webnovel

Antariksa [ Dari Angkasa ]

Yang dingin belum tentu galak. Rinai merasakannya dengan Antariksa Zander Alzelvin, ketua band The Rocket sekaligus ketos itu mengisi hari-harinya di masa-masa SMA Seperti apa keseruannya? Mari kita halu bagaimana memasuki kehidupan para tokoh seakan-akan berperan di dalamnya

hiksnj · Fantasy
Not enough ratings
51 Chs

7. Peristiwa teraneh

"Baiklah, kalian masuk ke kelas," yang namanya tak mau membantah guru besar ( gemuk ), bu Pipit mengawasi langkah Antariksa dan kedua temannya hingga ke kelas.

"Enak ya Rin, dianterin cogan?" tanya Adel setelah Rinai duduk.

"Yang duluan minta kan kak Antariksa, kalau gue minta di anterin keliatan dong murhannya."

"Iya juga ya, tapi enak aja. Nih misalnya ya, kalau ada apa-apa kak Antariksa pasang badan,"

"Lo mau del?"

"Sama dia?" Adel ogah-ogahan jika berpacaran dengan ketos plus ketua band, nanti jadi incaran bully seperti di novel.

"Baik loh, romantis, ganteng, tinggi,"

"Gue gak suka lokal," Adel fans berat Manurios dan Alvaro Mel.

"Hati-hati Rin, kak Antariksa terkenal loh. Siapa tau aja yang sirik sama kedekatan lo,"

Takut? Tidak, Rinai bukanlah cewek lemah. Lalu bagaimana dengan cara jalannya yang seperti laki-laki? Baju di lemarinya rata-rata celana. Depan culun, belakang laki.

"Jujur ya, gue pingin tau siapa cewek yang ngerjain gue ke gudang di kunci ada kecoaknya. Klasik banget caranya, dipikir gue cewek yang jijik binatang?" emosi Rinai naik, yang di bicarakan apa lalu tertuju pada kejadian kemarin.

Adel mengelus dadanya. Suaranya Rinai jika naik satu oktaf bisa membuat jantung copot. "Rin, emang siapa sih? Emosi banget, sabar Rin. Yang sabar di sayang kak Antariksa dan kak Brian,"

"Gak mau, seneng jadi rebutan cowok hits?" Rinai malas sendiri, jika endingnya di bully?

"Jangan gitu Rin, ganteng gitu di sia-siain?"

Rinai mengeluarkan kamus bahasa Korea-nya, supaya bisa mengunjungi para biasnya nanti.

"Nasib punya temen drakor," gumam Adel, waktu SMP sudah cukup kelasnya dibuang heboh dengan lagu EXO yang di setel waktu jamkos.

☁☁☁

Nomor tidak dikenal

Hai, boleh kakak ajak ke tempat bagus? Salam manis dari Antariksa Zander Alzelvin ❤

Rinai membanting ponselnya, masih di kasur. Apa-apaan pesan ini? Benarkah Antariksa se-lebay ini?

Pesan hanya dibaca lalu muncul lagi, yang baru ini membuat Rinai emosi.

Nomor tidak dikenal

Di read doang sih yang? Gak lama kok, nanti jam sepuluh aku anterin kamu sampai rumah. Sekarang ganti baju ya, udah aku beliin yang bagus. Coba check di depan rumah kamu honey ❤

Sampai ibunya tau ada orang gila yang menerornya Rinai segera mengambil barang laknat itu, bisa saja seperti potongan hewan busuk atau bangkainya.

Rinai meraih kasar kotak kardus sederhana itu, di bukanya dan baju kurang bahan berwarna hitam. "Ini pantesnya buat gombal dapur, buat pel aja kali ya?" bagus Rinai, daripada tak terpakai gunakan yang bermanfaat.

Cica keliar dari persembunyiannya, ia menarik tangan Rinai. Cewek itu meronta, ingin berteriak tapi dengan sigap Tasya membiusnya, efeknya tidir sementara. Nanti di tambah lagi dengan cairan yang akan membuat Rinai tunduk.

"Berani-beraninya ngeledek baju gue, ini tuh bagus kan sya? Malah mahal nih beli di kota Fashion," ucap Cica bersungut-sungut.

"Udah, kok ribut baju sih. Nih berat tau, bantuin juga." Tasya meraih tangan Rinai ke bahunya.

Cica juga malas bersentuhan dengan cewek centil ini.

☁☁☁

Sampai di klub milik Cica Tasya membiuskan lagi cairan dari Cica, sekali di suntikkan Rinai akan tunduk sesuai perintah.

"Selesai,"

Rinai sudah memakai baju impor milik Cica. "Nah sekarang siapkan kameranya,"

Tasya menurut, nanti Rinai akan di temani para pemuda yang hadir di klub.

Rinai membuka matanya, pusing sekali kepalanya. "Dimana?"

Cica menoleh, tuan putri sudah bangun. "Ambilin aku soda ya, tuh disana. Haus nih," Cica menunjuk bartender, tapi harus melewati laki-laki mabuk.

"Iya, bentar." Rinai memcoba berdiri, jalannya agak limbung. Hampir jatuh, tapi tubuhnya di tangkap cowok tampan berambut coklat. Sejenak Rinai terpaku, mengagumi paras indahnya.

Salah, cowok itu tersenyum senang mendapatkan mangsa cantik malam ini. Ia membawanya ke ruangan yang tersedia bebas. Temoat aman di tingkat kedua, tak akan ada yang mengganggu.

Rinai mencoba memukul kepalanya, kenapa pusingnya begitu hebat ya? Rinai menjauh, sebentar menghentikan langkahnya. Ke dinding, ia benturkan pelan.

"Bodoh, sakit banget mah ini."

Cowok tersebut marah, merasa di hindari. Apakah seleranya kurang? Ia menarik tangannya. "Sini, ngapain sih? Gila lo?" ia menjauhkan cewek itu dari dinding.

Perlahan rasa pusing Rinai hilang. Pandangannya bengis melihat cowok yang akan menariknya ke sebuah ruangan. Rinai menendang perutnya.

'Oh Tuhan, kenapa bisa disini?' rengek Rinai, sebelum jeluar dari klub ia harus memakai topeng, di carinya dan ketemu ghost rider. Seram sih, tapi ini demi keselamatannya, bisa saja ada siswa SMA PERMATA yang hinggap disini. Dengan nafas tersengal Rinai melewati kerumunan para pemabuk itu dengan sekuat tenaga ia dorong.

Sampai di pintu keluar akhirnya Rinai selamat dari maksiat.

Tak ada pilihan lain selain pulang jalan kaki, semoga ibunya tidak tau kejadian teraneh yang di alaminya.

☁☁☁