webnovel

orang yang hebat

"Ayah tidak masalah, bagaimanapun Sinta akan selalu menganggap Ayah Bunda orang tua kandung Sinta " kata Sinta Setelah mendengar Dan melihat sang Bunda tidak bergeming dengan permintaan sang Ayah.

"kakek, nenek....sebenarnya jika kalian bertemu dengan kak Rama, kalian pasti akan langsung menyukainya, dia adalah lelaki yang tampan, mapan....pokoknya....seperti lee min ho " ucap Sinta sambil tersenyum . "apa Lee min ho itu lebih tampan dari kakek?" Tanya sang kakek.

kakek tahu cucunya itu ingin mengakhiri bahasan tentang dirinya yang bukan anak kandung menantunya itu. karenanya sang kakek mengikuti keinginan sang cucu.

"tentu saja lah tidak....kakek kan Paling tampan" kata sang nenek menjawab. Jawaban sang nenek membuat orang - orang sedikit mengembangkan senyum mereka, kakek dan nenek memang selalu romantis. "tapi....tetap saja, sehebat, setampan apapun orang yang bernama Rama itu....tidak akan ada gunanya,,kalau dia tidak ada didalam hatimu, jangan pernah mengatakan kalau nanti lama - lama kamu akan terbiasa dan akan mencintainya, dari kalian kecil,,untuk Sekar juga untukmu,,paman selalu ingin kalian menikah dengan orang yang memang kalian inginkan, bukan kamu menikahinya karena demi melihat kami bahagia" ucap Sang paman sambil mengelus rambut Sinta lembut. "iya benar....jika kamu mementingkan kebahagiaan kami,,,tapi kamu harus tahu...kami akan lebih bahagia jikalau kamu bahagia,sayang kamu harus mengerti menikah bukan harus dengan orang yang hebat luar biasa dimata semua orang,, biar dirinya tidak hebat dimata orang lain, namun dia sangat berarti bagimu dan menjadi sumber bahagiamu, kami lebih rela kamu menikah dengan dirinya yang biasa itu" tambah sang Bibi yang tetap memeluk Sinta.

Sinta semakin memeluk erat sang Bibi, ternyata dirinya memang lebih diterima di keluarga paman juga bibinya dari pada Ayah Bundanya. Awalnya Sinta mengira permintaan ayahnya agar dirinya pulang, karena mereka benar - benar merindukan dirinya, namun sejak dirinya datang juga sampai detik ini, penolakan sang Bunda atas dirinya nyata adanya. Sehingga dirinya semakin yakin kalau dirinya adalah anak ayahnya dengan wanita lain.

Mata Sinta berkaca - kaca,,.dirinya sangat ingin melihat seperti apa ibu kandungnya, apakah akan menyayanginya seperti bibinya, atau akan menolaknya seperti Bundanya. 'tentu saja akan menolak seperti Bunda, kalau tidak kenapa juga aku diberikan kepada Bunda,,ya Tuhan....kenapa Bunda juga ibu kandungku menolakku' pikir Sinta.

"Bibi....Tenang saja,,Sinta pasti bahagia dan akan bahagia selalu,,karena Rama dan keluarganya juga seperti paman, Bibi , kakek juga nenek, mereka sayang sama Sinta, terutama....Romeo adik Rama" cerita Sinta ceria.

"benarkah, tapi kakek tidak melihat itu" kata sang kakek membuat suasana kembali hening. "senyum Bundamu, itu yang kamu katakan tadi, dan apapun alasan yang akan kamu katakan setelahnya kami tidak akan percaya lagi, kamu tumbuh besar dalam didikan kakek, karenanya kakek tahu segala sesuatu tentang dirimu, jika memang impianmu adalah untuk senyum bundamu, ya sudah....kakek akan mereatui dan mendoakan dirimu, tapi ingatlah....kamu cucu kakek , yang selalu bersama kakek Selama ini, jika kamu Ada kesulitan....pulanglah, kakek , nenek, paman juga bibimu akan selalu menerimamu, apapun dan siapapun dirimu, walaupun kamu anak Kusuma dengan simpanannya sekalipun, kami tetap menyayanginya" ucap sang kakek membuat Sinta langsung beralih kepelukan sang kakek.

Lagi - lagi...Sinta melewatkan ekspresi yang dikeluarkan orang - orang diruangan tersebut. Perkataan sang kakek membuat semuanya terkejut. sang kakek seolah mbenarkan bahwa memang Sinta bukan anak dari Bundanya.

"Ayah....apa maksud perkataanmu itu" Kali ini sang Bunda yang sedari tadi membisu mengeluarkan suaranya, dengan suara yang bergetar dan juga air mata yang sudah mengalir bak air terjun.

"kenapa Ayah berkata seperti itu?" sang Bunda mengulang pertanyaannya. "perkataan seperti apa?" Tanya sang kakek enteng. "kenapa Ayah, mengatakan kalau Sinta anak dari simpanan suamiku, kenapa Ayah mengatakan hal itu" kata Bunda lagi.

Melihat sang Bunda, rasa bersalah semakin menusuk hati Sinta. "Bunda...."lirih Sinta. Ingin Sinta memeluk sang Bunda, namun dirinya takut sang Bunda akan menolaknya lagi.Penolakan - penolakan yang selama ini dilakukan Bundanya membuat dirinya tidak berani lagi untuk mendekati sang Bunda. Terlebih kenyataan bahwa dirinya anak yang tidak diharapkan, dirinya semakin tidak berani memperlihatkan dirinya didepan sang Bunda.

"Ayah tahu sendiri, bagaimana Lia mempertaruhkan nyawa saat mengandung dirinya, saat dokter mengatakan tidak memungkinkan untuk Lia mengandung saat itu, tapi Lia tetap bertahan, saat melahirkan dirinya Ayah juga tahu bagaimana perjuangan Lia...kenapa Ayah bilang, dia anak simpanan suami Lia, anak Ayah sendiri" kata Bunda kembali histeris.

"anak yang kau pertahankan yang kau lahirkan dulu telah mati ketika usianya 4 tahun, gadis kecil itu telah mati dan kalianlah yang membunuh dirinya" kata sang kakek dingin. "Ayah !" Kali ini Ayah Sintalah yang berteriak pada sang kakek.

"saat kalian memutuskan mengambil 1 ginjalnya, kalian membunuhnya pertama Kali, saat kalian membawanya kerumah dan meninggalkannya kalian membunuhnya ke 2 Kali, jadi jangan katakan apa pun lagi,, jikalau kau Lia mengatakan semua itu untuk memberi tahu semua orang kalau kau ibu terbaik didunia....itu salah, nyatanya kau sendiri yang membunuh anakmu sendiri" ucap sang kakek semakin dingin.