webnovel

Arman Sang Penakluk

Bagaimana rasanya menyaksikan kematian gurumu di depan matamu? Itulah yang dirasakan Arman, seorang pemuda ras manusia yang hidup di keluarga sederhana. Suatu saat dirinya berguru pada seorang tetua, untuk menaklukan Kingdom lain dan menyatukan dunia! Namun...gurunya dibunuh? Kampung halamannya diserang? Arman yg berhasil bertahan hidup, kini hanya memiliki 1 tujuan. Membalaskan dendam gurunya! Dibantu oleh beberapa sahabatnya dari berbagai Ras serta kakaknya ridho, ia mencari kelompok badik merah yang dipimpin oleh seorang pejabat pemerintahan... Dapatkah Arman membalaskan kematian gurunya dan menjadi sang penakluk dunia penuh misteri ini? Siapakah dalang dibalik pembunuhan gurunya? Akankah Arman memilih balas dendam atau melupakannya? Petualangan penuh balas dendam, persahabatan antar Ras dan makna hidup... Baca hanya di "Arman Sang Penakluk" Saya akan selalu berusaha tiap hari untuk mengupdate ceritanya. Jangan lupa untuk selalu mendukung karya-karya lokal di webnovel. nb : mohon maaf jika dalam penulisan masih terdapat kekurangan, secara baru belajar dalam penulisan novel

Si_Koplak · Fantasy
Not enough ratings
402 Chs

Bab 17 - Pedang Pemakan Api!!!!!

-----

"kak, gimana jika kita melanjutkan perjalanan menuju ke desa sepaku,?" usul Arman.

"iya man, sebaiknya sekarang kita jalan, sebelum siang," setuju ridho.

"bagaimana denganmu kawan, apakah sudah siap menunjukkan jalan menuju desa sepaku,?" tanya Arman kepada Harpic yang sedang berbaring.

"guruu," angguk Harpic.

"baiklah,!!!! kalau gitu sekarang waktunya untuk melanjutkan perjalanan kita, setuju semua,?"

"setuju,"

"guruu,"

Mereka lantas berangkat menuju desa sepaku, kali ini mereka membutuhkan waktu sekitar 6 jam, namun karena mereka terbang bersama Harpic, maka waktu yang dibutuhkan merek hanya sekitar 3 jam, pas sebelum sore hari mereka sudah tiba di desa sepaku.

-----

Desa Sepaku, bengkel blacksmith milik Paman Rasyid.

"permisi tuan Rasyid, apakah pedang milikku sudah selesai diperbaiki,?" tanya seorang petualang.

"oh pedang kamu sudah selai aku perbaiki pagi tadi,!!! tunggu sebentar, aku akan mengambilnya dibelakang," jawab Rasyid sambil masuk kedalam ruang penyimpanan miliknya untuk mengambilkan pedang milik petualang tersebut.

Tak lama kemudian Rasyid datang membawakan sebilah pedang milik petualang tersebut,

"ini pedang milikmu, aku sudah memperbaiki kerusakan yang terjadi, serta memasukkan beberapa item untuk meningkatkan kualitasnya, namun itu tetap tidak merubah rangking pedang tersebut,

"karena pada awalnya kerangka pedangnya menggunakan mithril kualitas rendah, jadi pedang ini tetap berada di rangking C," ungkap Rasyid seraya memberikan pedang tersebut kepada pemiliknya.

"terimakasih banyak tuan, tidak apa-apa jika memang rangkingnya tidak bisa berubah, yang penting statistiknya berubah, itu sangat membantu dalam misi kedepannya," ucap petualang itu.

"iya, kedepannya kamu mesti berhati-hati dalam menggunakan pedang ini, rawatlah dia seperti kamu merawat dirimu, karena pedang adalah nyawa bagi setiap petualang yang menggunakan pedang," ungkap Rasyid.

"baik tuan, kedepannya aku akan merawat pedang ini,!!! berapa biaya semuanya tuan,?" tanya petualang seraya mengambil kantong penyimpanan miliknya.

"untuk semuanya sekitar 2 silver koin saja, karena item yang lain juga berasal dari kamu, akun hanya memasukkannya saja,"

"baik tuan, ini 2 koin silver untuk membayar biayanya," ucap Petualang tersebut sambil menaruh koin itu diatas etalase bengkel.

"terimakasih nak, jangan sungkan-sungkan untuk kemari lagi jika memerlukan perawatan senjata," ungkap Rasyid.

"pasti tuan, aku permisi dulu, ingin menjalankan misi dari guild," pamit petualang yang segera meninggalkan bengkel blacksmith milik Rasyid.

Setelah urusan pedang itu selesai, Rasyid lalu masuk kedalam sebuah ruangan, dimana terdapat sebuah tungku api serta beberapa alat lainya, ruangan itu adalah tempat Rasyid menempa segala senjata dan alat sihir buatannya.

Rasyid berencana untuk membuat sebuah pedang, kali ini dia berharap setidaknya bisa membuat sebuah pedang grade A, selama ini dia hanya mampu membuat senjata dan alat sihir grade B. Meskipun demikian dia telah banyak menciptakan berbagai jenis senjata diantaranya pedang, tombak, panah, belati serta alat sihir lainnya.

Rasyid mulai mempersiapkan segalanya, mulai dari memanaskan tungku pembakaran, biji mithril, serta bahan-bahan lainnya. Dia lalu menuangkan biji mithril, coke serta batu kapur kedalam tungku pembakaran miliknya.

Setelah menuangkan bahan mentahnya, Rasyid lalu memantau suhu tungku melalui termometer yang dia pasang di atas tungku pembakaran miliknya, dia harus menjaga suhu berada di sekitar 1.840 - 1.850 derajat.

Tak lama kemudian suhu pada tungku pembakaran berada pada 1.800 derajat, biji mithril mulai meleleh secara perlahan, di dalam tungku pembakaran yang lebih dari 1.800 derajat, bijih mithril meleleh dicampur dengan karbon monoksida yang dihasilkan dari kokas, dan besi kasar dengan karbon dan mithril dibuat. Pada saat yang sama, pengotor yang dipisahkan diubah menjadi terak oleh batu kapur dan dibuang secara terpisah.

Rasyid lantas menyiapkan cetakan pedang yang telah dia buat sebelumnya, dia lalu menuang cairan tersebut kedalam cetakan yang telah dia sediakan. Terlihat asap yang keluar dari dalam cetakan tersebut, berhubung cetakan pedang itu masih panas Rasyid lantas membuat gagang pedang yang terbuat dari tulang Griffon yang telah dia dapatkan dari pelelangan.

Rasyid memotong serta mengukir tulang tersebut dengan sangat hati-hati, karena bahan ini sangat langkah dan sulit untuk ditemukan. Gagang pun telah terbentuk, dia lantas menambahkan beberapa item dalam gagang pedang agar kokoh dan kuat.

Cetakan pedang tampak tak lagi mengeluarkan asap panas, Rasyid lalu mengeluarkan pedang yang telah terbentuk kasar dari dalam cetakan. Rasyid lalu menaruhnya kembali kedalam tungku pembakaran, dia lantas menulis sebuah formula diatas sebuah batu kristal api. Rasyid ingin membuat sebuah pedang yang berunsur api, setelah selesai mengukir beberapa formula diatas batu kristal api tersebut, dia lalu melemparkan kedalam tungku pembakaran.

Karena suhu dalam tungku pembakaran sangatlah panas hingga 1.800 derajat, maka batu kristal itu perlahan mulai melebur dan bergabung dengan pedang kasar yang sedang membara, terlihat formula yang Rasyid ukir mulai masuk kedalam pedang kasar tersebut. Perlahan-lahan pedang mulai terbentuk dengan sempurna.

Setelah terbentuk sempurna, Rasyid lantas mengeluarkannya dari dalam tungku pembakaran dan memasukkannya ke dalam kolam yang berisi air, lalu diangkatnya dan ditaruhnya di atas meja kerjanya. Dia lalu mengambil gagang pedang yang telah dia buat dan memasangnya pada pedang yang telah terbentuk sempurna, tak lupa juga memasukkan beberapa item untuk meningkatkan statistik pada pedang, serta beberapa power stone yang berisikan aura api.

"akhirnya aku bisa membuat pedang grade A,!!!!!" ungkap Rasyid ketika melihat statistik pedang yang muncul dilayar informasi pedang.

Akhirnya pedang yang Rasyid inginkan pun selesai, terlihat di layar informasi pedang ini berada pada grade A, dengan statistik : unsur api, base attack : 450, Matk : 15%, kecepatan serangan : 1500, tambahan sihir : 100%.

"sebaiknya aku memberikan nama untuk pedang ini,!!!! hmmmm apa yah yang bagus,???"

"bagaimana kalau kita namakan pedang pemakan api guru,!!!" sahut seorang pemuda yang tiba-tiba muncul dibelakang Rasyid.

"hmmmm pedang pemakan api,!??? tidak buruk juga," ungkap Rasyid.

"sejak kapan kamu berdiri dibelakang ku,?" tanya Rasyid kepada pemuda tersebut.

"aku sudah dari tadi berada disini, mungkin semenjak guru membuat pedang itu," jawabnya.

"oh benarkah,??? bagaimana misi yang kuberikan,???" tanya Rasyid.

"benar seperti dugaan guru, desa Semoi bukan hancur karena ulah monster liar serta hewan buas yang mendiami Hutan terlarang, namun karena serangan sekumpulan party petualang,"

"kamu yakin akan hal itu,???"

"aku 100% yakin guru,!!!! aku sempat bertanya-tanya pada desa terdekat, dan mereka mengatakan bahwa banyak kelompok party petualang yang menuju ke desa Semoi sehari sebelum kabar itu tersebar,"

"seperti itu ceritanya, apakah ada yang lain,???"

"untuk saat ini, hanya itu informasi yang bisa aku berikan guru,"

"apakah kamu menemukan jejak tuan Bahar,?"

"tidak guru, desa Semoi benar-benar rata dengan tanah, tidak ada yang tersisa,"

"kamu boleh kembali ke kamarmu untuk istirahat,!!!! aku ingin menyelesaikan pedang ini terlebih dahulu,"

"baik guru,"

Pemuda itupun pergi meninggalkan Rasyid seorang diri di ruangan pribadi miliknya, Rasyid sudah menduga bahwa desa Semoi runtuh bukan karena ulah monster ataupun hewan buas seperti berita yang tersebar, namun Rasyid masih perlu sedikit info lagi mengenai banyaknya kelompok party petualang yang menuju ke desa Semoi sehari sebelum kejadian itu terjadi.

-----

"lihat kak,!!!! didepan ada sebuah desa," teriak Arman yang berada diatas punggung Harpic.

"iya man, apakah itu desa sepaku,?" tanya Ridho.

"guruu," angguk Harpic.

"benarkah kawan, akhirnya kita telah sampai di desa sepaku," ucap Arman yang mengelus kepala Harpic.

"guruu," senyum Harpic.

"sebaiknya kita jalan aja man, agar tidak memancing perhatian warga sekitar, apalagi kita sedang bersama Harpic yang merupakan hewan buas Griffin," usul ridho ketika melihat suasana desa sepaku ternyata cukup ramai juga, hampir seramai desa mereka.

"baiklah kak,!!! ayo kawan kita turun dan berjalan kaki," pinta Arman kepada Harpic.

Harpic lantas mengangguk dan menukik turun kebawah, setibanya di tanah Arman dan Ridho lantas turun dari punggung Harpic dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

"sebaiknya kita berkemah dulu kak sambil istirahat di dalam hutan ini, besok pagi baru kita masuk kedalam desa sepaku," usul Arman.

"baiklah kalau seperti itu, aku juga sebenarnya sudah lapar, hehehe!!! benarkan Harpic,"

"guruu ruuu," angguk Harpic dengan wajah yang penuh harap dapat makanan.

"baiklah, aku akan masak dulu, kalian siapkan kemahnya," pinta Arman.

"siap komandan,"

"guruu,"

Mereka bertiga memutuskan untuk berkemah malam ini di dalam hutan dekat desa sepaku dan besok paginya baru masuk kedalam desa.