webnovel

Another World I Be Here

Sihir? Itu suatu hal yang sangat hebat dan melebihi dari imajinasi setiap manusia. Akan tetapi, itu akan menjadi petaka bagi seorang manusia yang mengalami kecacatan berupa tidak memiliki energi sihir sedikit pun. Seorang pemuda yang memiliki kepribadian unik, mencoba bertahan hidup di dunia yang penuh sihir ini. Apakah dia akan menemukan apa yang ia cari selama ini, kehidupannya yang bermakna? seorang laki-laki yang berjuang dalam kehidupan pedihnya, membuatnya selalu melindungi orang-orang yang ia sayangi. Dirinya yang selalu percaya kepada rekannya akan membuat dunia yang luas ini terguncang hebat. Seorang anak laki-laki SMA kelas dua, memperjuangkan apa yang ingin ia lindungi. Cerita ini berisikan hal-hal manis dan bisa saja gula darah anda naik :v Pantau terus Cerita saya :v Btw ... Mau diterbitkan :v

SkyFanfare · Fantasy
Not enough ratings
55 Chs

Rencana Somplak II

*Brakk

Sema terdorong setelah menahan pukulan tangan kanan dari Zile. Raijuu menembakkan bola listrik dari mulut kepada Zile yang ada di belakangnya.

   "Terlalu mudah."

Zile mengayunkan tangan kanannya seraya memutar tubuhnya. Bola listrik yang ditembakkan Raijuu kepadanya dapat dibelah dengan mudah. Ledakkan terjadi, dari kepulan asap terdapat Zile yang menghampiri Raijuu dari depan.

   "Jangan alihkan pandanganmu, Zile!"

Seru Sema yang berlari cepat seraya menghampiri Zile dari samping kanan memanfaatkan kepulan asap. Ia menambahkan kemampuan fisiknya yang sebelumnya 5% menjadi 10% pada seluruh tubuhnya.

Memukul wajah Zile dengan segenap tenaga menggunakan tangan kanannya. Tetapi, Sema merasakan sakit setelah menghantam wajah Zile.

   "Seni Bela Diri: Omnipotent."

Zile tersenyum kecil, tubuhnya berubah warna menjadi hitam yang semulanya berwarna merah. Tubuhnya mengeras melebihi besi, ia segera mengayunkan tangan kirinya untuk menghantam wajah Sema.

*Brakk

Zile ditubruk oleh Raijuu yang seluruh tubuhnya dilapisi dengan listrik seperti halnya baju pelindung yang membentuk. Sema memunculkan zirah pada tangan kirinya, segera mungkin menembakkan bola api biru dari ujung telapak tangannya.

Meskipun mengenai tubuhnya, serangan Sema tidak berefek pada Zile. Lebih tepatnya, semua serangan yang telah Sema dan Raijuu lancarkan tidak ada satu pun yang efektif. Sema sudah mengerahkan segala kemampuannya, sedangkan Raijuu masih belum sepenuhnya mendapatkan kembali kekuatannya.

   "Life force milik Zile berkapasitas banyak. Sedangkan milikku, tidak bisa menggoresnya sama sekali."

Pikir Sema, Raijuu mendarat di samping Sema seraya menghilangkan efek sihir yang mengubah listrik menjadi pelindungnya. Zile mulai bangkit dari balik semak-semak, ia meregangkan badannya seraya berjalan ke arah mereka berdua.

   "Serangan kalian berdua membuat tubuhku gatal. Terutama Raijuu, kekuatanmu sepertinya telah menghilang 70%. Ke mana kekuatanmu yang hebat itu?"

   "Yah ... panjang ceritanya. Aku menjadi lemah seperti ini karena memasuki Batasan Tabu. Dan pada saat itulah, tubuhku di luar kendali dengan mengubahku menjadi Fallen Beast."

Mereka bertiga berhenti berbincang-bincang. Bersiap-siap untuk saling menyerang, menggunakan semua potensi untuk melatih dan mengembangkan kekuatan mereka.

Sema langsung memfokuskan mana miliknya ditambah dengan api biru pada telapak tangan kiri. Raijuu bersiap-siap menembakkan bola listrik dengan daya satu juta volt. Sedangkan Zile, dia menciptakan bola api merah pada telapak tangan kanannya.

Seketika langsung, Sema dan Raijuu menembakkan bola sihir mereka ke arah Zile. Lain dari itu, Zile melawan mereka dengan melempar bola api merah miliknya agar tiga bola sihir itu saling bertubrukan.

   "Kampret!"

   "Sialan!"

   "Usaha yang bagus."

*Blarr

* * * * *

   "Jadi ... kalian berdua kalah dari Zile?"

Tanya Kasuvi seraya melihat Sema yang sedang dipakaikan perban putih pada lengan kirinya oleh Carilla. Sema diam saja tanpa mengatakan sepatah kata pun, di samping kirinya terdapat Raijuu yang santai-santai saja.

Bersandar pada sofa. Hari yang cerah dan mentari menyengat. Levius datang bersama dengan Ruilla yang suasana hatinya terlihat bagus.

   "Ruilla, bagaimana dengan perkembangan kostumnya?"

Tanya Sema kepada Adik dari Demi-Arachne, Ruilla. Pipi Levius terlihat merona kemerahan, pada saat itu juga Sema teringat suatu hal terhadap Levius.

   "Ngomong-ngomong ... bagaimana dengan latihan kemarin? Kau bisa melakukan upacara pernikahan?"

Tanya Sema kepada Levius yang berdiri di hadapannya. Levius menganggukkan kepala pertanda benar.

   "Ya, ketika gerbang terbuka. Aku hanya harus berjalan ke arahmu, kan?"

   "Ya, untuk sekarang ... "

Sema merasa terganggu akan tatapan Kasuvi yang mengeluarkan aura tidak mengenakkan berwarna hitam. Ia menoleh ke arahnya, namun Kasuvi malah memalingkan wajahnya dengan mengembungkan pipinya.

   "Kenapa kau marah? Ini hanya pernikahan palsu."

   "Meskipun palsu, tetapi kalian berdua akan berciuman, kan!?"

   "Tidak! Aku bisa hamil!"

Seru Levius yang masih belum diberitahu kenyataannya. Dia yang masih polos, tidak ingin dicemari pikirannya oleh Sema dan yang lainnya.

   "Aku tidak akan melakukannya, aku akan melakukan hal yang sama seperti kepadamu."

Ucap Sema seraya menunjukkan ekspresi yang kecut terhadap Kasuvi. Pada saat itu juga, di dalam ingatan Kasuvi terjadilah flash back. Ia mengerti dengan apa yang dikatakan Sema, ketika berciuman maka Sema akan menghalanginya dengan tangan sehingga akan aman.

  "Yah ... aku bisa mengecualikan yang itu."

Suasana hati Kasuvi mulai tenang kembali dengan tingkah tsundere. Carilla yang baru saja selesai memasang perban pada lengan kiri Sema. Pamit sebentar untuk pergi terlebih dahulu, namun langkahnya dihentikan oleh Sema yang memanggil namanya.

   "Carilla, Ruilla. Di perpustakaan ada kertas yang tidak terpakai, kan?"

   "Ya, itu ada di bagian pojok perpustakaan."

Jawab Carilla, Ruilla menanggapinya dengan dua kali anggukan kepala seraya kedua tangan yang disilangkan di perut. Sema tersenyum kecil, namun Raijuu dan yang lainnya mengerti bahwa senyuman itu hanya menyembunyikan niat jahat Sema.

   "Aku membutuhkan kertas-kertas itu, bisakah ... kau ambil nanti malam?"

   "Tentu."

Carilla pamit, ia pergi meninggalkan ruangan tengah yang cukup megah ini dan berjalan menelusuri lorong. Raijuu menanyakan kembali rencana yang akan dilaksanakan dua hari lagi.

   "Aku melakukan analisis deduksi. Seperti yang sudah aku simpulkan. Kemungkinan besar, orang tua Leona dibunuh. Lalu muncul pertanyaan, kenapa Raja Erinu mengangkat Leona menjadi anak angkatnya? Bukankah dia bisa menikah dengan perempuan lain dan mempunyai anak mau pun dengan selirnya. Yang membuatku penasaran adalah, siapa sebenarnya Raja Erinu?"

* * * * *

Di Kerajaan Erinu yang damai. Terdapat seorang anak angkat dari Raja Erinu. Leona Heins, itulah nama anak angkat tersebut yang berkelamin perempuan.

Kamar yang megah, bisa dikatakan bahwa ruangannya ini hampir sama dengan ruangan tengah para penduduk tingkat menengah. Duduk di atas kasur ukuran dua kali lipat dari biasanya, menatap gaun pernikahannya yang ada di depan matanya.

Leona hanya menunggu waktu pernikahannya. Apa yang dia tahu mengenai mempelai pria hanyalah tempat dia berasal. Kerajaan Lasfor, itulah asal dari mempelai pria yang akan menikah dengan Leona.

Umur Leona delapan belas tahun yang baru dua bulan lalu ia lewati. Tanpa ada kabar dan tanpa ada persetujuan darinya. Ayah angkatnya yaitu Raja Erinu, menikahkan Leona dengan bangsawan yang ada di Kerajaan Lasfor.

Entah laki-laki itu berasal dari bangsawan ternama maupun pangeran dari Kerajaan Lasfor. Yang dipikirkan oleh Leona saat ini adalah melakukan semua perintah yang dia dapat dari Sema sebelum meninggalkan kediaman Carilla dan Ruilla.

   "Setelah ini, aku hanya harus menunggu sampai pernikahan itu dilaksanakan. Sema dan yang lainnya akan datang, namun ... apakah dia dapat menepati janjinya ... "

* * * * *

Malam hari di kediaman Carilla dan Ruilla ...

Di pemandian alami yang ada di luar. Sema, Zile, dan Raijuu menikmati pemandian pada malam hari ditemani dengan empat botol minuman keras hasil dari fermentasi gandum. Sema yang masih belum cukup umur, meminum segelas susu sambil melamunkan sesuatu.

   "Raijuu, Zile. Ada yang ingin aku bicarakan kepada kalian berdua. Merapat ke sini."

Ucap Sema seraya menggerak-gerakkan tangan kirinya sebagai kode agar mereka berdua berkumpul. Zile dan Raijuu yang sedikit mabuk, menghampiri Sema secara bersamaan.

   "Baiklah, aku mempercayakam Levius, Leona, dan Kasuvi kepada kalian berdua."

Ucap Sema seraya memberi arahan. Namun, Raijuu membantahnya karena dia berniat untuk menghancurkan acara permintaan. Permintaan Raijuu seperti seorang mantan yang diundang ke acara pernikahan mantan pacar.

   "Raijuu ... permintaanmu seperti menyuruhku untuk pergi ke bangunan besar lalu melompat ke luar jendela di lantai tiga dengan pantat yang mendarat terlebih dahulu."

   "Apa maksudmu?"

   "Mustahil."

Perumpamaan Sema tidak dimengerti sama sekali oleh Raijuu dan Zile. Dan mereka berdua berharap agar Sema berhenti untuk melakukan perumpamaan yang aneh.

Sema beranjak dari pemandian, kaki kanan ia angkat ke atas batu dan menatap ke atas gelapnya langit. Sema menunjuk bulan yang terang benderang diikuti dengan gemerlapnya bintang.

Tubuhnya yang tidak ditutupi sehelai kain, air yang membasahi seluruh tubuhnya. Mulai terasa dingin setelah angin malam lewat dan rumput maupun pepohonan yang ada di sekitarnya mulai bergoyang.

   "Meski membuat kekacauan, setidaknya aku selalu jujur. Catatan, sumbernya dari Natsume Souseki dengan karya tulisnya berjudul Botchan."

   "Untuk apa kau mengutip perkataan orang lain? Dan Natsume Souseki itu siapa?"

   "Entahlah!"

   "Sialan! Yang jelas bego!"

Kesal Raijuu dengan sedikit mabuk. Zile hanya menunjukkan wajah yang bahagia seraya menenggelamkan tubuhnya sampai ke batas leher. Sema berbalik badan lalu duduk kembali dalam pemandian karena mulai dingin.

   "Intinya, kalian berdua tidak boleh menghancurkan acara pernikahan itu."

   "Lalu? Untuk apa kau ikut serta dalam pernikahan itu?"

   "Dasar bodoh, tentu saja untuk menghancurkan pernikahan itu!"

   "Goblok! Ditanya jelas malah ngawur!"

Raijuu menghirup napas dalam-dalam karena lelah meladeni tingkah Sema. Namun, ia mulai merasakan tujuan Sema sebenarnya dengan apa yang ia rencanakan selama ini.

    "Melakukan sesuatu untuk orang lain. Menyesuaikan kehidupanmu dengan orang lain. Sangatlah menyebalkan dan merepotkan. Namun ... bukankah itu juga salah satu dari kehidupan?"

   "Kau mengutip kata-kata itu dari siapa?"

   "Baru saja aku membuatnya."

To Be Continue .....