webnovel

ONE NIGHT STAND

"CHEEEERS!!!" seru mereka bersamaan seraya beradu ujung gelas bertangkai berisikan Wine Clos Des Menuts St. Emilion. Malam itu sebagian kru dan pemain sinetron Arranged Marriage tengah mengadakan pesta kecil-kecilan di suite presidential Hotel Swiss Bell. Rata-rata hanya artis dan kru yang masih single saja yang bersedia ikut di dalam pesta itu.

"Selamat ya, Bos. Nggak terasa kita sudah sampai di episode 1000," ucap Rangga. Ia salah satu pemeran utama dalam sinetron tersebut.

"Terima kasih, terima kasih," balas Adi—sang sutradara—sembari tersenyum bercanda dan menundukkan kepalanya serta melambaikan tangan bak pemain teater yang baru saja menyelesaikan pertunjukan.

"Dan selamat juga, untuk Pak Tonny sudah meraih penghargaan sebagai pemain sinetron terbaik," timpal Adi memanggil Rangga dengan nama peran yang dimainkan Rangga dalam sinetron itu. Rangga membalasnya dengan senyuman dan ucapan terima kasih.

"Yeeey! Selamaaaat!" seru Alicia. "Akhirnya kita bisa berpesta."

Alicia juga salah satu pemeran utama dalam sinetron itu. Ia bahkan beradu akting langsung dengan Rangga, berperan sebagai Karina. Perannya sebagai mahasiswa lugu dan pemalu sangat bertolak belakang dengan dirinya yang sebenarnya. Gaya selengekannya sangat kentara dari cara Alicia meneguk wine langsung dari botolnya. Gelas wine hanyalah sebuah formalitas bagi Alicia.

Kayla hanya tersenyum simpul melihat orang-orang disekitarnya bisa leluasa bercengkerama. Ada rasa minder dalam hatinya melihat pesta yang berisikan orang-orang penting itu. Wajar saja, dari 7 orang yang hadir hanya Kayla sesorang yang menjadi pemeran figuran. Atau lebih kerennya, disebut dengan extras talent.

Adi Herlambang sang sutradara, Alicia dan Rangga sang pemeran utama, Vino sang kepala editor, Robert sang first cameraman, Candra sang art director dan Kayla hanyalah extras talent yang memerankan tokoh tidak begitu penting dalam sinetron itu. Sekali waktu ia berperan sebagai pembantu rumah tangga, dan di waktu yang lain ia bisa berperan sebagai resepsionist hotel atau pelayan kafe.

Meskipun ada perasaan tidak nyaman di hatinya, ia harus berkumpul dengan orang-orang yang memiliki peran penting di sinetron yang dibintanginya. Mau tidak mau Kayla mencoba membaur. Bagaimanapun juga ada misi yang harus ia lakukan malam ini. Misi berhadiah 1 miliar. Dengan syarat Kayla berhasil membuktikan jika Rangga bukanlah pria dengan orientasi seksual yang menyimpang. Meskipun sebenarnya, Kayla merasa sangat canggung berhadapan dengan Rangga—pria yang sangat ia hindari di lokasi syuting.

Bagaimana tidak canggung, gadis berusia 22 tahun itu menghabiskan seluruh masa mudanya untuk mencari nafkah. Ia tidak pernah memiliki waktu untuk berpacaran atau berkencan dengan pria manapun. Dan sekarang, ia sangat membutuhkan uang 1 miliar untuk biaya pengobatan kanker yang diderita oleh ibunya. Kayla tidak memiliki pilihan lain selain mendekati Rangga.

"Hei, Kayla," panggil Vino. "Kamu diam saja, apa tidak suka dengan wine-nya?"

"Suka, ini favoritku sebenarnya. Aku hanya merasa minder berkumpul dengan orang-orang hebat," ujar Kayla to the point.

"Susaaan ... Susaan ..., dari kita semua ini kamulah yang paling totalitas," sahut Adi. "Aku ingat saat kamu memerankan tokoh orang gila di sebuah FTV. Tidak ada satu pun gadis muda yang mau mengambil peran itu. Dan kamu, gadis muda yang mau memerankannya. Itu luar biasa, kamu pasti ingin menguji kemampuan aktingmu sendiri dengan mengambil peran-peran sulit."

Kayla terkekeh pelan. Kalimat itu bahkan tidak terdengar seperti pujian. Malah cenderung seperti ledekan di telinganya.

"Ya, benar. Apalagi perannya saat ia menjadi pemain pengganti adegan terjun ke sungai. Aku sangat salut. Tidak ada yang mau terjun ke sungai keruh dan kotor itu. Hanya Kayla yang berani melakukannya. Hidup Kayla!" timpal Rangga berseru memuja Kayla.

Kayla hanya tersenyum simpul.

Rangga lalu merangkulkan tangannya ke leher Kayla yang kala itu duduk disampingnya. "Katakan. Apa motivasimu memerankan peran beresiko dan tidak nyaman untuk kebanyakan orang itu? Apakah kamu tidak menyukai adegan normal atau kamu memang menyukai hal-hal yang menantang?"

Kayla membuang wajahnya ke arah lain untuk sesaat, dengan simpul seringai di ujung bibirnya. Hatinya mengumpat, 'Bukan karena aku tidak ingin memerankan tokoh normal, bedebah! Itu karena aku selalu sial dan harus menerima peran-peran bodoh demi mencari nafkah.'

"Ya," jawab Kayla sembari melempar senyum. "Aku masih 22 tahun. Jelas saja, aku harus mencari pengalaman yang banyak. Benar, kan?" ujar Kayla bertolak belakang dengan kata hatinya.

"Benar ... benar," seru mereka hampir bersamaan.

"Woy, Pak Tonny," panggil Kayla pada Rangga, lagi-lagi menggunakan nama tokoh yang Rangga perankan. "Bukankah akhir-akhir ini banyak akun gosip yang gencar mengatakan jika kamu adalah seorang gay? Kenapa tidak mencari pacar untuk meluruskan gosip itu?"

"Waaah, ini sudah masalah pribadi," elak Rangga.

Adi melambaikan tangannya tidak setuju. "Tidak-tidak. Tidak ada masalah pribadi jika kau sudah memutuskan menjadi aktor sekaligus public figure, reputasimu mempengaruhi penjualan sinetronku. Kamu benar-benar gay? Tenang saja, kita bisa menjaga rahasia."

"Aku masih menyukai lubang yang benar, Bos! Aku hanya tidak suka asmaraku diumbar ke publik," jawab Rangga sedikit kesal.

"Berarti kau sudah punya pacar?" desak Adi.

"Dia jomblo!" seru Alicia dari sudut yang berlawanan. Alicia sudah tampak mabuk dan meracau usai menghabiskan botol wine pertamanya.

"Ck! Belum apa-apa, sudah KO duluan. Dasar bocah!" ujar Adi memicingkan mata ke arah Alicia. "Seharusnya aku tidak mengajaknya."

"Jadi kau punya pacar rahasia?" tanya Vino.

"Kalau pacar rahasia ya berarti rahasia, dong," jawab Rangga.

"Hahaha, benar-benar. Pacar rahasia berarti rahasia," sahut Adi, pipinya mulai memerah. Sepertinya efek wine mulai bekerja di aliran darahnya. "Sudahlah, mau pacar rahasia, gay dan lain sebagainya. Aku tidak peduli. Yang penting Rangga harus menjaga reputasinya demi sinetronku. Dan yang terpenting lagi, malam ini kita pesta!" seru Adi sembari mengangkat gelasnya mengajak bersulang. Tanpa Alicia tentunya. Gadis 20 tahun itu sudah tidak sadarkan diri.

Adi memicingkan matanya ke arah Rangga. "Aku serius! Jika kamu gay, kamu harus bertanggung jawab jika sinetronku tidak laku gara-gara reputasimu, ya," lanjut Adi memberi peringatan.

Rangga tertawa. Ia mengambil botol wine dan mengisikannya ke gelas bertangkai yang dipegang oleh Adi. "Ssst, sudah-sudah. Ayo diminum."

1 Jam kemudian ....

Kayla menghela napas panjang, melihat seluruh penghuni ruangan sudah mabuk dan tertidur kecuali dirinya dan Rangga. Pipi Rangga tampak memerah. Namun, wajahnya masih terlihat sadar.

"Kayla, aku ingin melihatmu berperan sebagai kuntilanak," racau Rangga saat mengetahui jika Kayla tengah menengok ke arahnya.

Sekali lagi, Kayla menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya. Ternyata hanya ia yang masih waras disini meskipun kepalanya sudah terasa ringan dan sedikit pusing. Kayla buru-buru menghabiskan wine di gelas terakhirnya.

"Aku antarkan kamu kembali ke kamarmu. Nomor berapa suite presidential yang kamu sewa?"

Rangga tidak langsung menjawab. Ia menghitung jarinya lalu tersenyum ke arah Kayla. "Berapa umurmu tadi?"

"Ck! Yang benar saja ...," gumam Kayla pelan lalu berdiri dan membopong Rangga menuju ke kamar 22 di lantai yang sama dengan tempat mereka berpesta.

Kayla membaringkan tubuh Rangga ke atas kasur lalu pergi untuk menutup pintu. Kepalanya terasa agak pusing. Mungkin karena wine di gelas terakhir yang ia teguk sekaligus tadi.

Lengkung senyum merekah di bibir Kayla. Ia merasa beruntung untuk sesaat. Bagaimana bisa 2 orang yang sudah mulai kehilangan kesadaran bercinta? Memang inilah direncanakan Kayla. Menjebak Rangga. Apa yang ia butuhkan hanyalah foto berdua dengan Rangga tanpa busana atasan, untuk membuktikannya pada Carlota jika Rangga bukanlah gay. Lagi pula, Kayla sama sekali tidak memiliki minat dengan pria seperti Rangga.

Sebenarnya persetan baginya. Entah Rangga benar-benar gay atau bukan, ia tidak peduli. Ia hanya peduli dengan uang 1 miliar yang dijanjikan oleh Carlota.

Saat kembali menemui Rangga, Rangga sudah kembali duduk sambil menatapnya. Jelas sekali wajah Rangga menunjukkan jika dirinya tengah mabuk.

Kayla menghampirinya dan berdiri tepat di depan Rangga. "Istirahatlah," perintah Kayla.

"Kayla?"

"Apa?"

Rangga membuka kancing kemeja teratas yang dikenakan oleh Kayla. "Kamu salah mengancingkan baju."

"Benarkah?"

"Ya."

Kepala Kayla mulai terasa mengambang. Tubuh Kayla mulai bergerak diluar pertahanannya. Tentu saja ini diluar rencana Kayla. Ia tidak berencana untuk benar-benar mabuk. Tapi, tubuhnya ternyata tidak sekuat itu.

Tangan Kayla menujuk ke kancing kemeja yang kedua. "Kalau yang ini?" tanya Kayla seolah menantang Rangga.

"Itu juga salah. Sini, aku benerin," kata Rangga lalu membuka kancing kedua.

"Bisa aku tebak, yang ini juga salah," ujar Kayla menunjuk kancing yang ketiga. Kali ini Kayla benar-benar sudah kehilangan kendalinya.

Rangga mengangguk manja sambil tersenyum.

Kayla melepas kemejanya, hingga terpampang pakaian dalam bagian atas yang berwarna hitam, melekat di tubuhnya.

"Kayla?"

"Apa?"

"Kamu sepertinya tidak pintar memilih baju yang harus kamu kenakan untuk pesta. Warna itu terlalu tua. Tidak cocok untuk untukmu. Kamu terlihat seperti petugas kebersihan hotel. Lepaskan saja rok jelekmu itu."

"Begitu, ya?"

Lagi-lagi Rangga mengangguk manja. Memang sudah menjadi ciri khasnya ketika mabuk, seketika dirinya berubah bagaikan anak kecil.

Kayla mengernyitkan dahi. Kepalanya mulai terasa ringan, yang ada dibenaknya hanya perasaan rileks dan bahagia. Tanpa malu dan canggung, Kayla melepaskan rok pendek abu-abu yang dikenakannya lalu melemparkannya begitu saja.

"Kamu juga. Kaosmu itu warnanya mencolok dan merusak pemandangan mataku. Lepas saja," ujar Kayla, mengangkat kaos berwarna merah yang dikenakan Rangga hingga terlepas dan menampakkan dada bidang pria bertubuh atletis itu.

Mereka bertatapan sambil tersenyum. Keduanya dalam kondisi setengah sadar. Hanya hawa nafsu yang bergelayut di kepala Kayla dan Rangga.

Rangga kemudian membenamkan kepalanya di tengah dada Kayla, menghirup aroma khas tubuh wanita yang selama ini selalu menjadi rekan kerjanya itu. Hingga rasa tidak nyaman muncul. Dagunya membentur manik-manik penghias bra yang dikenakan oleh Kayla.

"Ck! Benda apa ini? Mengganggu saja," kesal Rangga. Tangannya meraba kebelakang mencari pengait untuk melepaskan menghalang antara bibirnya dan kulit ranum Kayla. Ia tampak kesulitan mencari keberadaan pengait itu.

"Gunting!" seru Rangga.

Kayla buru-buru menepis tangan Rangga dan membuka pengait bra-nya. "Jangan coba-coba merusak Victoria Secret kesayanganku!" cegah Kayla. Kesadarannya yang memudar tidak bisa menghilangkan rasa waspadanya pada barang-barang mahal yang mampu ia beli itu.

"Hehe" kekeh Rangga manja. Tawanya tampak lugu seperti anak kecil.

Begitu bra yang dikenakan Kayla terlepas. Lengkung senyum di bibir Rangga seketika sirna. Apa yang tampak hanyalah mata elang dengan sorot tajam seolah siap menerkam buruannya.

Dengan gerakan cepat, Rangga menarik tangan Kayla dan merebahkan wanita itu ke atas kasurnya. "Malam ini, kamu milikku," bisik Rangga tepat di telinga Kayla sebelum memulai aksinya.

Kayla tersenyum seringai. Ingatannya tidak mampu merekam apa yang terjadi setelah ini.

Next chapter