webnovel

Bagian 8

Arzan membuka matanya dan ia langsung disuguhkan pemandangan yang membuat dirinya tersenyum.

Dia sudah sah menjadi suami dari Yuna Bramantyo, apa lagi yang dia harapkan??? Tidak ada bukan. Arzan mengeratkan pelukannya dan mencium kening sang istri.

"Enngghh..Ar..pagi" Yuna yang merasa terganggu langsung membuka mata dan menampilkan senyum dari bibirnya.

"Kita mandi dulu, setelah itu kita pesan sarapan ya.." Yuna mengangguk saja, dan lagi perutnya juga sudah berisik meminta untuk diisi.

Drrrrttt....drrrttt...

Arzan ingin mengabaikan panggilan itu, tapi dia tau resiko yang akan dia hadapi jika berani mengabaikan, saat ia melihat ID pemanggil.

"Ya Ma???" jawab Arzan dengan nada malas

"Kau dimana???"

"Di apartemen, kenapa ma???"

"Kenapa kau bilang?? Kau tidak lupa kan kalau hari ini seluruh keluarga besar akan berkumpul. Tak mungkin kau biarkan Navya sendirian menyambut mereka???" suara Ny. Ganendra terdengar ketus

"Hah..ma, aku lelah. Katakan padanya tak usah manja, aku malas, aku ingin mengahabiskan waktuku dengan Yuna saja.." Arzan menarik Yuna untuk duduk di pangkuannya.

"Oke..tak masalah, sekalian saja kau tak usah pulang. Juga tak usah masuk lagi ke kantor. Biar ayahmu saja yang mengurus perusahaan, oh satu lagi, kembalikan black card yang mama berikan padamu. Itu milik putramu..oke, mama tutup.." Panggilan tertutup dan membuat Arzan tak perduli.

"Kenapa, Ar???" Tanya Yuna.

"Mama mengancamku. Mungkin mama kira aku akan jatuh miskin jika black card aku ditarik juga aku di berhentikan dari perusahaan..aku bisa menggeluti dunia fotografi ku kalau begitu.." Arzan menjawab dengan tenang tapi tidak dengan Yuna.

"Jangan begitu, kau pulang lah ke mansion, aku tak apa..." ujar Yuna dan jelas membuat Arzan heran

"Sayang..aku tak ingin bertemu dengan wanita licik itu..aku ingin denganmu, istri yang aku cintai.." ujar Arzan

"Jangan begitu..lihat mama dan papa..mereka akan malu jika kau tak ada disana, sudah sana pulanglah..aku tak apa.." Arzan menatap Yuna lekat, dan akhirnya mengangguk dan Yuna terlihat tersenyum lega.

Akhirnya Arzan memutuskan pulang ke mansion atas permintaan Yuna.

******

Begitu pria muda itu tiba di mansion, terlihat para maid sibuk dengan pekerjaan mereka. Arzan langsung mencari sang ibu

"Mama..." sapa Arzan begitu ia mendapatkan siluet sang ibu

"Oh..kau pulang??? Mama kira kau mau tetap teguh di pendirian, plin plan sekali ternyata" ujar Ny. Ganendra dengan senyum mengejek

"Mama salah..jika bukan karena Yuna, aku tak mau datang.." seru Arzan sedikit anfkuh

"Yuna??? Apa dia takut kau jatuh miskin, makanya dia membujukmu??" Ny. Ganendra tersenyum miring saat Arzan menatap dirinya tak senang

"Apa maksud Mama, Yuna bukan wanita matre, dia bukan seperti wanita licik itu, serakah, rakus..dan tamak..." Ny. Ganendra tau siapa yang dimaksud sang putra.

"Navya maksudmu??? Mau bertaruh dengan mama??? Siapa yang sebenarnya serakah. Yuna atau Navya" Ny. Ganendra menantang sang putra

"Jelas sudah ketahuan Ma, tentu saja wanita tak jelas itu..Yuna bukan dari kalangan orang miskin sepertinya.." Arzan membela Yuna, tentu saja

"Ya..tapi tidak semua orang miskin itu serakah...dan orang kaya itu dermawan..so, berani bertaruh atau tidak???" Ny. Ganendra menatap putra bungsunya itu

"Mari bertaruh, mama ku sayang..." Arzan mengulurkan tangannya dan disambut sang ibu.

Ayra dan Tn. Ganendra hanya bisa geleng kepala. Sedang Danar malah tersenyum miring.

"Bagaimana kalau dalam satu minggu ini Yuna tinggal di mansion, dan kita lihat mereka berdua. Ah..kau harus ingat Yuna hanya bisa tidur di kamar tamu sedang Navya tentu saja di kamar milikmu.." ucapan Ny. Ganendra membuat Arzan tak terima

"Kenapa harus wanita itu di kamar ku, istriku kan Yuna" Arzan jelas tak suka

"Yuna istri siri mu, Navya istri sah mu..kau sekarang pelupa ya Ar. Padahal usiamu masih sangat muda.." ujar Ayra buka suara

"Dan yang diakui di rumah ku ini adalah istri sah..dia menjadi nyonya kedua setelah ibumu yang merupakan istri Papa.." Tn. Ganendra pun buka suara

"Kalian bersekongkol???" Tuduh Arzan pada seluruh keluarganya

"Nope..hanya mengingatkan posisi Navya juga Yuna saja, Ar" Danar merangkul bahu sang istri.

"Bagaimana..?? Kalau mereka di tempat yang berbeda..taruhan ini tak akan berlaku.." Ny. Ganendra menatap putra bungsunya lekat

"Baiklah, besok Yuna akan ada mansion ini. Lalu kita lihat kekalahan mama secara perlahan.." ujar Arzan keras kepala dan terkesan sombong

"Ya..ya..ya..kita lihat saja nanti, ah ya..kau bisa ke kamar mu..Navya sudah menunggu diatas..dia sudah menyiapkan semua keperluanmu.. ingat, jangan sesekali kau mengabaikan perhatiannya, karena itu salah satu aturannya, kau harus berbuat adil pada kedua istrimu itu.." Arzan ingin protes tapi tatapan bambi Ny. Ganendra membuat dia mengurungkan niat nya.

Dengan malas dia berjalan menaiki tangga menuju kamar miliknya.

Tep..

You're my angel

Angel baby, angel

You're my angel, baby

Baby, you're my angel

Angel baby

Baru saja Arzan ingin membuka pintu kamar, telinganya mendengar suara lembut mengalun. Perlahan Arzan membuka sedikit pintu dan melihat seorang wanita yang sedang menimang bayi mungil

I fall in love with the little things

Counting the tattoos on your skin

Tell me a secret, and baby, I'll keep it

And maybe we could play house for the-

Arzan bersikap biasa saja saat Navya membalikkan badannya dan keduanya saling berhadapan.

Navya terkejut tentu saja, tapi dengan sigap ia meletakkan bayi mungilnya ke ranjang dan tak lupa menyelimuti si mungil Arka. Arzan masuk dengan langkah angkuhnya dan berdiri dihadapan Navya

"Kau pasti senang berada dikamar luas ini..kan??? Kau ular betina yang sangat berbahaya...perempuan licik" Navya hanya bisa menundukkan kepala dengan menahan tangis. Dirinya tak pernah mengharapkan semua ini..

Sret..

Dengan kasar Arzan mengamit dagu Navya, tatapan Arzan sangat tajam pada istri sah nya itu.

"Lebih baik kau lepaskan topeng sialan mu itu dan perlihatkan wajah aslimu..bangsat!!" Setelah berujar hal menyakitkan itu, Arzan meninggalkan Navya yang menangis dalam diam, pria itu memasuki kamar mandi yang memang ada didalam kamarnya itu. Wanita muda itu menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang berontak ingin keluar. Dia tak ingin membangunkan putra kecilnya..

Cklek..

Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Arzan yang memakai bathrobe, kepalanya menoleh kanan kiri tapi tak menemukan Navya. Merasa tak perduli, Arzan memilih untuk memakai pakaian yang sudah ada di ranjang miliknya.

Mengingat apa yang dikatakan sang ibu, dengan malas Arzan mengambil pakaian itu dan memakainya.

Cklek..

Tepat saat pria yang sudah sah menjadi seorang ayah itu ingin memakai dasi, Navya masuk kedalam kamar.

"Ibu menyuruh aku untuk memakaikan dasi mu,..Tn. Arzan" Arzan memang tak bersahabat dengan dasi. Dan dengan malas ia mengangguk.

Perbedaan tinggi Navya dan Arzan itu sangat kontras, bahkan dengan berjinjit pun Navya masih kesusahan untuk memakaikan dasi. Tak berani juga meminta suaminya itu untuk menundukkan tubuhnya.

Melihat dibelakang dirinya adalah ranjang, Navya memutuskan untuk naik keatas dan tersenyum kecil karena ia sangat brilian. Arzan menatap datar tingkah Navya. Kalau cerita romansa, adegan diatas sangat manis..bukan???

Dengan telaten dan tenang Navya memakaikan dasi di leher Arzan. Tapi Jantung wanita cantik itu tak bisa tenang karena aroma Arzan yang membuat dirinya tanpa sadar mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Su-sudah...Tn. Arzan.." suara Navya terdengar tercekat. Dan Arzan berlalu begitu saja tanpa perduli dengan wanita mungil itu.

Bruk..

Navya meremat bajunya sendiri sembari berusaha menenangkan dirinya yang merasa ketakutan. Trauma itu sangat membekas dihati juga dipikiran Navya Anindya.

*****

Seperti yang di katakan Ny. Ganendra, masion mereka ramai dengan kedatangan keluarga besar dari keluarga mereka. Memang mereka sudah hadir saat pemberkatan juga resepsi tapi sudah menjadi kebiasaan untuk memperkenalkan menantu keluarga mereka lagi.

Arzan sudah ditarik para sepupu yang pria ke tempat berbeda dan Navya pun ditarik sepupu yang wanita ke tempat lain, sedang Arkana di pamerkan Ny. Ganendra pada para tetua.

"Jujur ya..aku tak terlalu suka dengan Yuna, untung saja Arzan tidak menikah dengannya..eh, maksudnya menikah secara siri saja, tidak tercatat di mata hukum.." ujar seorang wanita dengan tatapan mata kucing, Divya, Divya Ganendra , sepupu Arzan dan Ayra yang tinggal di Surabaya

"Kenapa begitu, Div??? Yuna cantik, model, anak mentri pula" ujar wanita lain yang seumuran dengannya, Yasmin Khandra

"Hah..operasi plastik sekarang tidak mahal, Yas..wajah bisa di ubah tapi sifat sudah bawaan lahir, aku melihat dia suka sekali memandang rendah orang lain..dan aku tak suka itu.." Divya menjawab Yasmin

"Kau benar, ah..Ayra kau tau tentang Yuna??? Emmm..atau apa Tante pernah bercerita tentang rahasia Yuna???" Ayra jelas langsung terkejut. Ayrq ingat akan ucapan sang ibu, apa sepupunya ini tau satu hal

Yang sampai saat ini masih disembunyikan oleh sang ibu

"Yasmin..kau tau sesuatu??? Mama hanya mengatakan padaku kalau suatu saat nanti aku pasti tau. Apa itu???" Tanya Ayra penasaran

"Ahhh..aku kira tante sudah memberi tau mu, maaf ya, aku tidak bisa mengatakan nya. Seperti yang dikatakan tante Ayu, tunggu waktu yang tepat saja, dan Navya, kami tau cerita tentang mu dan tenang saja, kami tak ada niat untuk mengusik mu..kalau kau ingin teman cerita, kau bisa menghubungi kita-kita..bukan begitu??" Mereka mengangguk serentak dan menampilkan senyum yang membuat Navya tersenyum manis

"Terimaksih banyak..." Navya berujar dengan tulus..

"Cantik sekali..." ujar seseorang yang terpesona pada wajah Navya saat senyum itu terlihat.

to be continue