13 Perubahan.

Sean hanya menatap datar kearah mereka semua dan detik berikut nya langsung berlalu tanpa basa-basi.

"Lo keterlaluan Chika... Buat apa lo kembali kepada Sean? Bukan kah lo udah bahagia sama papa Sean? " Keano langsung tancap gas kearah gadis itu sehingga mengundang perhatian semua penghuni kantin.

Sama papa Sean? Sya dan Sheryl benar-benar bingung dengan semua ini. Saga yang melihat Sheryl sepeti itu langsung membawa kekasih nya pergi entah kemana. Sedangkan Sya?

"Ikut gue. " Perintah Arnand, yang langsung menarik pergelangan tangan kanan nya. Sya awalnya hanya cengo.

"Apasi ? niat amat gandeng tangan gue " Cibir gadis itu setengah kesal. Arnand hanya tersenyum ramah. Bau-bau peperangan nih gaess.

"Dih, pede amat. " Sahut Arnand tak mau kalah.

"Gue lagi males banget debat sama lo, percuma nggak ada gunanya. Sekarang lo mau apa? " Serius Sya tanpa embel-embel konyol sedikit pun.

"Lo nggak nanya gitu tentang Chika? "

"Dih, apa guna. " Sengit Sya sambil melipat kedeua tangan nya di depan dadanya.

"Gue kenal lho sama dia. " Arnand terus berusaha memancing gadis itu agar bertanya kepada nya.

Sya hanya mengedikkan bahu nya acuh, tak peduli dengan pancingan yang ditahan Arnand. Biarkan saja Arnand memancing di lobang buaya. Siapa tau dapat kadal.

"Ok, kalau lo nggak mau tanya gue pergi aja. "

Astaga, nih umpan kail nya apalagi Nand, yakin nih kali ini akan dapet ikan. Atau jangan-jangan dapat hiu lagi. ihh, seram amat dah.

"Eitss, enak aja main tinggalin, lo yang bawa gue kesini lo harus tanggung jawab dong. Pokok nya lo harus cerita tentang siapa Chika." Ya elah, Soedah dari tadi ditawarkan juga nggak mau. Gini nih kalau cewek main seenak nya saja.(Idih thor, kayak nggak cewek aja.) Abaikan...

Arnand hanya terkekeh mendengar ucapan Sya barusan. Wajah konyol nya yang selalu bisa menghipnotis laki-laki itu untuk selalu menarik bibirnya, mengulas senyuman.

"Apaan sih, senyam-senyum nggak jelas. Muka lo tuh lebih cocok datar. " Celetuk Sya asal.

"Biarin... "

Arnand mulai menceritakan semua tentang Chika, Sya tertegun sesaat mendengar penjelasan dari Arnand antara percaya atau tidak. Wajah Chika yang polos tak akan ada orang yang menyangka bagaimana buruk nya kelakuan nya diluar sana.

"Gue harap, lo nggak usah terlalu dekat sama dia. " Pinta Arnand seusai menceritakan perihal tentang seorang Chika.

Dih, nih orang kenapa sih? kok berubah gitu aja? Mulai gila kali ya? monolog Sya sendiri.

"Enak aja, emang lo fikir lo siapa? Atur-atur hidup gue. " Sanggah nya.

"Ya udah gue bilang daddy lo aja. " Ancam Arnand santai, tapi lain dengan Sya yang melotot seketika.

"yi idih gii biling diddy li iji." Cibir Sya sambil menirukan gaya bicara Arnand.

Arnand tersenyum penuh kemenangan, ternyata tak sesulit itu menundukkan ego gadis itu.

Entah sejak kapan, Arnand salalu bahagia melihat tingkah konyol Sya. Bahkan dengan sengaja Arnand memancing emosi Sya hanya demi melihat wajah kesal nya.

"Apa lo? gue tau gue itu imut, dah gitu lucu lagi. " Arnand bukan nya mengelak, eh tau nya malah malah mengangguk kepalanya mengiyakan perkataan Sya barusan.

"Parah amat lo, demi bawang merah yang warnanya ungu janda, lo nggak punya urat malu? " Sya mulai berkata ngawur, dan itu sukses membuat Arnand merutuki kebodohannya sendiri. Apa yang tadi dia lakukan?

"hah,, lo salah lihat kali? " elak Arnand berusaha membela kebodohannya.

"Dih, ngelak nya nggak elite banget. Nasi udah jadi sate korannn... mending akuin aja deh." Bubur kali neng. huft,,, kali ini Arnand benar-benar kehabisan cara untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Nggak, lo kok hobby banget sih nuker nama orang. Arnand Celvano Axelle kalau lo lupa. "

"Nggak nyambung nyet, gue nggak lagi bahas nama. " Geram Sya mulai jengkel lagi.

"Ya udah deh, emang tadi lo bahas apa? " Usaha aja dulu Nand, siapa tau nggak sia-sia.Taqdir selalu punya cara tersendiri membuat mu bahagia. eaa,,,

Abaikan....

"Bahas tukang kebun yang gali kuburan." Waduh, kapan sembuh Sya? Perasaan kumat terus dah.

"It's okay, lanjut aja bahas nya, emang nya ukuran kuburan nya berapa sih? Mayat nya kepanjangan ya? maka nya pembahasan nya nggak habis-habis dari tadi. " Wah, wah wah,,, Si Arnand ketular konyol Sya deh kayaknya. Virus Sya memang berbahaya, udah gitu cepat nular lagi. Oh my god, inikah yang dinamakan corona? (Dih, Author apaan sih.)

"Korannnn, Lama-lama gue panggang pala lo di tukang jagung bakar. " Geram? bahkan mungkin sangat, sangat, dan sangat. Oh tidak mata Sya seperti nya butuh refresing untuk menghilangkan wajah dingin Arnand yang berubah 99,9% jadi menyebalkan.

"Ya elah, selain nakal lo kejam juga ternyata. Jangan bilang lo itu seorang psychopath. "

"Enak aja lo ngomong. Tuh mulut belum pernah di kasih Sunlight ya? lemak nya masih membandel. Asal ceplas-ceplos aja. " Arnand hanya terkekeh senang. Tak bisa dipungkiri senyuman nya tercetak jelas dibibirnya.

Skippp..

__________________

"Sya, Sher, Lo benci ya sama gue? Gue nggak maksud buat Se__"

"Sorry ka, lo harus ngerti posisi gue dan Sya kayak mana? " Potong Sheryl terlebih dahulu sebelum Chika melanjutkan pembicaraan.

Jujur, sebenarnya Sheryl juga kasihan sama Chika disatu sisi, tapi di sisi lain gadis itu juga tidak mau ambil resiko jika perkataan Saga dan yang lain itu benar apa adanya. Karena bagaimanapun Sheryl pasti lebih mempercayai Saga dari pada teman yang belum sampai sehari dikenalnya.

" Iya gue paham, gue tau gue emang banyak salah selama ini terhadap Sean dan keluarga nya. " Entah itu nyata atau tidak, yang pasti Chika terlihat sangat menyesal didepan Sya dan Sheryl.

" ekm, Chika seperti nya lo harus tau deh satu hal tentang gue, gue paling nggak suka orang yang banyak drama. Dan kalau pun lo benar menyesal, gue juga nggak suka sama cewek yang memperlihatkan kelemahan nya didepan semua orang. "Bukan, itu bukan suara Sheryl, melainkan itu adalah suara Sya. Entah mengapa dari awal Sya memang tak suka dengan kehadiran cewek itu. Berbeda dengan Sheryl.

" Sya, nggak boleh gitu. " Sheryl yang paham betul bagaimana sifat Sya langsung memberi Sya kode untuk menarik ucapan nya kembali. Namun jika itu sampai terjadi, maka jangan panggil dia Sya.

"Nggak papa Sher, gue emang pantas dapat ini. " Ini nih, yang membuat Sya paling benci dari orang yang berpura-pura lemah didepan orang yang membela nya padahal dia sendiri mampu untuk melawan.

ck, bodoh sekali anda.

"Bagus lah, kalau lo sadar." Sheryl membelalakan mata nya kearah Sya, sedangkan Chika hanya menunduk seakan-akan ada beban berat ditengguk nya.

"Maaf." Cicit Chika pelan, entah untuk kesalahan nya yang mana. Sya hanya tersenyum puas melihat wajah diketakutan Chika.

Apakah Sya termasuk sosok seorang yang jahat ???

***

avataravatar
Next chapter