webnovel

Another World I Be Here

Sihir? Itu suatu hal yang sangat hebat dan melebihi dari imajinasi setiap manusia. Akan tetapi, itu akan menjadi petaka bagi seorang manusia yang mengalami kecacatan berupa tidak memiliki energi sihir sedikit pun. Seorang pemuda yang memiliki kepribadian unik, mencoba bertahan hidup di dunia yang penuh sihir ini. Apakah dia akan menemukan apa yang ia cari selama ini, kehidupannya yang bermakna? seorang laki-laki yang berjuang dalam kehidupan pedihnya, membuatnya selalu melindungi orang-orang yang ia sayangi. Dirinya yang selalu percaya kepada rekannya akan membuat dunia yang luas ini terguncang hebat. Seorang anak laki-laki SMA kelas dua, memperjuangkan apa yang ingin ia lindungi. Cerita ini berisikan hal-hal manis dan bisa saja gula darah anda naik :v Pantau terus Cerita saya :v Btw ... Mau diterbitkan :v

SkyFanfare · Fantasy
Not enough ratings
55 Chs

Terkedjoet

   "Soutarou ... bisakah kau lebih pelan lagi ... "

   "Itu tidak mungkin Kasuvi, kau terlalu menarik perhatian ... "

   "Ahn!?"

   "He-hentikan dengan desahanmu itu ... "

   "Tetapi ... Soutarou terlalu kasar ... "

   "Bodoh, apa yang kau maksud?"

*Brakk

   "Permisi! Numpang Maling!"

Seorang perempuan berambut hitam panjang memakai gaun berwarna ungu kehitaman dengan gaya rambut diikat belakangnya, dia adalah Lyria Rena Pemimpin dari Guild Aurora.

Lyria melihat sebuah pemandangan di mana laki-laki Jomblo sedang memakaikan gaun berwarna merah dan kedua mata pria Jomblo itu dipasangi kain hitam.

Di pagi hari ini, Kasuvi menyuruh Sema untuk memakaikan gaun berwarna merah karena Kasuvi jarang sekali memakai pakaian yang lain selain pakaian yang biasa ia kenakan.

Lalu, kenapa Kasuvi harus memakai gaun? Jawabannya adalah pria Jomblo ini mendapatkan penghargaan karena sudah membantu penduduk Archdale saat serangan dari kerajaan sebelah.

Di siang hari nanti, Sema akan diantar ke kerajaan untuk menghadap Raja oleh salah seorang petualang kelas atas dan bukan lain adalah Lyria Rena Pemimpin dari Guild Aurora.

Kasuvi mendesah karena Sema tidak sengaja menekan titik nafsu para Dragonewt yang ada di pundaknya ketika Sema memakaikan gaun kepada Kasuvi.

   "Apa yang sedang kalian lakukan berdua?"

Tanya Lyria seraya melihat mereka berdua dengan kedua alis yang berkedut-kedut. Sema langsung mengenali suara yang dikeluarkan oleh Lyria, hati-hati ... intuisi seorang Jones sangat hebat.

   "Lyria? Cepat sekali kau datang."

Ucap Sema, tangan kanannya perlahan-lahan memegang lengan Kasuvi untuk dimasukkan ke bagian gaun. Tetapi, tangan Sema malah memegang lagi pundak Kasuvi sehingga ia mendesah lagi dan lagi karena Sema tidak terbiasa dengan situasi seperti ini.

Lyria menghela napas seraya memakluminya, ia pun menghampiri Sema dan Kasuvi yang sedang duduk di atas kasur lalu meminta Sema agar diserahkan padanya.

   "Serius? Kalau begitu mohon bantuannya."

Ucap Sema, namun karena kedua matanya masih tertutup oleh kain hitam. Sema yang berniat bersalaman kepada Lyria malah memegang gunung Lyria sebelah kanan.

Lyria terkejut karena terlalu tiba-tiba lalu wajahnya memerah tidak karuan dan mulai malu. Sema malah menggrepe-grepe gunungnya dengan tangan kanan untuk mengetahui benda apa yang kenyal dan lembut di telapak tangan kanannya.

   "Ngg ... benda kenyal apa ini? Apakah ini ... "

Pikir Sema seraya membuka kain hitam yang menutupi pandangannya dengan tangan kiri. Di hadapannya saat ini,  terdapat Lyria dengan wajah yang memerah dan malu seraya menahan amarahnya.

Intuisi Jomblo ini langsung meningkat drastis untuk mengingat-ingat sensasi apa yang ada di telapak tangan kanannya saat ini. Namun naas, Sema sudah dihajar tepat di perutnya oleh Lyria ditambah dengan sihir peningkat fisik dan alhasil ... Sema terpental keluar jendela dan jendela pun pecah disertai wajah yang bahagia.

Kasuvi yang melihat kejadian tadi sedari tadi hanya terpukau dengan mulut yang terbuka.

   "Manusia, ajarkan aku teknik tadi agar Soutarou tertarik padaku."

   "Ngg ... teknik?"

   "Ya, teknik agar dia mau memegang tubuhku."

   "Ekh?"

* * * * * *

Siang hari sebelum pelaksanaan pemberian penghargaan dari Raja. Sema dan Kasuvi lalu Lyria Rena, mereka bertiga mengisi perut terlebih dahulu di penginapan Kamina ini.

   "Soutarou ... apakah tangan kananmu masih sakit? Masih bisa ritual malam?"

   "Hoi! Ucapanmu jaga kampret. Tunggu, apa yang sedang kita bahas sekarang?"

Jawab Sema seraya menunjukkan wajah yang kecut, Lyria yang ada di samping Kasuvi hanya menanggapi pertanyaan Kasuvi dengan wajah yang kecut dan kedua alisnya berkedut-kedut.

Mereka bertiga makan di atas meja yang memiliki bentuk lingkaran, Sema sedikit susah memasukkan makanan ke mulutnya karena tangan kanannya masih sedikit sakit.

   "Ngomong-ngomong ... bagaimana caranya kau menghancurkan pedang segede gaban itu? Aku mendengarnya dari para tawanan bahwa kau yang melakukannya."

Sahut Lyria, Sema mulai mengingat-ingat peristiwa pada saat dirinya berlari dengan cepat dan memukul pedang berukuran besar dengan tangan kanannya.

   "Yah ... pada saat itu yang aku ingat hanyalah tendang, hajar, cabok, tampol dan yang lainnya."

Sema mengatakannya dengan mulut yang masih mengunyah sehingga apa yang ia katakan kurang jelas didengar oleh Lyria. Lyria yang mendengarnya mulai kesal akan tingkah Sema.

Setelah Sema menelan makanan yang ia kunyah, saus dari makanan yang berupa saus untuk daging sapi panggang menempel sedikit pada pipi sebelah kanan.

Lyria berinisiatif untuk membersihkan noda saus tersebut dengan sapu tangan putih yang selalu ia bawa kemana pun. Tetapi, tangan kanannya yang memegang sapu tangan hampir meraih pipi Sema namun dihentikkan oleh genggaman tangan Kasuvi seraya menunjukkan senyuman yang mengerikan.

   "Jangan sentuh Soutarou dengan tanganmu dan sapu tanganmu yang kotor itu."

Ucap Kasuvi dengan menunjukkan wajah yang Yandere, Lyria hanya menunjukkan wajah yang kecut dengan kedua alisnya berkedut-kedut.

Dengan cekatan, Kasuvi langsung mendekatkan wajahnya ke dekat pipi Sema yang terdapat saus yang tadi niatnya akan dibersihkan oleh Lyria.

Tetapi, intuisi Jomblo ini sangtalah hebat dengan reflek yang gila. Ketika Kasuvi mendekatkan wajahnya ke dekat wajah Sema, ia menampolnya dengan tangan kanan dan membuat Kasuvi terdiam mati kutu.

Ketika Sema menurunkan tangan kanannya setelah menampol wajah Kasuvi. Dia malah menunjukkan wajah yang bahagia karena Sema menampolnya.

Dengan segera, ia meraih kedua tangan Lyria dengan kedua tangannya lalu berterima kasih padanya. Meskipun Lyria tidak mengerti, sepertinya Kasuvi berterima kasih tentang kejadian tadi pagi saat gunungnya tidak sengaja digrepe oleh Sema.

   "Hei ... hentikan, sebelum aku tampol kalian berdua."

Ucap Sema seraya menunjukkan wajahnya yang malas dan kesal karena tingkah mereka berdua. Kasuvi menoleh ke arahnya dengan senyuman yang bahagia namun dibalik senyuman itu terdapat niat terselubung.

   "Beneran aku tampol nih."

* * * * * *

Sema dan Kasuvi disambut oleh penduduk Archdale, namun mereka berdua bersama dengan Lyria sedang berada di kereta kuda pengantar.

Kasuvi selalu menempel pada tangan kanan Sema dengan wajah yang bahagia, sedangkan Sema terus menerus mendorong wajah Kasuvi yang ingin mendekatinya.

Lyria yang ada di depan mereka mulai bingung dengan pasangan bodoh yang ada di hadapannya saat ini. Sema mulai kesal dengan tingkah Kasuvi, ia pun menampol kepalanya dengan cukup keras tetapi reaksi Kasuvi seperti ingin tambah tampolannya lagi.

   "Astaga ... apa yang sebenarnya terjadi padaku ... "

Pikir Sema dengan tangan kanan yang masih mendorong wajah Kasuvi meskipun tangan kirinya sedari tadi dipeluk oleh Kasuvi.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua tiba di depan pintu kastil kerajaan. Gerbang depan cukup besar dan sudah terdapat beberapa orang seperti pasukan, penduduk, dan menteri lainnya untuk menyambut kedatangan Sema dan Kasuvi.

Lyria membuka gerbang kastil kerajaan, para pasukan yang ada di dalam kerajaan terlihat sedang berlatih di sepanjang mata memandang. Gerakan-gerakan bela diri kerajaan terlihat keren di mata Sema, apalagi saat ada dua pasukan yang sedang gelud.

   "Laki sangat, keren euy."

Pikir Sema dengan tangan kanan yang memegang wajah Kasuvi ketika ia ingin mendekati Sema. Para pasukan yang sedang berlatih hanya menunjukkan wajah yang kecut ketika melihat pasangan bego itu.

Pintu aula kerajaan dibuka oleh Lyria, terdapat seseorang yang sudah menunggu kedatangan mereka berdua. Dia adalah Raja dari Archdale, masih muda dengan tubuh yang terlihat kuat karena otot-ototnya terbentuk.

Sekali lagi, Sema menampol kepala Kasuvi agar dia diam sebentar dan Lyria bertekuk lutut di hadapan Raja Archdale.

   "Yang Mulia, aku membawa dua orang yang kau perintahkan kepadaku. Mereka adalah Sema Soutarou dan Kasuvi."

Sahut Lyria, Raja Archdale hanya tertawa seraya bertepuk tangan. Ia pun menawari Sema untuk menjadi pasukan kerajaan, tetapi ... Sema menolaknya dengan cepat tanpa dipikir-pikir terlebih dahulu.

   "Apakah kau mempunyai masalah untuk menolaknya?"

   "Tidak, tidak ada."

   "Kalau begitu kenapa?"

Tanya lagi Raja, Sema menghela napas lalu memejamkan matanya sebentar. Membuka kembali kedua matanya dengan tekad seorang Jomblo yang terlihat dari kedua matanya.

   "Aku ingin ... membuat sebuah bar minuman dan makanan yang aku sendirilah pemiliknya. Tetapi, bar ini bisa dimasuki anak-anak karena akan ada dua tempat yang ingin kubuat agar dari anak-anak, remaja, sampai yang tua dapat menikmatinya."

Pinta Sema kepada Raja dengan wajah yang senang, ia bermimpi ketika dia sudah besar ... Sema ingin memiliki sebuar bar yang ia kelola sendiri.

Raja memikirkannya sebentar, karena permintaan Sema gampang sekali dikabulkan maka Raja mengabulkan permintaan Sema.

Selanjutnya, Raja menanyakan permintaan dari Kasuvi yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang menyilang.

   "Permintaanku adalah ... adalah ... adalah ... adalah ... adalah ... adalah ... apa ya?"

Tanya balik Kasuvi dengan wajah yang polos dan itu membuat para pasukan kesal setelah mendengarnya dengan serius apalagi Raja yang tertawa.

   "Kalau begitu, aku akan memberikan permintaanku kepada Soutarou."

Sahut Kasuvi dengan senyuman manisnya, Sema terbengong seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jarI telunjuk tangan kanan.

   "Kalau begitu ... bagaimana kalau bar yang akan dibuat ditambah dengan lantai atas agar bisa ditinggali."

Sahut Sema, Raja memikirkannya dengan teliti dan ia mengabulkan permintaannya. Raja menanyakan lokasi yang di mana akan dibuat bar milik Sema.

   "Suasana yang tenang ... dapat dilihat dengan jelas oleh orang lain lalu ... dekat ke pasar."

Sahut Sema, Raja langsung mengerahkan menteri yang ada dibarisan sebelah kanan para pasukan. Barisan para menteri bertekuk lutut sebagai wujud penghormatan lalu menerima perintah dari Raja.

Dan setelah peristiwa itu, Raja dan Sema semakin akrab setelah berdiskusi tentang tipe perempuan masing-masing, karena Sema Jomblo ... dia lebih ahli dari Raja yang masih Jomblo sekarang ini.

(Akhirnya ... Sema tidak sendirian lagi yang Jomblo.)

* * * * * *

Suasana panas dari teriknya mentari, Sema beristirahat sebentar di sebuah taman kota Archdale di atas kursi kayu yang memanjang dan pohon-pohon berdaun rindang menutupi sinar mentari.

Kasuvi membeli makanan dan minuman sebentar setelah Raja memberi Sema uang yang berjumlah 100 koin emas. Tetapi, Sema menyawernya di dekat kota dan kini ... uangnya hanya tersisa 5 koin emas.

   "Huh ... panas sekali."

Gumam Sema seraya merebahkan badannya ke kayu penyangga kursi yang memanjang ini. Seorang pria dengan rambut medium berwarna putih duduk di samping Sema, ia membawa sebuah buku di tangan kirinya dan tangan kanannya terlapisi dengan sebuah zirah yang bagaikan tangan Iblis.

Memakai pakaian berupa layaknya jaket hitam dengan hoodie yang dalamnya berwarna merah dan ia juga memakai celana hitam panjang.

Ia melakukan hal yang sama seperti Sema, bersantai sebentar untuk menikmati angin segar yang lewat.

   "Minuman yang dingin, sepertinya enak."

Ucap mereka berdua secara bersamaan tanpa disadari.

   "Huh ... Jomblo terus, kapan dapat jodohnya."

Ucap mereka secara bersamaan tanpa aba-aba, Sema mulai memikirkan kebetulan yang tadi dan orang yang ada di sampingnya pun memikirkan hal yang sama.

Pria yang duduk di samping Sema mengulurkan tangan kanannya yang berzirah tangan Iblis. Sema pun bersalaman dengannya memakai tangan kanan.

   "Namaku Vallhein, seorang pengembara yang tidak ada kerjaan."

   "Sema Soutarou, seorang manusia yang akan memulai bisnis di sebuah bar kecil-kecilan."

Mereka berdua saling mengenalkan diri mereka masing-masing, Vallhein curhat tentang kesehariannya dan Sema juga curhat tentang kesehariannya.

Persamaan mereka berdua adalah Jomblo, karena menemukan rekannya yang Jomblo. Sema dan Vallhein saling berjanji untuk menemukan pasangan mereka suatu saat nanti.

Sebagai wujud janji itu, Vallhein memberikan Sema sebuah buku yang ia bawa tadi. Sema menerimanya sebagai laki-laki yang memegang janjinya, tidak lama ... Vallhein pergi dari tempat ini dengan alasan mencari minuman dan makanan.

Beberapa menit kemudian, Kasuvi membawa beberapa makanan dengan satu paket yang ada pada kantong kertas. Isinya cukup memuaskan, mereka berdua pun mengisi perut mereka masing-masing.

   "Orang yang tadi hampir tidak memiliki energi sihir, aku khawatir pada orang yang sepertinya ... apalagi Jomblo."

Pikir Vallhein yang sudah jauh lokasinya dari Sema, ia segera pergi ke suatu tempat di kerumunan kota.

Sema penasaran dengan buku yang diberikan Vallhein kepadanya, ia berhenti makan sejenak lalu mencoba untuk membuka halaman dari buku yang diberikan oleh Vallhein.

Tiba-tiba saja, lembaran demi lembaran dari buku yang ia pegang mulai berhamburan dan melayang di sekitarnya.

Sema mulai bingung dengan apa yang sedang terjadi, tetapi ... lembaran-lembaran itu kembali ke tempatnya masing-masing di mana halaman itu seharusnya berada.

   "Apa yang sedang terjadi ... sampul bukunya berubah menjadi warna hitam?"

To Be Continue ....