webnovel

Sama-Sama Pembunuh

Arka melirik kakek tua itu sekilas, ia sama sekali tidak punya ide untuk menanggapi mahluk tersebut.

"Kau benar-benar sombong anak muda" Pria tua itu tertawa terbahak-bahak.

Arka sedikit mendengus.

"Kenapa? Kau tidak senang aku memanggilmu begitu? Arka, walaupun usiamu sudah lebih dari 10 abad tapi usiaku, Luoxu, jauh lebih tidak terduga lagi" Mahluk bernama Luoxu itu menyeringai.

"Berhentilah pamer tentang usiamu itu Luoxu, kau bahkan tidak tau pasti berapa usiamu sebenarnya" Arka berkata

"Aku tidak perduli dengan usia, aku hanya harus memastikan kalau hidupku harus penuh dengan hiburan dan kesenangan"

"Hiburan dan kesenangan, dengan menakuti dan mencelakai orang? "Arka mengangkat sebelah sudut bibirnya.

"Itu salah satunya"

"Kau sangat bejat" Sergah Arka

"Kamu terlalu menganggap baik dirimu sendiri. Aku mungkin telah membunuh banyak orang, namun kau bahkan lebih mengerikan lagi. Kamu tidak akan menyangkal kan kalau ratusan anak buahmu membunuh puluhan orang dalam satu hari"

Mendengar itu ekspresi Arka menjadi masam. Bagaimanapun, yang dikatakan Luoxu itu benar apa adanya.

Melihat Arka terdiam, Luoxu tersenyum menyeringai.

Kedua mahluk itu berdiri disana, di sisi jalanan yang renggang. Dari arah kanan tampak sebuah bus besar sedang melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Terdengar suara nyanyian ceria anak-anak dari dalamnya, itu adalah sebuah bus sekolah. Mengamati bus itu, Luoxu menyipitkan matanya dan tersenyum sesaat.

"Ini dia" Gumamnya.

Kakek tua itu tiba-tiba berubah menjadi bayangan kabur dan meluncur ke jalanan menghadang bus sekolah yang sedang melaju. Pada saat bersamaan dia telah mengubah wujudnya menjadi bentuk yang mengerikan. Sopir berseragam pengemudi bus itu yang sedang menyetir, begitu melihat sosok mahluk mengerikan tiba-tiba berada di depan refleks membanting stir ke samping. Arka yang menyaksikan itu melihat tubuh bus yang hendak terbanting ke tanah beton setelah sebelumnya terseok-seok beberapa kali. Jeritan anak-anak kecil dari dalam bus dapat terdengar dengan jelas. Semua orang yang melihat itu merasakan ketegangan hingga ke puncak. Namun,, tiba-tiba Arka memicingkan matanya, dengan satu kali gerakan seperti kilatan cahaya dia telah sampai ke sisi badan bus. Kedua tangannya menahan dan meredam badan bus, itu membuat bus tersebut berhenti lalu mendarat dengan sempurna.

Tragedi kecelakaan yang sebenarnya diharapkan Luoxu akhirnya tidak terjadi. Mahluk itu menggertakan giginya. Arka, manusia ini.. Untuk pertama kalinya mencampuri urusannya. Benar-benar tidak pernah dia sangka.

Segera orang-orang mengerumuni bus sekolah yang hampir kecelakaan itu. Arka menyamai kecepatan cahaya cepat menghilang dari pandangan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut.

"Mengagumkan, kau bahkan bisa bergerak melebihi kecepatan kilat" Meskipun Luoxu merasa jengkel dalam hatinya, tapi dia memang terkejut dengan kecepatan yang ditunjukan Arka. Terakhir kali mereka bertemu, kemampuan Arka tidak se mengerikan itu.

Arka masih memiliki ekspresi datar dan dingin di wajahnya.

"Luoxu, kau dan aku mungkin memang sama-sama pembunuh. Tapi kenyataannya kita sangat berbeda. Aku tidak pernah mencelakai atau membunuh anak kecil" Selesai mengatakan itu, Arka menghilang begitu saja bahkan sebelum Luoxu sempat mengedipkan matanya. Luoxu tau itu, Arka sama sekali tidak menggunakan kecepatannya untuk pergi, yang baru saja dia lakukan adalah teknik Teleportasi!

Saat ini tangisan anak-anak masih terdengar, beberapa tubuh mereka ada yang lecet-lecet akibat benturan dalam bus. Para orang tua satu persatu berdatangan untuk anak-anak mereka yang sebagian mengalami trauma. Lebih dari anak-anak, sang supir bus sepertinya mengalami trauma yang lebih berat. Wajah mahluk mengerikan itu masih terbayang di otaknya. Supir itu terus berkata "mengerikan, mengerikan" Hingga petugas ambulans harus menyuntikkan cairan penenang padanya.

Luoxu masih berdiri di tempatnya, wajahnya memberengut tidak senang.

***

Di sebuah tempat yang lengang, seorang pemuda berpakaian hitam sedang berjalan santai menyusuri gang Kecil. Orang itu memiliki penampilan yang suram, dia tidak lain adalah Arka. Setelah melakukan teleportasi tadi, Arka memutuskan untuk berjalan kaki dengan santai menuju tempatnya. Setelah beberapa saat dia tiba di sebuah gerbang rumah. Gerbang ini memiliki desain yang unik dan menarik. Di balik gerbang tersebut terdapat taman dan halaman yang cukup besar dengan penataan yang indah. Air mancur setinggi 3 meter dengan kolam yang dibatasi oleh batu marmer yang mengkilat. Berbagai jenis ikan berwarna-warni berenang di dalamnya. Taman itu juga memiliki jenis-jenis tanaman hias dan bunga-bunga yang eksotis. Kesemuanya itu disusun dan ditata sedemikian rupa. Taman tersebut adalah halaman dari sebuah rumah yang berdiri kokoh di tengah-tengahnya. Rumah itu lumayan besar dengan gaya klasik dan terlihat sangat elegan. Arka membuka pintu ganda rumah tersebut.

"Arka" Seorang perempuan berdiri di atas tangga, dia tersenyum pada Arka. Saat orang melihatnya orang itu pasti akan langsung membeku karena parasnya. Perempuan itu memiliki kecantikan alami dan murni namun sangat mempesona. Jenis kecantikan seperti itu adalah kecantikan yang mampu merobohkan kota-kota.

Arka meliriknya, ia tersenyum sekilas. Perempuan itu menuruni tangga untuk menghampiri Arka.

"Bagaimana hari pertamamu sekolah? " Tanya wanita tersebut.

"Lumayan" Jawab Arka singkat.

Permpuan cantik bernama Rha itu mengedipkan matanya.

"Ceritakan padaku" Kata Rha.

Arka tidak langsung menanggapi, ia terlebih dahulu duduk di sofa lalu diikuti oleh Rha.

"Apa yang perlu diceritakan, tidak ada hal yang menarik sama sekali di sekolah" Ucap Arka seraya meneguk segelas air putih yang ada di meja.

"Aku mengerti. Ini adalah hari pertamamu, sangat wajar jika kamu belum memiliki banyak teman. Arka jika kamu membuang sikap dinginmu itu dan lebih terbuka, aku yakin kamu akan bisa hidup dan bergaul dengan manusia biasa"

Arka sedikit mengangkat alis. "Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengan hal itu. Aku lebih suka sendiri. Rha, aku sedikit ragu saat kau mengusulkan agar aku sekolah dan mulai hidup seperti manusia biasa. Kau tau aku aku tidak terbiasa dengan hal itu"

"Karena itu kamu harus membiasakan diri. Arka, kamu sudah menghabiskan ratusan tahun hidupmu untuk berlatih dengan tertutup. Sekarang, kekuatan dan elemental spirit dalam tubuhmu sudah mencapai batasnya. Kamu tidak perlu berlatih dengan serius lagi. Saat ini kau tidak punya hal lain untuk dilakukan"

"Aku harus menemukan orang itu, ini adalah tujuan utama hidupku" Arka menghembuskan nafas dingin.

"Tentang mencari orang itu, bawahanmu yang mengurusnya bukan. Kau tidak perlu tegang dan serius setiap saat. Lagipula selama lebih dari seribu tahun ini sama sekali tidak ada sedikitpun jejak tentang orang ini" Rha berkata.

Arka masih memiliki ekspresi datar di wajahnya. Yang Rha katakan itu benar. Setelah mencari selama ratusan tahun di seluruh pelosok dunia, dia masih belum menemukan orang yang dia cari. Orang itu seolah lenyap ditelan bumi. Saat ini Arka merasa sedikit tidak berdaya dalam hatinya. Pria itu menghembuskan nafas dingin.

"Arka selama pencarian orang itu kupikir kau harus menjalani hidupmu dengan baik. Tidak ada yang tau seberapa lama lagi kau bisa hidup" Selesai mengatakan itu, Rha berlalu pergi meninggalkan Arka yang masih termenung.

***

Di depan sebuah kompleks gedung sekolah, seorang gadis dengan seragam dan rambut yang sedikit diikat tampak berjalan cepat menuju gerbang sekolah itu. Saat ini, butir-butir keringat dapat terlihat di pelipis Hanna. Nafas gadis itu terdengar memburu. Ini sudah pukul 07.25, Hanna akan telat jika dia tidak berlari sejak tadi. Gadis itu segera memasuki gerbang yang sudah akan ditutup oleh penjaga lalu menuju ruang kelasnya dengan berlari kecil.

Sekolah tempat Hanna itu adalah SMA Lautan Timur, sekolah tinggi favorit di kota itu. Kompleks bangunannya menempati lahan yang relatif luas. Dengan gaya arsitektur umum sekolah namun tetap memiliki aura kemegahan yang jelas sesuai reputasinya. Sekilas, orang akan berfikir kalau orang-orang yang sekolah di sana adalah anak keluarga dengan perekonomian tingkat tinggi atau setidaknya memiliki latar belakang yang bagus. Namun kenyataannya, murid-murid yang sekolah di sana berasal dari seluruh lapisan dan kalangan, dari masyarakat inferior, menengah, hingga superior. Itu karena, sekolah itu membebaskan seluruh biaya pendidikan namun menyediakan pendidikan dan fasilitas bagus yang bahkan sekolah-sekolah level tinggi lainnya yang berbiaya tinggi belum tentu mampu menyediakannya. Orang orang menduga sekolah tersebut mendapat suntikan dana dari pihak lain selain dari pemerintah kota.

Saat ini Hanna sudah ada di ruang kelas XI yang berada di lantai dua gedung kelas. Kedatangannya beriringan dengan guru pelajaran pertama kelasnya. Jika Hanna telat beberapa detik saja, maka dia akan benar-benar terlambat. Gadis itu sekarang duduk dengan perasaan yang lebih rileks.

"Hampir saja" Gumamnya.

"Dari mana saja kamu? " Seorang gadis dengan rambut cokelat yang duduk di samping kanan Hanna bertanya.

"Aku bangun agak kesiangan tadi" Ucap Hanna seraya tersenyum sipu.

"Kamu pasti menonton film sampai larut malam lagi kan? "Mau bagaimana lagi, tadi malam itu adalah film baru dirilis, pemerannya adalah aktor kesukaanku, apalagi ceritanya mengenai organisasi eagle eyes yang menghadapi agen dari... "

Semuanya, mohon tenang"tegur guru yang telah berada di depan kelas. Hanna yang sedang bercerita dengan antusias segera diam seperti halnya murid lain. Dia sangat bersemangat tentang film yang dia lihat tadi malam hingga lupa lalu guru mereka sudah datang.

Sekarang guru laki-laki yang telah beruban itu sedang melakukan pengabsenan. Sementara Hanna diam dengan tenang, dia menengok Le arah kiri dan mendapati sebuah bangku yang kosong. Hanna sedikit mengerutkan kening, apa orang itu membolos di hari keduanya masuk sekolah? Bangku kosong itu adalah tempat duduk Arka, pria dingin yang pendiam. Siapa sangka orang itu ternyata pemalas, pikir Hanna. Atau mungkin dia akan datang terlambat? Itu akan buruk bila Arka memang datang terlambat. Guru yang ada di depan itu adalah Tn. Elga, guru yang terkenal dengan kedisiplinannya, dia sangat tegas dalam segala hal. Ketika ada siswa yang melanggar peraturan maka guru paruh baya itu memiliki cara-cara tersendiri untuk menghukumnya. Jika Arka datang terlambat, mungkin setidaknya dia harus berdiri di depan kelas selama jam pelajaran ini berlangsung.

Memikirkan itu, Hannaenggelengkan kepalanya pelan.

"Arka" Absen Tn. Elga

"Hadir" Seorang pria dengan suara acuh tak acuh mengangkat tangannya. Dia duduk di bangku kosong sebelah kiri Hanna tadi. Dia adalah Arka!

Hanna yang dikejutkan dengan itu refleks menengok ke arahnya. Gadis itu benar-benar memnelalakan matanya. Bukankah Arka tidak ada di sana tadi? Beberapa detik yang lalu bangku itu kosong, lalu bagaimana orang itu bisa ada di sana sekarang. Apa mungkin dia memang sudah ada di kelas sejak tadi? Ya, pasti begitu, Arka pasti memang sudah ada di kelas, hanya saja mungkin tadi dia sedang di bangku lain sehingga Hanna tidak melihatnya. Pasti begitu.Hanna mengeringkan matanya, akhir-akhir ini dia selalu berfikiran aneh dan sensitif pada hal-hal sepele. Itu membuatnya sedikit pening. Tapi... Hanna tidak tau kalau Arka beberapa waktu lalu memang tidak ada di kelas. Saat ini Arka merasa lega di hatinya, pagi ini dia melakukan meditasi jiwa untuk melatih soulnya. Tadinya Arka berencana untuk melakukannya tidak lebih dari setengah jam, tapi siapa sangka dia begitu terlarut dalam soul meditation tersebut hingga berjam-jam. Karena itulah dia terlambat sekolah dan terpaksa melakukan teleportasi. Beruntung tidak ada orang yang sadar di kelasnya saat dia muncul begitu saja dari udara, mungkin terkecualia seorang gadis berwajah polos yang duduk di sisinya. Arka melihat Hanna sedikit tercengang saat melihat dirinya. Namun sepertinya gadis itu tidak terlalu perduli dengan hal itu. Lagipula kalaupun dia sampai heran dan curiga itu tidak akan mempengaruhi apapun apalagi sampai mencurigai identitasnya.