12 Malam Panjang Di Negeri Orang

Arthur masih melihat suasana malam di negri orang. Untuk pertama kalinya, Arthur datang ke luar negeri. Bersama Kalisa, wanita yang baru tiga hari, Arthur temui.

Kali ini hidup Arthur benar-benar berubah drastis. Berkali-kali Arthur tak percaya dengan hidupnya kali ini. Semua ini seperti mimpi buat Arthur. Mimpi indah disepanjang hidupnya.

Arthur masih melihat sibuknya kota Singapura. Sibuk dengan dunia gemerlap malam yang tak pernah mati.

Dulu Singapura menjadi negara yang dicita-citakan dan mimpinya bersama Karenina. Mimpi berbulan madu ke negeri singa ini. Namun, sekarang Arthur sudah datang ke negeri singa. Tanpa Karenina dan malah bersama Kalista.

Masuk ke dunia Kalista, membuatnya merasa jadi orang lain. Menjadi bukan dirinya sendiri. Arthur enggak bisa jadi dirinya sendiri. Setelah bersama Kalista. Arthur jadi apa yang Kalista mau?.

Bila bertanya dalam hati Arthur yang paling dalam. Arthur tak ingin menjadi seperti ini. Menjadi lelaki yang tak punya harga diri.

Arthur tersenyum sendiri. Mengingat tentang harga dirinya. "Kemana harga dirinya itu?" pikir Arthur sendiri bertanya-tanya dalam sudut pandannya.

Arthur tak mengira akan mengikuti jejak Diki!. Arthur tau, apa pekerjaan Diki?. Walau Diki tak pernah mengatakannya.

Arthur masih menghisap rokoknya. Pikiranya melayang ke mana-mana. Arthur harus melanjutkan hidupnya. Hidupnya yang sudah tak berarti lagi.

Kembali ke Desa, tak akan mengubah Arthur jadi lebih baik. Arthur akan tetap menjadi dirinya. Terpuruk, terhina, dan dicampakkan. Karenina hidup bahagia dengan Boy dan Arthur mau jadi apa?.

"Bodoh," guman Arthur sendiri.

Arthur tak ingin jadi orang bodoh dan tolol untuk dirinya. Terus-menerus meratapi nasibnya yang sudah buruk seperti ini. Harusnya Arthur berterima kasih pada Diki. Diki yang memperkenalkan dunia ini pada Arthur.

Dunia baru yang membuat Arthur dihargai, dicintai, didambakan dan diinginkan. Perlu apa lagi?. Semua Kalista punya!. Semua akan diberikan untuknya. Sebagai gantinya laki-laki tersebut hanya boleh menjadi apa yang diinginkan Kalista? Selesai bukan!.

Tapi tetap saja hatt kecilnya menolak semua ini. Hati kecilnyamemberontak. Tak ingin seperti ini. Mana ajaran agama yang dulu pernah Arthur pelajari?. Hasilnya kosong seperti hatinya yang telah kosong.

Arthur tau ini salah! Tapi, bisa apa? Ia harus hidup dan juga harus bahagia. Walau kebahagiaan ini semu untuknya. Kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Tapi, tidak dengan hatinya.

"Ya,Tuhan." Arthur bergumam lagi. Hati kecilnya terus memberontak. Tak menerima dengan semua kekakunya ini. Arthur ingin segera keluar dari zona ini. Zona yang bertentangan dengan agama dan hati nuraninya.

Namun, tak bisa! Setan dalam dirinya ikut berbicara. Mengingatkan tentang pengkhianatan Karenina dan Boy. Mengingatkan tentang rasa sakit itu. Rasa sakit yang sampai hari ini masih terasa. Bagaimana tak sakit?. Pengkhianat Karenina dan Boy baru seminggu yang lalu. Masih terlalu singkat untuk melupakan rasa sakit itu.

Tak mungkin Arthur bisa lupakan rasa sakit itu. Rasa sakit dikhianati. Arthur begitu memcintai Karenina. Lima tahun mengenal Karenina. Tak menjamin kalau Karenina akan setia untuknya. Arthur tak pernah membayangkan seperti ini. Kisahnya dengan Karenina.

Rasa cinta itu, jadi rasa sakit untuk Arthur. Sakit yang teramat sakit, begitu sakit.

Akh, Arthur memegang dadanya sendiri. Teringat dengan rasa sakit itu. Rasa sakit itu ada karna, Arthur begitu memcintai Karenina. Sepenuh hati Arthur untuk Karenina sendiri yang menghancurkan hati Arthur sampai tak tersisa dan sisanya ditambah dengan Boy!.

Sahabat terbaik Arthur. Yang paling menyakitinnyq. Kalau saja, Karenina berselingkuh dengan laki-laki lain. Arthur tak akan sehancur ini. Mungkin hatinya masih berbentuk. Karna, Boy hati Arthur hancur sehancur-hancurnya. Tak tersisa lagi.

Arthur mulai meneteskan air matanya. Walau bagaimanapun juga? Hatinya terasa sakit. Untungnya hatinya di buat oleh Tuhan. Coba kalau dibuat oleh manusia. Tak tau bentuknya akan seperti apa?.

Arthur berusaha kuat. Melawan rasa sakit dalam hatinya. Tetap saja Ia hanya manusia biasa. Laki-laki tersebut tak bisa sekuat itu, setangguh itu. Ia tak bisa tetap kuat karena, pertahanannya sudah hancur rak ada lagi tiang penyangga hatinya yang kokoh itu, layaknya sebuah bangunan yang tak ada kerangka. Seperti itulah hatinya sekarang.

Arthur hanya berusaha menutupi kalau ia baik-baik saja bahagia? Omong kosong!.

"Aku sakit hati, Tuhan. Sampai hati ini, begitu terasa sesak. Perbuatannya mereka menghancurkan ku? Bagaimana ini Tuhan, aku harus apa lagi? Aku bahagia tapi, aku tak bisa membohongimu, Tuhan," batinnya berucap.

Arthur meneteskan air matanya lagi. Laki-laki tersebut benar-benar menangis. Tak ada yang tau, tak ada yang mengerti.

Arthur masih menangis. Bayangan tentang Karenina dan Boy begitu melekat di pikirnya. Masih terbayang saat Boy menyentuh tubuh Karenina.

"Bangsat," teriak Arthur sambil mengepalkan tangannya.

Teriakan Arthur itu membangunkan Kalista. Wanita tersebut membuka matanya, melihat jam Ding-ding di kamar hotelnya. Waktu menunjukan jam 02.00 malam waktu Singapura

Kalista beranjak bangun. Memikirkan sudah berapa lama ia tidur. Hari ini, Kalista begitu lelah. Makanya tertidur begitu pulas sampai Arthur tak tega untuk membangun Kalista.

Kalista mencari keberadaan Arthur. Di lihatnya Arthur masih berdiri di luar sambil menatap kosong keluar.

Kalista tersenyum. Kalista berjalan pelan ke arah Arthur. Kalista mulai memeluk Arthur dari belakang. Arthur menyadari kalau Kalista sudah bangun. Arthur tak ingin terlihat lemah didepan Kalista.

"Kok, malah bangun sih?" tanya Arthur sambil tersenyum pada Kalista yang masih mengantuk itu.

"Aku mendengar kamu berteriak, Sayang," guman Kalista matanya masih menutup.

"Maafkan aku yah, sudah membangunkanmu!" seru Arthur merasa bersalah.

"Tidak apa-apa Sayang, aku meninggalkanmu tidur duluan."

"Aku sengaja tak membangunkanmu Sayang. Aku tau kamu lelah."

"Terima kasih, yah."

"Untuk apa?"

"Membiarkan aku tidur."

Arthur tersenyum, entah kenapa? Saat bersama Kalista. Rasa sakit itu hilang begitu saja. Kalista seperti mempunyai sihir untuk menghilangkan rasa sakit dihatinya.

Arthur mulai mengendong tubuh Kalista yang mungil ke dalam kamar hotel. Karna, Arthur tau udara malam semakin dingin. Arthur tak mau Kalista sakit. Arthur sudah terbiasa dengan angin malam.

Toh dulu Arthur seorang nelayan. Udara malam menjadi teman yang menemaninya setiap Arthur melaut.

Arthur membaringkan tubuh Kalista di kasur dengan lembut. Laki-laki tersebut berjalan ke arah pintu dan jendela sambil menutup semua pintu dan jendela. Agar udara dingin tak masuk ke kamar Kalista.

Kalista masih duduk di kasur tempat Arthur tadi menurunkannya. Wanita tersebut memperhatikannya. Laki-laki tersebut memang sangat berbeda dengan laki-laki yang dikenalnya. Membuatnya semakin penasaran dan ingin terus bersamanya. Kalista ingin memiliki Arthur sepenuhnya. Kalista tak akan melepaskan Arthur. Apa pun yang terjadi nanti? Kalista akan tetap memilih Arthur!. Tak akan mudah mendapatkan laki-laki seperti Arthur. Arthur begitu langka. Dan harus menjadi milik Kalista selamanya.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter