webnovel

Jangan lakukan

Setelah pulang dari lari pagi bareng sang Ayah Sinta segera mandi. Sejujurnya walaupun dia mengiyakan permintaan sang Ayah, Susi hatinya yang lain terasa lelah dan tidak terima.

Sinta menulis kegundahan hatinya dalam sebuah kertas, kebiasaannya memang seperti itu. Menulis lalu membakarnya agar kegundahan hatinya ikut terbakar bersama dengan kertas tersebut.

Ketukan dipintu membuat Sinta beranjak dan mengikuti sang pengetuk pintu untuk sarapan bersama.

"Sinta, bagaimana kalau Hari ini Kita belanja" ajak sang Bunda. Hati Sinta menghangat mendengar ajakan sang Bunda, namun otaknya segera berteriak untuknya menerima ajakan tersebut, karena dia takut, akan membuat malu sang Bunda. "maaf Bunda, Sinta akan pergi bersama bang Arya untuk berarum jeram" ucap Sinta sambil tersenyum. "Arya, kalian arum jeramnya lain Kali saja ya, biar hati ini Sinta belanja sama Mama" ucap sang mama melihat ke Arya.

Sejujurnya Arya bingung, dia tidak merasa mengajak Sinta berarum jeram, namun melihat Sinta yang menolak ajakan sang mama, Arya tahu kalau sang adik memang tidak ingin pergi bersama sang mama. "aduh....ma....masalahnya Arya udah janji sama yang lain, ndak bisa lah ma" ucap Arya berdalih. " kamu pergi sama Lili saja ya" tawar sang mama lagi. " mama sayang, mama lihat lah....Lili suruh berarum jeram, yang Ada malah teriak - teriak aja takut kena air, udah lah....mama belanjanya lain waktu aja, Arya antar" kata Arya sambil meneruskan makannya.

Sebenarnya sang mama masih ingin bicara, namun melihat Arya dirinya hanya menghela nafas putus asa saja. Maksud hatinya dia ingin bisa dekat dengan sang putri bungsu, namun rasanya kenapa sulit sekali sih.

Melihat raut kecewa sang Bunda Sinta menjadi tidak enak hati. " maafin Sinta dan Bang Arya ya Bunda" ucap Sinta. Perkataan Sinta membuat semuanya menoleh kearahnya. Sang Mama bahkan menjadi sedih berkali - Kali lipat. 'Putriku, sebegitu khawatirnya engkau dengan perasaan mama yang Tak pernah ada untukmu' batin sang mama sedih.

"Sin, kenapa kamu panggilnya Ayah dan Bunda, kami semua kan panggil mama,papa?" Tanya Lili. Yang lain tentu saja penasaran juga, namun Sinta hanya tersenyum engan menjawab pertanyaan Lili. 'karena Sinta bukan anak kandung Ayah dan Bunda' batin Sinta sedih.

Sejak dirinya bertemu dengan Mawar Dan juga Arya 3 tahun lalu, Dan sejak dirinya tahu kalau dirinya seorang saja yang ikut nenek kakeknya, hanya 1 pemikiran yang bisa Sinta pikirkan, yaitu, dirinya anak angkat dari orang tuanya sekarang.

Tanpa bertanya, tanpa mencari kebenaran itulah kesimpulan yang Sinta dapatkan.

"Kak Mawar juga penasaran sebenarnya" ucap Mawar sambil memakan sarapannya. Sinta tersenyum, namun senyumnya tidak mencapai matanya. Arya adalah Abang yang Paling dekat dengan Sinta, karenanya dirinya tahu kalau sang adik memang tidak nyaman dengan pertanyaan itu. " kenapa penasaran, tentu saja Sinta pangilnya Ayah Bunda, kan nenek sama kakek pangilnya gitu,tentu saja mereka mengajarinya seperti itu.kadang Arya juga mikir, jangan - jangan warisan nenek dan kakek papa tidak dapat, yang akan dapat malah Sinta" ucap Arya yang membuat semua terdiam. ' warisan' batin mereka.

"hehhehe, tentu bukan lah bang,, sahabat Sinta panggil orang tuanya Ayah Bunda, jadi Sinta ikutan aja, rasanya keren aja gitu, mangil Ayah Bunda,,kayak dikerjakan - kerajaan" jawab Sinta.

"udah lah dek,,cepat lah siap - siap, abang tidak mau nunggunkamu lama" kata Arya yang melihat sarapan Sinta sudah habis.

Mendengar teguran sang abang, Sinta segera bersiap untuk pergi.

Setelah menyelesaikan sarapannya Arya segera bergegas kekamar Sinta, dapat dilihat Sinta masih bersiap. Arya duduk diranjang Dan menemukan sebuah kertas dengan tulisane tangan diatasnya. Arya mengambilnya Dan membacanya.

Segera disimpannya tulisane itu tanpa sepengetahuan Sinta. "Ya Tuhan" ucap Arya Tak percaya. Sinta yang kaget segera mendekat. "Ada apa bang?" Tanya Sinta ."abang sakit perut, kamu tunggu abang dimobil ya" ucap Arya sambil mendorong Sinta keluar dari kamarnya.

Namun Arya bukan ke toilet namun mencari sang papa yang sedang membaca Koran ditemani sang mama..

" pa, Arya mohon jangan lakukan ini pa, kasihan Sinta pa" ucap Arya langsung. perkataan Arya membuat papa Dan mamanya tidak mengerti. " apa maksudmu, memangnya Sinta kenapa?" Tanya sang mama panik. "memang mama tidak tahu, papa menjodohkan Sinta sama anak om pras, pa ma, bagaimanapun yang membesarkan Sinta adalah kakek juga nenek, jadi jangan seperti ini pa" ucap Arya menghiba.

" apa papa melakukan itu pa? kenapa pa?" Tanya sang mama Tak percaya. "papa tidak Ada Cara lain, perusahaan butuh suntikan Dana, Dan Pras bersedia Bantu dengan syarat 1 putriku menikah dengan putranya, Dan papa tidak punya pilihan lain, awalnya papa berencana menjodohkan Lili, tapi mama menolaknya, jadi mau tidak mau, Sinta harus menerimanya" ucap sang papa.

Perkataan sang papa tentu saja membuat air Mata snag mama menetes, ya dia lah yang membuat suaminya melakukan semuanya, menjauhkan Sinta, bahkan menikahkannya dengan orang yang tidak dikenalnya.