webnovel

Apakah Kamu Punya Adik Perempuan?

Mikio adalah seorang mahasiswa biasa di universitas Waseda, hari demi hari Mikio menjalankan bangku perkuliahan seperti biasa, hingga suatu malam seorang gadis kecil muncul di dalam selimut Mikio, semenjak malam itu hari-hari Mikio menjadi tidak biasa.

Jefrie_Pratama · Horror
Not enough ratings
12 Chs

Bagian 12 : Taruhan

Kini Oki dan Mika menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya.

"Eeehh," tutur Mika kaget.

Menerima pernyataan cinta di hadapan orang banyak membuat Mika malu.

Pipi Mika perlahan memerah.

Prok ….

Mika menyatukan kedua telapak tangannya.

"Mohon maaf … sekarang aku tidak bisa menjawabnya, tolong beri aku waktu," jawab Mika.

Tap, tap, tap ….

Mika berlari meninggalkan Oki.

"Apa yang terjadi?"

"Apa dia di tolak?"

"Beri aku waktu katanya,"

Terdengar oleh Oki, omongan orang di sekitarnya.

Oki berdiri terdiam, seketika sekujur tubuh Oki lemas.

Tap, tap, tap ….

Sementara itu, Mika terus berlari menjauhi Oki.

Kenapa aku tidak menjawabnya langsung? batin Mika.

Hiks ….

Air mata Mika mengalir.

Padahal aku menyukainya, batin Mika.

Kamar Oki, rumah Oki, Shinjuku, Tokyo.

Pukul tujuh malam.

Kala itu Oki sedang berbaring.

Suasana kamar begitu gelap.

Tok, tok, tok ….

Terdengar oleh Oki, suara ketukan dari sisi luar pintu kamarnya.

"Kakak, makananmu akan dingin!"

Terdengar oleh, Oki suara Akeno.

Oki berkata, "taruh saja di depan pintu."

Kenapa dengan kakak? batin Akeno.

Tap, tap, tap ….

Terdengar oleh Oki, suara kaki menjauh.

Beberapa saat berlalu.

Kreeek ….

Akeno membuka pintu kamar Oki.

Setibanya di dalam kamar, Akeno tidak dapat melihat apa-apa.

Secara perlahan Akeno menghampiri sakelar lampu di dalam kamar Oki.

Kalau tidak salah … di sini, batin Akeno.

Ceklek ….

Akeno menyalakan sakelar lampu kamar.

Kamar Oki menjadi terang seketika.

Akibat cahaya yang muncul tiba-tiba, pandangan Oki menjadi sedikit silau.

"Kakak?"

Terdengar oleh Oki suara Akeno.

Oki berpaling ke sumber suara.

Terlihat oleh Oki, Akeno yang sedang memegang sebuah nampan.

Pada nampan itu tampak satu set makan malam siap untuk dimakan.

"Kenapa kamu bisa masuk?" tanya Oki sambil mengucek mata.

Akeno menjawab, "Aku meminjam cadangan kunci kamar kakak dari ibu."

Terpandang oleh Akeno, mata kakaknya yang berkaca-kaca.

Pada permukaan kasur Oki nampak sedikit basah.

Akeno meletakkan nampan pada meja, lalu ia duduk pada tepian kasur Oki

"Apa yang terjadi kakak?" tanya Akeno.

Hiks ….

Oki menangis.

Rasa khawatir Akeno semakin menjadi-jadi.

"Kenapa kakak menangis?" tanya Akeno.

Oki menjawab, "sebenarnya … kakak di tolak wanita."

"Heee!" seru Akeno.

Akeno terkejut.

"Siapa wanita yang berani menolak kakak?" tanya Akeno.

Bagi Akeno, kakaknya Oki adalah sosok yang baik, tidak masuk akal bagi Akeno jika ada seseorang yang menolak pernyataan cinta kakaknya.

Oki menjawab, "namanya Mika."

"Apa jawabannya?" tanya Akeno penasaran.

"Beri aku waktu katanya … itu sama saja dengan penolakan kan?" tanya Oki.

Ahahaha ….

Akeno tertawa.

"Kenapa Akeno tertawa?" tanya Oki.

Akeno berkata, "kakak tidak tahu apa-apa tentang perempuan ya."

"Kenapa Akeno berpikir seperti itu?" tanya Oki penasaran.

"Jika perempuan menjawab seperti itu … artinya ia belum menolak kakak," jelas Akeno.

Oki bertanya, "lalu?"

"Mika hanya butuh waktu … mungkin ia galau," kata Akeno.

Oki bertanya, "galau tentang apa?"

"Mana aku tahu … yang jelas wanita itu banyak pertimbangan," ucap Akeno.

Suasana menjadi hening sesaat.

Akeno mengelus rambut kakaknya secara perlahan.

"Karena itu … kakak jangan sedih dulu," kata Akeno.

"Akeno!" seru Oki.

Oki memeluk Akeno.

"Kamu tumbuh menjadi wanita yang baik ya!" seru Oki.

Menerima pelukan dari kakaknya membuat Akeno senang namun juga malu.

"Akeno!" seru Oki.

Akeno berusaha melepaskan diri dari pelukan kakaknya.

Akeno berseru, "Kakak lepaskan!"

Torikizoku Izakaya, Shinjuku, Tokyo.

15 juli 2020.

Malam hari.

Pada salah satu ruangan privat Izakaya, Mika dan

ketiga teman wanitanya sedang makan malam.

Ketiga teman wanita Mika itu bernama Aoi, Fuyu, dan Mori.

Mika dan teman-teman terkenal akan kecantikannya, mereka menjadi pusat perhatian seluruh pria yang ada di kampus.

Sekarang tersaji di hadapan Mika dan teman-teman, karaage dan sake.

Pada permukaan karage, asap sedikit mengepul tanda masih hangat.

Sambil memandang makanan, mata Mika berbinar-binar.

Terlihat enak! batin Mika.

Hap ….

Mika melahap karaage.

"Enak!" seru Mika

Sembari menyantap Makanan, Mika dan ketiga temannya berbincang.

"Aoi … bagaimana dengan pacar barumu?" tanya Mori.

"Goyangannya payah … tapi aku mendapatkan uang darinya jadi tidak masalah," jawab Aoi.

"Lalu bagaimana denganmu Mika, apakah kamu sudah mendapatkan pacar?" tanya Fuyu.

Mika terdiam untuk beberapa saat.

"Belum," jawab Mika.

"Sudah ku duga masih belum," kata Aoi.

Mori berkata, "di antara kita hanya Mika yang belum punya pacar."

"Padahal kamu cantik … kenapa Mika?" tanya Fuyu.

"Sekarang mungkin bukan waktu yang tepat untukku," tutur Mika.

"Apa-apaan … membosankan," tutur Aoi.

Hahaha ….

Mika tertawa kecil.

"Mika, aku punya banyak kenalan om-om kaya … kamu ingin aku perkenalkan kepada mereka?" tanya Fuyu.

Hahaha ….

Mika tidak menjawab, ia hanya tertawa kecil.

Akibat respon Mika membosankan, ketiga wanita itu mengubah alur pembicaraan.

Aoi bertanya, "Mori, kalau tidak salah … pacarmu itu sudah beristri?"

"Begitulah," jawab Mori santai.

"Bagaimana hubungan kalian?" tanya Aoi.

"Sampai sekarang belum ketahuan," jawab Mori.

Aoi bertanya, "lalu … apa saja yang ia berikan kepadamu?"

"Sebenarnya banyak, misalnya ponsel dan peralatan dandan … yang paling mahal mungkin kamar apartemen," tutur Mori.

"Enak ya," kata Aoi.

Sementara itu Mika hanya diam, obrolan para wanita itu tidak masuk sama sekali bagi Mika.

"Fuyu … bisa perkenalkan aku kepada om-om kenalanmu?" pinta Aoi.

"Tidak masalah," tutur Fuyu.

Aoi berseru, "Asik!"

Beberapa saat berlalu, obrolan mereka tentang pria terus berlanjut, Mika berusaha untuk masuk ke dalam obrolan, namun Mika tidak menemukan celah baginya.

Sepanjang obrolan, Mika hanya menjadi pendengar.

Satu jam berlalu, kini hanya tersisa sake di hadapan mereka.

"Mika cobalah … enak lho," tutur Fuyu sembari

menyodorkan sebotol sake.

Sementara itu Aoi dan Mori menatap Mika, seolah-olah meminta hal yang sama.

Tidak ingin di jauhi, Mika memutuskan untuk meminum sake untuk pertama kali dalam hidupnya.

"Sedikit saja ya," tutur Mika.

Pada gelas kecil, Mika menungkan botol sake.

Gluk, gluk, gluk ….

"Di luar dugaan … ternate enak," tutur Mika.

"Iya kan, kata Fuyu.

Ketagihan, Mika terus menuangkan botol sake tanpa henti.

Hingga sake pada botol sake habis.

"Eh sudah habis?" tutur Mika sembari menggoyang-goyangkan botol sake.

Terpandang oleh Fuyu, sosok Mika yang sedang mabuk, pipi Mika memerah, tubuh Mika terlihat lemas.

"Mau aku pesankan?" tanya Fuyu.

Beberapa saat berlalu.

Gluk, gluk, gluk ….

Mika lanjut meminum sake.

Perlahan kesadaran Mika mulai berkurang.

Kepalaku sakit … tapi sakenya enak, batin Mika.

Gluk, gluk, gluk ….

Mika meminum sake.

Ahhh ….

Desah Mika keenakan.

"Tidak ku duga … ternyata Mika lemah sake," tutur Mori.

Di antara mereka berempat, Mika yang terlihat paling mabuk, sementara teman-temannya terlihat biasa saja.

"Teman-teman, bagaimana kita buat taruhan?" ajak Aoi.

Fuyu bertanya, "taruhan macam apa?"

"Siapapun yang bisa memacari Mikio akan mendapatkan uang," kata Aoi.

"Eh yang benar saja," ucap Fuyu.

Mori berkata, "maksudmu Mikio yang itu?"

"Aku tidak … tidak ada sesuatu yang bagus darinya," kata Fuyu.

Mori berucap, "benar juga katamu … mukanya biasa, otaknya biasa, dan ia tidak terlihat seperti orang kaya."

Tak ….

Dengan keadaan mabuk sempoyongan, Mika menghentakan botol sake pada meja.

"Taruhan yang bagus … kalian berikan aku sepuluh ribu yen jika aku berhasil mendapatkan Mikio," kata Mika.

Hahahaha ….

Fuyu dan Mori tertawa.

Aoi bertanya, "Lalu jika kamu gagal?"

"Aku akan memberikan kalian dua puluh ribu yen," kata Mika.

"Mika terlihat begitu percaya diri ya," kata Fuyu.

Mori berucap, "mungkin dengan kecantikan Mika bukan sesuatu yang sulit."

"Kalau begitu … bagaimana kalau taruhannya kita ubah?" tanya Aoi.

"Bagaimana maksudmu?" tanya balik Mika.

"Jika Mika mampu bertahan untuk pacaran dengan Mikio selama tiga bulan, kami akan membayarmu tiga puluh ribu yen," kata Aoi.

"Bagaimana jika Mika gagal?" tanya Fuyu.

"Jika Mika gagal … Mika harus membayar kepada kita sebanyak lima puluh ribu yen," kata Aoi.

"Tidak masalah," kata Mika tanpa ragu.

"Janji ya?" tanya Aoi.

"Iya," jawab Mika.

Dengan keadaan mabuk, Mika mengikuti taruhan konyol yang tidak bisa ia ingkari.