadis itu malah memilih untuk tidak memberitahu siapa siapa.

Stefany berjalan menuju rumahnya.

Ia juga terlihat memakai baju tertutup untuk menutupi bekas luka di tubuhnya,terutama bagian kaki dan tangan.

Ia tidak ingin  orang tuanya tau soal ini.

Stefany sebenarnya tak tega meninggalkan Cam sendirian di Brooklyn,tetapi sampai kapan jika terus seperti ini.

Sesampainya dirumah Stefany di sambut oleh ibunya yang sedang memasak kue di dapur.

"Hay bagaimana kabar nya Cam? Dia baik baik saja?".

"Ya.. dia baik". Jawab nya agak terbata bata.

"Stefany? Are you ok? Wajahmu terlihat pucat,dan kenapa kau memakai pakaian tebal dan tertutup? Kau sakit hmm?".

Ibunya meraba dahi Stefany, tidak ada gejala demam tetapi anak gadis nya itu terlihat pucat.

"Mulai besok kau ada pertukaran pelajar bukan? Mom sudah siapkan beberapa perlengkapan mu di koper untuk ke Korea Selatan".

"Dan kau harus beristirahat, Mom tidak mau kau sakit".

"Ya..thank you mom, but where's Daddy?".

"Daddy mu sedang sibuk mengurus pekerjaannya di kantor".

Stefany ber oh ria lalu pergi menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar Stefany melihat koper nya yang berwarna pink sudah di tata rapih beserta isinya.

Dan di meja rias sudah tersedia tiket pesawat menuju Seoul Korea Selatan.

Ia akan mengikuti pertukaran pelajar di sana selama beberapa minggu.

"Haaaahhh...".

Gadis itu menghela nafas lalu ia meneteskan air mata begitu saja.

Kebahagiaan itu hanya lah latar belakang, tak di sangka sangka Cam setega ini padanya.

Stefany mulai ada rasa takut dan benci pada Cam dan dirinya sendiri.

Air mata nya tak terbendung lagi,hingga akhirnya Stefany menangis dalam diam .

avataravatar
Next chapter