webnovel

Bagian 5

"Mengertilah, Yuna..aku tau aku salah..tapi aku mohon, aku tidak mungkin berpisah dari mu.." ucap Arzan membujuk sang kekasih

"Tapi tidak dengan aku menjadi madu wanita itu kan, apalagi yang diakui sebagai menantu itu dia, bukan aku...aku tak terima di hal itu, Ar...." ujar Yuna dengan mata berkaca-kaca

"Maafkan aku sayang, maafkan aku, aku janji..aku akan cari cara bagaimana kau yang menjadi menantu sah di keluarga besarku, tapi aku mohon bertahan untuk saat ini, mau ya..??" Yuna menatap kekasihnya dengan tatapan tak percaya.

"Aku rasa lebih baik kita berpisah saja..aku tak yakin, Ar" ujar Yuna

"Aku tak akan mau berpisah darimu..hanya kau yang aku cintai, aku mohon Yuna..aku janji..aku janji..." Arzan bahkan memohon pada Yuna agar kekasihnya itu mau mengabulkan permintaannya, dimana dia akan menikah dengan Arzan, namun disembunyikan dari semua orang, permintaan yang susah untuk di terima akal sehat. Untuk beberapa saat Yuna terlihat berpikir, dan membuat Arzan merasakan khawatir

"Pertemukan aku dengannya, aku ingin melihatnya.." Arzan awalnya ragu, tapi dia akhirnya mengangguk kan kepala. Akhirnya sepasang kekasih itu langsung bergerak menuju ke kediaman Ganendra

Arzan diberitahu oleh salah satu maid kalau keluarganya baru saja selesai makan malam, dan saat ini sedang berada di ruang keluarga.

"Pa..Ma..." Arzan berjalan berdampingan dengan Yuna. Dan semua mata menatap mereka berdua lekat. Navya??? Wanita manis itu terlihat menatap penuh puja pada Arzan juga wanita yang bersama dengannya itu, mereka berdua terlihat sangat serasi.

"Kau melewatkan makan malam, Ar???" Ujar sang ibu dengan tatapan biasa saja.

"Iya ma, aku dan Yuna makan malam diluar. Maaf tidak mengabari tadi.." jawab Arzan sambil mengambil tempat di sofa yang kosong bersama Yuna.

"Nav..kenalkan, ini Yuna Bramantyo, dia kekasih Arzan. Dan Yuna..ini Navya Anindia, ibu dari anaknya Arzan, Arkana Ganendra..." Ny. Ganendra memperkenalkan kedua wanita itu dengan ekspresi yang satupun diantara mereka tak ada yang bisa mengartikan.

"Langsung saja, bagaimana Ar??? Tentang yang kita bicarakan " Tn. Ganendra langsung to the point tak suka berbelit.

"Papa, aku masih butuh waktu untuk berpikir..kar-"

"Kau sudah mengatakan semua pada Yuna, bukan???" Arzan mengangguk saat ibunya bertanya dan membuat ucapannya terpotong

"Bagaimana menurut mu, Yuna??" Kali ini Ny. Ganendra bertanya langsung pada Yuna.

"Tante, saya..masih bingung akan semua yang terjadi. Tapi seperti yang saya katakan pada Arzan, saya bersedia menerima kehadiran anaknya ditengah-tengah kami..aku akan berusaha untuk menerima dia dan merawatnya sepertu anakku sendiri.." ujar Yuna.

"Arkana...bukan dia atau nya" koor Ny. Ganendra dan Ayra.

"Cucuku memiliki nama dan arti dari nama itu juga sangat indah, kau yakin ingin menerimanya?? Aku malah melihat kau enggan menyebut namanya. Ada apa???" Tanya Ny. Ganendra membuat Yuna sedikit tersentak.

"Mama..jangan begitu.." Arzan membela Yuna

"Jangan begitu bagaimana, maksudmu?? Mama hanya bertanya, Ar...apa salah???" Ayra menatap sang adik heran.

"Tapi pertanyaan mama, membuat Yuna tak nyaman.." jawab Arya terlihat tak terima

"Tak nyaman dimana?? Mama hanya bertanya kenapa wanitamu tidak menyebut nama Arkana, kenapa harus pakai kata 'Dia'.., kau tidak mengatakan siapa nama anakmu pada wanita yang kau cintai ini.??" Ny. Ganendra

"Sudahlah, Yu..jangan dipermasalahkan masalah itu. Dan kau, Ar. Papa dan mama akan kasih waktu sampai seminggu mulai dari sekarang untuk kau berpikir bagaimana hubunganmu dengan Yuna, lanjut sebagai suami istri tapi Yuna sebagai madu dan tidak akan pernah di publikasikan sebagai Ny. Ganendra, atau kalian memutuskan semua hubungan tanpa ada niat untuk bermain dibelakang.." Tn. Ganendra dengan ucapan tak ingin dibantah

"Kenapa harus Yuna, yang berkorban..kenapa tidak dia saja..kita sudah menerima anaknya.." ujar Arzan sambil menunjum Navya tak suka

"Anaknya???? Anakmu, bocah. Apa perlu mama ingatkan lagi bagaimana kejam dan bajingannya dirimu menghancurkan dirinya yang tak memiliki apapun dan siapapun ini?? Lalu kau ingin melakukan penawaran..pada kami?? Kau masih waras kan?? Bisa saja mama menendangmu dari rumah ini dan menjatuhkan semua hak waris yang seharusnya milikmu pada Arkana dan Navya sebagai ibunya.." Ny. Ganendra menatap Arzan tajam.

"Nyonya..maaf kalau saya lancang. Sekali lagi saya katakan, kalau saya tidak bermaksud meminta pertanggung jawaban apapun pada keluarga ini, terlebih pada Tn. Arzan, cukup terima kehadiran Arkana saja..." Navya tidak ingin menjadi oramg ketiga diantara hubungan Arzan dan kekasihnya.

"Navya Anindia akan menjadi Ny. Ganendra, titik..." Tn. Ganendra mengulurkan tangan kearah sang istri, lalu memutuskan untuk berlalu dari ruang kekuarga.

Meninggalkan pasangan Danar-Ayra, Navya yang menggendong Arkana, juga pasangan Arzan-Yuna.

Ayra langsung melihat ponselnya yang bergetar, dan membaca pesan yang ia terima.

'Bawa Navya kekamarnya. Sekarang' begitulah isi pesan tersebut.

"Nv, ayo..kau dan Arkana harus istirahat. Kasian Arka tertidur seperti itu, pasti tidak nyaman.." Navya hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah Ayra yang membawanya ke kamar tamu.

Tinggalah Danar dengan adik iparnya.

"Bang, bagaimana ini??" Tanya Arzan

"Apanya?? Kau mau bagimana?? Kau tidak lupa kan bagaimana Mama dan papa jika sudah berbicara..siapa yang bisa membantah mereka???" Tanya Danar balik.

"Tapi aku tidak mungkin menikahi wanita itu dan Yuna dalam satu waktu dan membiarkan Yuna menjadi istri yang harus aku sembunyikan disaat aku ingin mengenalkan pada semua.." ujar Arzan terlihat frustasi

"Kalau begitu, aku tanya padamu. Apa yang bisa kau lakukan sekarang??? Dengar Ar, yang kita pegang dari seorang wanita adalah kepercayaan, dan yang dipegang wanita dari seorang pria adalah ucapan dan tanggung jawab, kalau kau memang pria..kau pasti melakukan semua hal sebagai seorang pria bertanggung jawab..semua yang terjadi karena perbuatanmu, harus kau pertanggung jawabkan walau kau harus kehilangan sesuatu demi tanggung jawab itu..." perkataan Danar menutup semua pembicaraan. Karena baik Arzab maupun Yuna, keduanya tak bisa berujar apapun untuk menentang perkataan pria tinggi itu.

******

"Jangan gila, yuna!!! Masih banyak pria diluar sana...bukan hanya Arzan" ujar Tn. Bramantyo pada putrinya.

"Tapi dad, aku hanya ingin Arzan.." jawab Yuna, tak terima dengan ucapan sang ayah.

"Dan kau akan disembunyikan selamanya, cinta boleh, tapi jangan menjadi bodoh..." ujar Ny. Bramantyo dan diangguki sang suami.

"Mom, Dad aku tetap hanya akan menikah dengan Arzan. Dan aku akan cari cara agar aku bisa menjadi yang utama dan dikenal sebagai Ny. Ganendra..." pasangan Bramantyo itu hanya bisa menghela nafas saja. Anaknya sangat keras, karena memang sejak kecil dimanja dan semua keinginan anak semata wayangnya itu selalu mereka penuhi

"Coba kau pikirkan sekali lagi, Yuna.." Ny. Bramantyo masih berusaha membujuk sang putri

"Keputusan aku mutlak, mom...jika aku tidak menikah dengan Arzan, lebih baik aku mati saja..." ayah dan ibunya jelas terkejut. Jangan sampai putrinya mengambil jalan pintas.

"Sayang.." Ny. Bramantyo menatap sang suami.

"Baiklah..baiklah, kau akan menikah dengan Arzan..tapi disaat kau merasa lelah dan ingin menyerah katakan pada Daddy..ya" Yuna memeluk sang ayah dan mengangguk dalam pelukan hangat cinta pertama nya itu.

****

Dikediaman Ganendra.

Ny. Ganendra dan Ayra memperhatikan setiap tindak tanduk Navya yang awalnya mereka curiga namun bukannya menemukan hal yang mencurigakan, kedua ibu dan anak itu malah menemukan bagaimana tingkah Navya yang sangat lembut, tutur sapa yang sopan, suka membantu para maid juga suka bersenandung jika sedang berdua dengan Arka. Manik bulan sambut Navya terlihat berbinar jika bayi mungil berusia tiga bulan itu mulai berceloteh dan tawa renyah Navya membuat Ny. Ganendra dan Ayra tersenyum tanpa sadar.

Seperti saat ini, Navya sedang bersenda gurau dengan para maid sambil memasak makan siang didapur besar mansion Ganendra.

"Navya..hati-hati dengan pisau..." ujar kepala pelayan

"Bibi, aku terbiasa dengan pisau sejak kecil. Aku memiliki tugas di dapur saat tinggal dipanti...Aku tak apa..Bi" jawab Navya. Gerak tubuh wanita mungil itu membuktikan kalau ia sedang tidak berusha terlihat bisa memasak. Namun memang terlihat terbiasa dengan semua alat masak memasak itu.

Selesai memasak, Navya akan menata hasil masak mereka diatas meja makan. Sampai ke hal terkecil ia perhatikan. Bukan perfeksionis, hanya saja ia tak ingin ada yang tertinggal bahkan walau hanya selembar tisu.

"Selesai juga, bibi dan kakak semua.... terimakasih" ujar Navya pada para pelayan yang malah terkekeh

"Sudah tugas kami, Nav. Tidak perlu mengucapkan terima kasih..." ujar satu pelayan wanita

"Tidak boleh, kakak..tidak boleh seperti itu. Kalau kakak dan yang lain tak ada, maka tak ada makan siang..jadi, terimakasih banyak.." seru Navya sekali lagi

"Adudududuhh.....manisnya..iya iya..kami juga mengucapkan terimakasih karena Navya sudah mau membantu..." Navya tersenyum sangat manis karena ucapan mereka.

"Gih... ambil Arka, biar kami yang akan memanggil Ny. Ganendra dan Ny. Ayra.." kepala pelayan menepuk pipi Navya lembut.

"iya bi, aku ke kamar dulu ya" Navya berjalan menuju kamar tamu dan melihat kalau sang putra masih tertidur..

Navya menatap wajah anaknya dengan tatapan penuh sayang. Mengecup kening si bayi mungil, lalu mulai mengganggu Arkana agar terbangun.

*****

"Baiklah..untuk acara pernikahan Arzan dengan Yuna, akan dilaksanakan secara tertutup setelah pemberkatan Arzan dan Navya. Untuk tempat tinggal Yuna, seperti keinginan Arzan. Ia akan tinggal di apartemen milik Arzan di Langham Residence,

District 8, Sudirman CBD, Jakarta Selatan,

sedang Navya akan menempati mansion ini bersama dengan aku dan istriku, dan Arzan harus memiliki pembagian waktu yang adil untuk Navya dan Yuna.." ujar Tn. Ganendra dengan tatapan datar menatap keluarga Bramantyo.

"Apa tidak bisa keduanya diperkenalkan sebagai istri Arzan Tn. Ganendra???" Ny. Bramantyo mencoba peruntungan.

"Maaf, dikeluarga kami hanya satu yang menjadi menantu sah..dan karena Navya ibu dari cucu sah kami..maka Navya yang akan mendapatkan kedudukan itu, seharusnya kalian sudah tau sejak awal.." ujar Tn. Ganendra pada ibu Yuna.

"Tapi..."

"Apa masih ingin berpikir lagi Tuan dan Nyonya???" Tanya Danar tegas. Mertuanya tidak suka kalau berbicara satu hal dan itu diulang terus menerus. Dan sebenarnya Suamu dsri Ayra itu tidak terlalu suka dengan keluarga Bramantyo karena terkesan seperti ingin mengambil keuntungan. Semoga tebakannya salah.

"Tidak..Danar, kami terima semua keputusan karena putri kami sudah memutuskan semua..." ujar Tn. Bramantyo, biasa kalau membicarakan prihal pernikahan. Keluarga kedua belah pihak pasti akan terlihat bahagia. Tapi tidak dengan dua keluarga ini, tak ada raut bahagian yang terlihat di wajah mereka.

to be continue...