webnovel

Sepertinya aku sakit

Akhirnya setelah lebih dua jam Lia meringkas barang dan merebahkan punggung. Dia nampaknya memang enggan meninggalkan penginapan ini. 

Suara tapak kaki menuruni tangga kayu membuat penjaga penginapan menyorot dengan penantian. Ketika yang tampak adalah wajah Lia pria paruh baya itu menggelengkan kepala. Dia menyambar kedatangan Lia dengan kalimat ketus.

"Kau senang tinggal di sini? Travel mu sampai tertidur menunggu kau berkemas. Apa kau mau nambah hari?" Sindirnya. Mana mungkin. Dia dan Jack sudah punya perjanjian, jangan sampai Lia tahu kalau Jack masih di sini. Cuma..

Pemilik penginapan melirik jam tangan dengan leather loop di lengannya. Pukul sebelas siang. Dia menggelengkan kepala. Beruntung Jack belum turun.

"Terima kasih sevis nya. Sampai bertemu kembali!" Lia meninggalkan senyuman.

"Ini barang barang mu, sudah siap sejak tadi. Perlu aku bangunkan sopir mu?" Tunjuk pemilik penginapan ke arah kursi tunggu. Seorang pria tidur mengorok dengan wajah menengadah dan mulut terbuka. Lia tertawa melihat orang yang akan menjadi sopirnya. Apa dia lelah menunggu atau memang nyaman tidur dengan posisi duduk seperti itu.

"Baiklah. Silahkan kau bangunkan. Aku akan mengangkut barang ku."

"Baiklah kalau begitu!"

"Oke!" Lia mulai mengambil tas barangnya.

"Pak, apa mobil Jeep berwarna merah itu?"

"Yaaa.." balas pemilik penginapan bersiap membangunkan sopir perjalanan Lia.

Baru saja dia mau menepuk bahu, suara ketukan di tangga mengejutkan. Pria paruh baya itu menoleh. Matanya membulat melihat sepatu dengan kulit buaya menapaki tangga. Dia berlari menghampiri sosok yang belum tampak sempurna. Baru tungkainya saja yang terlihat jelas.

"Kenapa kau turun begitu cepat, gadis itu bahkan belum pergi!" Gusar pemilik penginapan naik anak tangga menyusul posisi Jack.

"Apa katamu?" Jack mundur. Naik lagi anak tangga.

"Ya, dia sangat lamban. Dia masih di bawah!"

"Ko bisa!"

"Ya, bisa saja! Kalian ini pasangan apa sih! Membuatku pusing!" Gerutu pemilik penginapan. "Segera naik dan bersembunyi. Atau kalau ketahuan aku tidak akan ikut campur!" Pinta pemilik penginapan. 

Batu saja Jack hendak naik anak tangga dan kabur, Lia sudah lebih cepat. Dia berlari menaiki anak tangga dan mendapati wajah melongo dua pria di tangga.

"Jack!!" Jelas wajah gugup dan kikuk di mata Lia. Gadis itu mengerutkan dahi.

"Ah, dia!! Sudah ku bilang teman wanitaku baru saja keluar ke parkiran. Tapi dia tidak percaya!" Kilah pemilik penginapan. Dia mengibaskan kedua tangan dengan wajah enteng. Sungguh aktor yang profesional. Pria paruh baya itu turun dan tersenyum.

"Urus saja sendiri!" Katanya bergumam dan kembali ke meja penyambut tamu. Duduk santai.

Jack menggaruk telinganya yang tidak gatal. Lia membulatkan mata.

"Katanya kau sudah pergi karena ada alasan. Kenapa kau masih di sini!"

"Ah, itu.." Jack mencoba menyusun kalimat. Dia berpikir keras berharap ada kata kata yang masuk akal.

"Apa kau baik baik saja? Kau kelihatan lelah" Lia mengulurkan tangan hendak menyentuh wajah Jack. Tapi pria itu menghindar.

"Ah, aku hanya kurang tidur. Urusanku sudah selesai. Aku terburu buru agar bisa menjemputmu!" Balas Jack asal.

"Tapi aku tak melihat ada mobilmu?" 

Aduh, tentu saja. Dia menyimpan mobil di gudang. Jack tertawa gugup.

"Ke bengkel! Ya, bannya bocor. Aku berlari ke sini!"

"Oh ya?" Lia menautkan alis. Tak ada tanda tanda keringat selain baju Jack yang kusut.

"Apa kau sudah mandi? Apa kau sudah sarapan?" Jack menggeleng ragu.

"Baiklah kau tunggu sebentar. Lia kembali turun." Dia menuju cafetaria di samping penginapan. Memesan beberapa menu makanan. Sementara Jack.

Dia menuruni anak tangga dan menyanggah tangan.di meja resepsionis. Pria itu berkali kali menepuk dahi.

"Ah, sialan. Aku tertangkap basah."

"Hah! Hahahaa.." cuma ledekan saja yang bisa pemilik penginapan lontarkan.

"Bagaimana wanita malam tadi? Panas?" Jack memicingkan mata dan membuang pandangan.

"Lupakan saja!"

"Kenapa! Dia yang terbaik disini!"

"Aku tidak berencana memakainya. Kau bisa pakai dia. Aku sudah membayar."

"Kau serius?"

"Ya!" Jawab Jack enteng.

"Dia itu sangat mahal tahu!"

"Aku tak tertarik!" Balas Jack. Dia lebih tertarik pria yang dia bayar tapi tertidur pulas di kursi.

DUK!!

Jack menendang kursi mengejutkan pria yang tertidur pulas dengan suara mengorok keras.

"Heh! Sudah berapa lama kau tidur. Cepat pergi sana!"

Pria itu membuka mata cepat dan segera berdiri. Mendapati wajah Jack dia menunduk sopan. 

"Tapi saya belum.menjemput gadis yang bapak minta!"

"Ssst!!" Pinta Jack berdiam diri. Dia merapatkan jari ke bibir.

"Sudah, kau pergi saja. Gadis itu biar aku yang antar! Jangan katakan apapun pada Edward!"

"Ba, baiklah.." balas si sopir travel menurut saja. Dia meninggalkan penginapan dengan muka bantal.

Jack merebahkan tubuh di kursi. Tangannya menyentuh sesuatu yang cair di pegangan kursi. Pria itu meraut jijik dan mencium jarinya. Dia seketika mual. Lia segera mendorong pintu dengan kantong belanjaan berisi makanan. Melihat wajah mual Jack seketika Lia menjadi cemas.

"Apa kau sakit? Apa kau ingin muntah?" Tanya Lia cemas. Dia menuntun tubuh Jack.

"Pak, saya butuh kamar. Dia sepertinya tidak sehat!"

"Aaahh.." pemilik penginapan cuma bisa melongo sambil mengulurkan kunci kamar Jack.

"Baiklah terima kasih. Aku rasa Jack butuh istirahat.." Lia menuntun Jack naik ke tangga sementara Jack berusaha menjauhkan tangannya dari iler beracun sopir travel tadi. Pemilik penginapan menatap wajah jijik Jack. Seketika dia pun ingin muntah.

Lia menuntun Jack merebahkan diri di kasur. Tapi pria itu segera bangkit. Dia ingin segera cuci tangan. Lia bertolak pinggang dan meraut wajah kesal.

"Kau mau kemana!" Jack tertegun mendengar nada ketus Lia. Dia seperti seorang ibu yang mengomeli anaknya.

"Kamar mandi."

"Kau jangan mandi dulu. Istirahatlah dan makan." Lia membongkar belanjaannya. Dan duduk di kursi dia sudah siap.siaga menyuapi Jack. Pria itu linglung, dia tak mungkin makan dengan bau bangkai di telapaknya.

Membayangkan Iler bau di tangan membuat Jack kembali mual. 

"Mmmgh.. aku harus ke kamar mandi!" Seru Jack sambil berlari. Benar saja pria itu muntah. Dan mencuci wajah juga tangannya. Sepertinya dia harus mandi. Lia menyusul.

"Jack, apa kau baik baik saja?" Lia menarik handuk dia meraih wajah Jack dan membantu mengeringkan. Kau perhatian sekali.

Ketika handuk mengawasi pandangan Jack menatap wajah Lia yang penuh perhatian. Dan pergerakan tangannya yang lembut membersihkan wajah Jack. Pria itu tertegun. Ada wanita yang begitu peduli dengannya. Dia tak pernah merasa sehangat ini entah sudah berapa lama.

"Liaa.." lirih Jack. Tangannya meraih pinggang Lia. Menarik dalam dekapannya. 

"A, ada apa?" Tanya Lia bingung. Jack menaruh kepalanya di pundak Lia. Dadanya berdebar hebat, dia tersenyum sendiri.

"Liaa.. sepertinya aku sakit.." 

Next chapter