webnovel

bab 1 : burung kesedihan

~Salju?, Musim dingin ini terasa hangat untuku. Dinding es di depanku terasa hangat ketika ku sentuh. Seekor merpati putih terbang kearahku, menabrak dinding es ini. seketika tubuhnya meledak dan mati. Genangan darah, memberi warna merah pada salju putih~

----------------

"CICI!!". Seorang gadis cantik terlonjak dari tidurnya. Nafasnya tidak teratur, keringat membasahi seluruh tubuhnya. Dia memijat kepalanya yang terasa pening.

"Mimpi itu lagi". Gumamnya. Gadis itu keluar dari kamar, menuju dapur mengambil air minum. Diluar masih gelap gulita. Gadis itu melihat jam yang menunjukan pukul 03:30. Menghela nafasnya pelan, Dia menaruh gelas yang dari tadi dia pegang. Terduduk di lantai, memeluk lututnya sembari menangis.

"Ci?, Katanya kalau salju turun, bakal ada putri ya?".

"Ngaco kamu, salju itu turun karena udara di langit mendingin. Putri salju itu hanya ada di dalam dongeng".

"Tapi mamah bilang, kalau kita menaruh kaus kaki di perapian, peri bakal memberi hadiah".

"Itu namanya Santa Claus, bukan peri".

"Memang peri dan santa Claus, beda ya ci?".

"Beda dong Sinka, kalau peri itu sosok perempuan cantik yang bisa terbang, kalau Santa Claus itu, sosok kakek kakek berjanggut putih".

"Yang sering ada di jalanan itu ya ci?".

"Iya".

ΩΩΩ

Gadis cantik berambut hitam dengan flat biru muda, tengah duduk di caffe sembari membaca buku. Pikirannya kosong menerawang entah kemana. Gadis itu melihat langit senja, yang mulai menggelap. Memikirkan seseorang yang sampai sekarang menghilang. Sosok orang yang paling dia sayangi. Tidak sengaja, setetes cairan bening terjatuh dari mata indahnya.

ΩΩΩ

"Aku pulang".

"Kamu sudah makan Sinka?" Tanya seorang perempuan yang datang dari dapur.

"Sudah mah, aku ingin istirahat dulu". Sinka beranjak ke kamarnya tanpa menyapa kedua orang tuanya yang duduk di ruang tamu. Kedua orang tuanya sudah tidak heran, dengan sikap putri mereka.

"Pah, sampai kapan Sinka akan terus seperti itu, mamah tidak tega pah".

"Papah sudah berusaha dan sudah menyebarkan anak buah papah, untuk mencari Sinta. Tapi sampai sekarang, masih tidak ada kabar".

----------------

~Sejak kecil, aku selalu berpikir, kalau dunia ini tidak sederhana seperti kelihatannya. Bunga es itu kian mekar, dinginnya mampu membekukan tulang. Tapi keindahannya, sebanding dengan kenyamanan yang di berikan~

----------------

Sinka masuk kedalam kamarnya, beralih kemejar belajar. Sebuah bingkai foto dua orang gadis, yang saling memeluk dan tersenyum di atas salju. Sinka mengambil foto itu. Sekali lagi, ingatannya. tenggelam dalam masa lalu. Dimana dia dan kakanya masih belia. Bermain sepuasnya, tanpa harus memikirkan masa depan.

"Cici" gumamnya. Sinka kembali meletakan foto itu, dia membanting tubuhnya ke kasur. Melihat langit gelap dari jendela kamar.

"Aku pasti akan menemukanmu, diamanapun itu".

Malam yang dingin, ribuan benda putih turun dari langit. Udara sedingin es melingkupi seluruh kota. Dalam satu malam, seluruh kota di tutupi salju putih. Musim dingin sudah tiba.

Sinka membuka matanya dipagi hari, dia meraskan udara di pagi itu terasa berbeda. Lebih dingin dari biasanya. Tapi terasa sangat nyaman. Dia menatap jendela kamar yang membeku dari luar. Beranjak melihat salju putih dari atas kamar. Sinka sedikit tersenyum miris.

Harusnya musim salju tahun ini, dia habiskan dengan seseorang yang dia sebut kakak. Tapi, kakanya menghilang setahun yang lalu, saat mereka berlibur di sebuah tempat milik keluarganya.

Sebuah segel biru muda, dengan pola salju muncul. Dari segel itu keluar seekor binatang kecil berbentuk serigala putih berekor sembilan.

"Kau merindukan kakamu?" Tanya binatang itu.

"Di manapun dia berada, aku pasti menemukannya". Serigala kecil itu terbang, dan duduk di jendela samping Sinka.

"Kau yang sekarang jauh lebih kuat, dari setahun yang lalu".

Sinka meraba wajahnya, Sebuah simbol kecil bergambar bunga es berwarna biru muda, tergambar di bawah kelopak matanya.

"Aku minta maaf, belum bisa menemukan keberadaan kakamu. Tapi aku membawa sebuah kabar penting".  Ucap serigala itu.

"Kabar apa?".

"Arc glory, sudah memenuhi takdirnya. Dia sudah mengalahkan musuh alaminya".

"Arc glory?". Serigala itu mengangguk.

"Kemungkinan pangeran sudah menemuinya".

"Aku tidak perduli, sekarang aku hanya harus bertambah kuat untuk mencari kakaku". Sinka mengepalkan tangannya. Kabut putih menguar, dan membekukan seluruh kamarnya.

"Kyu?" Serigala putih bernama kyu itu menoleh.

"Ada apa?".

"Saat pertama kali aku mengetahui tentang takdirku, kau pernah bercerita tentang tempat bernama hutan fairy".

"Iya".

"Bisa bawa aku kesana?". Kyu terdiam sebentar.

"Baiklah, aku pikir sudah saatnya".

Sinka turun dari kamarnya, dia melihat kedua orang tuanya sedang sarapan.

" Sayang, sarapan dulu yuk". Ajak ibu Sinka. Sinka tersenyum kecil. Dia mendekati meja makan, dan duduk di depan ayahnya.

"Sinka, papah minta maaf. Sampai sekarang papah belum bisa menemukan kakak kamu". Sinka yang tengah mencampur makanan pun terhenti.

"Aku mengerti Ayah, aku sendiri yang akan menemukan kakak". Tegasnya. Udara di rumah itu menjadi sangat dingin. Bukan karena salju dari luar, tapi karena aura Sinka yang menguar keluar.

Kedua orang tuanya sudah tau, kalau Sinka memiliki kekuatan yang mengerikan. Sinka pernah membekukan satu hutan ketika dia mengamuk. Saat Sinka dan kakanya diculik saat kecil, mereka di sekap di sebuah rumah tua di tengah hutan. Sinta yang saat itu ingin melindungi adiknya, harus rela babak belur oleh para penjahat itu. Amarah dan kebencian karena kakanya disakiti, membuat kekuatan Sinka bangkit. Para penculik itu membeku dan hancur. Sinka yang tidak bisa mengendalikan kekuatannya, membekukan seluruh hutan. Beruntung Sinta memeluk adiknya, Rasa hangat dan kasih sayang dari kakanya mengembalikan kesadaran Sinka. Dan saat itulah, seekor Vikram bernama kyu muncul. Tapi setahun yang lalu, tragedi mengerikan terjadi. Sinka dan keluarganya yang tengah berlibur, dikala musim salju. Harus kehilangan Sinta pada suatu malam. Orang berjubah hitam, datang dan menculik Sinta. Sinka yang marah mengejar orang itu. Tapi sosok berjubah hitam itu bukan manusia, sosok itu menghilang kedalam sebuah portal hitam.

Malam itu Sinka meraung dan menangis, dibawah derasnya badai salju. Sejak saat itu, Sinka yang periang dan ceria, berubah menjadi sedingin es. Tidak pernah ada orang yang melihatnya tersenyum lagi. Bahkan orang tuanya sekalipun. Sinka menjadi sosok pribadi yang pendiam. Tatapannya Menjadi setajam seekor macan. Sinka juga pernah membantai sekelompok preman yang mencegatnya di gang sepi.

" Pah, aku akan pergi ke suatu tempat untuk berlatih". Ujarnya.

" Berapa lama?" Tanya ayahnya.

"Entahlah, jika ada kabar tentang kakak, hubungi aku" ayahnya mengangguk. Beliau tidak bisa ikut campur dengan kehidupan putrinya. Dia juga tidak mengerti tentang dunia yang dilihat oleh putrinya. Meski sedarah, kedua orang tua dan Sinka memiliki Dunia yang berbeda.

Mereka percaya, Sinka bisa melindungi orang orang yang dia sayangi dengan kekuatannya.

ΩΩΩ

Sinka dan kyu berangkat ke hutan fairy, jalanan yang licin membuat kemacetan parah di jalanan. Sinka harus bersabar untuk bisa keluar. Mereka berdua tiba pada malam hari. Keadaan luar hutan yang gelap, tidak membuat Sinka takut. Sinka masuk kehutan dengan arahan kyu. Tiba di sebuah tempat dengan dua pohon besar yang berdampingan. Sinka mengarahkan tangannya kedepan atas perintah kyu. Sebuah portal Cahaya terbuka. Sinka dan kyu masuk, mereka berada di sebuah hutan Pinus yang di tutupi salju.

" Sangat cantik ". Gumam Sinka. Sungai kecil mengalir di dekat mereka. Sinka menanggalkan pakaiannya dan berendam di sungai itu. Untuk orang lain, akan langsung membeku jika mandi di sungai yang sangat dingin karena es. Sebaliknya, Sinka merasa sangat nyaman. Kulit putihnya terasa segar. Kyu duduk di Dahan pohon sembari melihat tuannya.