webnovel

Another One For You

Berawal dari pembicaraan iseng, akhirnya Alfa benar-benar terikat dengan Elion yang terus mencoba terlibat dengannya. Mengabaikan fakta bahwa usia mereka terpaut 9 tahun; bahwa Elion baru saja dibuat patah hati oleh mantannya yang menikah dengan laki-laki lain; bahwa Elion adalah kakak dari sahabatnya, Alfa memberanikan untuk menyatakan perasaannya pada laki-laki itu. Alfa pikir dia beruntung memiliki Elion yang selalu bersikap dewasa, supportif, pengertian, juga memiliki hubungan yang baik dengan papa Alfa. Namun, ternyata nggak semudah itu. Hubungan mereka nggak semudah yang Alfa bayangkan dari awal, hingga mereka menemui titik jenuh dan memutuskan untuk saling memberi jeda. Namun, jeda itu berhenti pada akhir yang berbeda dari harapan Alfa sebelumnya. *note: Selamat membaca (◍•ᴗ•◍) silahkan follow Instagram @cnsdav_ (untuk visual dan sneak peek). Terima kasih ^^

CANES · Teen
Not enough ratings
286 Chs

BUKAN LAGI RAHASIA

Bianca punya tetangga. Namanya Arega. Sekolah di SMA sebelah, tapi hampir semua gadis di kelas Alfa tahu dia—plus menaruh hati apadanya. Kalau ditanya alasannya kenapa suka, jawabannya karena Arega punya wajah rupawan dan senyum mematikan. Kalau soal kenapa mereka bisa tahu Arega, itu karena Arega sering nongkrong di halte saat jam berangkat sekolah.

Kalau Alfa ditanya, "Naksir dia nggak, Fa?"

"Boro-boro naksir, ngelirik dia aja udah pasti kena damprat Ari."

Setiap mendengar ucapan Alfa itu, penghuni kelas XI-IPA 3 sudah pasti tergelak. Bukan rahasia lagi kalau Ari bersikap posesif pada Alfa, seolah laki-laki itu melupakan fakta bahwa ada gadis lain yang tengah ia kencani. Dan bukan rahasia lagi kalau Arega tengah mendirikan 'kos-kosan' putri, jelas karena saking banyaknya kontak perempuan di ponselnya. Makanya, kalau sampai Alfa sampai tertarik pada Arega, Ari yang akan mengunci gadis itu di kamarnya seharian penuh.

"Tapi lo tau nggak?"

Alfa sudah tahu sejak lama, Bianca menaruh hati pada Arega. Dari percakapan mereka yang selalu melibatkan nama Arega, Arega dan Arega. Mungkin, pikir Alfa, karena hubungan keduanya baik. Walau tak sebaik hubungan pertetanggaan Alfa dan Ari.

Menanggapi pertanyaan Riani itu, Alfa hanya menggumam.

"Kemarin gue lihat komen-komenan super bego di postingan Arega."

Setelah perjalanan kompetisi yang melelahkan, juga omongan menyebalkan Ari malamnya, Alfa memilih mengungsi di rumah Bianca demi menghindari laki-laki itu. Di hari berikutnya. Sela, mamanya, memberikan ijin karena untuk tiga hari ke depan rumah akan kosong. Orang tua Alfa akan melakukan perjalanan bisnis. Dan untuk pertama kalinya, secara resmi, Ara dan Matthew mengantarkan anak sematawayangnya ke rumah Bianca, menitipkannya kepada Meli.

"Gimana?"

"Lo tau kan Lili pacar resminya Arega sekarang? Nah, kemarin dia komen di postingan terakhir Arega. Katanya gini, 'Ganteng, punyanya siapa sih?'. Terus yang bales komennya bukan Arega dong, malah Oliver. 'Punya gue' gitu dia. Kayak nggak ada harga diri banget nih ya, mereka bales-balesan komen di postingan Arega ... rebutin tuh anak. Jijay sumpah! Malahan postingan itu jadi rame komen gegara Oliver sempat minta Arega buat jadiin dia yang kedua. Apa nggak gila tuh? Segitunya dia suka sama Arega."

"Seriusan?" Untuk pertama kalinya sejak Riani nyerocos, Alfa benar-benar memberikan respons sepenuh hati. "Ada ya cewek kayak gitu?"

"Gila kan? Gue mah, mau sesuka apa pun nggak bakalan tuh sudi ngemis sama cowok. Apalagi cowok yang masih jelas punya cewek."

"Terus Kak Arega bilang apa?"

Bianca dari tadi hanya sibuk memakan kuaci, satu dari puluhan camilan dalam kardus yang Alfa bawa tadi sore. Enggan masuk dalam percakapan yang jelas memperlihatkan keburukan Arega.

"Cuma ngakak dong dia. Bangga. Sebuah kebanggaan bisa diperebutkan cewek, bahkan dipertontonkan di sosial media."

"Sebuah kehormatan kalau bisa menjaga hati satu perempuan." Suara itu sontak membuat Riani, Alfa dan Bianca menoleh ke pintu kamar. Heru berdiri di sana dengan pintu setengah terbuka. Ada senyum kecil di bibirnya. "Maaf menyela. Alfa sama Bianca bisa kan kalau bunda minta tolong dibelanjain?"

"Siap!" Alfa yang langsung berdiri di atas ranjang, lalu melompat turun. "Ayo, babu, lo get out sama gue," katanya saat melihat Bianca masih malas-malasan di tempatnya.

Riani mendengkus sebelum tertawa. "Lo nggak ada kalem-kalemnya ya di depan orang tua."

Alfa jadi tercengir, menatap Riani dan Heru bergantian. "Nggak apa-apa kan, Yah? daripada Alfa pura-pura kalem ternyata aslinya busuk."

"Iya." Heru tertawa. Beralih menatap Bianca. "Bianca, itu Alfa udah siap loh. Kamu nggak mau pergi? Biar Riani aja yang pergi?"

"Yaudah lo aja yang pergi. Gue males. Sore gini udaranya dingin, kalau gue masuk angin kan kasian bebeb gue besok." Gadis itu menyeletuk pada Riani. Tetap tak berpindah dari tempatnya.

"Halah ngeles lo. Bilang aja kesel gue sama Alfa ngomongin kebrengsekan cowok yang lo taksir."

"Berisik! Pergi sana. Jauh-jauh."

Heru sempat menggeleng, lalu melenggang pergi setelah memastikan Riani beranjak mengambil cardigan dan memberikan jaket pada Alfa.

Sebenarnya, daripada Arega, Alfa lebih mendukung Bianca dengan Nawasena. Laki-laki yang jadi rebutan anak perempuan sekolah mereka, tapi tak pernah terlihat dekat dengan siapa pun. Kecuali ... akhir-akhir ini dia terlihat mencoba mendekati Bianca. Kadang sengaja berjalan memutar lewat kelas XI-IPA 3 saat berangkat sekolah, alih-alih lewat tangga perpus yang langsung sampai di kelasnya. Kadang juga menawari tumpangan saat pulang sekolah. Jelas tawaran itu melibatkan Alfa karena sepertinya Nawasena tidak bermaksud memperlihatkan secara langsung bahwa Biancalah yang dia jadikan sebagai tempat menaruh hati.

Bodohnya, Bianca malah tak pernah melepaskan perhatiannya dari Arega.

"Sssttt, Arega tuh baru balik." Riani menyenggol lengan Alfa dengan sikunya saat melihat seorang laki-laki bertubuh atletis berjalan ke arah mereka. Tali ranselnya hanya disampirkan di bahu kanan, sedangkan tangannya tenggelam di saku celana. Tidak ada dasi, dan tidak ada satu pun dari kancing kemejanya yang dipasang, memperlihatkan kaos berwarna hitam fit body di dalamnya.

" .... Sama Oliver," sambungnya.

Tapi Oliver, gadis dengan rambut hitam-ombre-pirang di bagian bawah itu, berjalan beberapa meter di belakang Arega.

Dalam hati, Alfa membatin. Gila! Hampir jam setengah 6 sore, dan cewek ini baru mau main ke rumahnya Kak Arega. Pakai seragam sekolah lagi.

"Oi, Rin, mau ke mana?" sapa Arega saat jarak mereka sudah cukup dekat. Bibir tipisnya tertarik membentuk senyum 'mematikan'. Bahkan Alfa juga tak menyangkal kalau Arega punya senyum maut yang mampu membuat gadis mana pun betah berlama-lama memandanginya ... sebelum akhirnya masuk ke dalam neraka yang Alfa sebut sebagai 'jatuh hati'.

"Belanja." Riani sendiri mengulas senyum jahil. "Ngapel ke mana aja lo jam segini baru bawa cewek balik?"

Arega sempat menoleh ke Oliver yang masih berjalan mendekat, lalu melirik Alfa, dan berhenti pada Riani. "Ngapel apaan? Gue nggak ada cewek."

.... Dan itu yang dikatakan oleh cowok yang punya banyak cewek, dengkus Alfa dalam hati.

Memangnya siapa yang bakal percaya kalau Arega tak punya pacar? Sudah rahasia publik bahwa dia adalah buaya tingkat akut yang menyembunyikan banyak gadis. Hanya Lili yang—entah apa alasannya—diakui secara publik olehnya.

"Gue bilangin Lilian mampus lo." Riani mengedik ke arah Oliver menggunakan dagunya. "Tau dia kalau lo bawa balik Oliver?"

"Tau," jawabnya sebelum mengulurkan tangan pada Alfa. "Arega—"

"Berani lo nyentuh nih anak, urusan lo sama Bang Elion." Riani buru-buru menarik Alfa ke belakang punggungnya, kemudian benar-benar meninggalkan Arega yang tertawa.

Alfa tidak tahu alasan Riani bilang begitu, tapi mendengar nama Elion disebut membuatnya mengulum senyum.

____________