1 -Rian Awakening-

Seorang gadis yang bisa dikategorikan cantik dengan rambut hitam panjang berponi tengah berjalan di koridor sekolahnya, namun sayangnya wajah dingin dan kaku gadis itu membuat orang lain enggan untuk sekedar menyapa dirinya. Gadis itu bernama Park Jiyeon, tipe gadis yang tertutup dan penyendiri, hanya beberapa orang saja yang bisa dekat dengan gadis itu.

Dari arah berlawan lelaki dengan tampang tak kalah dingin dan datar tengah berjalan ke arah Jiyeon, hingga pada akhirnya mereka bertemu pada satu titik.

Bruuukkk~

Tubuh kedua orang itu bertabrakan secara tidak sengaja, hal itu membuat buku-buku di tangan Jiyeon berserakan ke lantai. "Maaf ...." Ucap Jiyeon membungkuk sebentar tanpa menatap wajah lelaki yang ditabraknya itu, lalu Jiyeon membungkuk memunguti buku-bukunya satu persatu. Sang lelaki hanya memutar bola matanya malas kemudian meninggalkan Jiyeon begitu saja.

"Jeon Jungkook! Aku menemukanmu!" Jerit sesuatu yang ada di alam bawah sadar Jiyeon.

Deg~

Jiyeon merasakan perasaan yang aneh, perasaan yang sudah lama tak pernah dia rasakan. Jantungnya berdebar kencang dan terasa sakit seperti akan meledak.

"Akh ...." Ringisnya meremas dadanya sendiri berharap perasaan itu akan hilang namun nihil, rasa sakit itu tetap merajai tubuhnya.

"Tidak! Ini tidak boleh terjadi ...." Gumam Jiyeon berusaha menenangkan pikirannya, gadis itu memejamkan mata sejenak hingga akhirnya rasa sakit itu berangsur hilang. Jiyeon bisa bernapas lega sekarang.

"Jiyeon!" Panggil seorang lelaki saat melihat gadis itu tengah tersungkur di lantai, dia segera menghampiri sahabat baiknya itu. "Apa yang terjadi?" Tanya lelaki itu lagi membantu Jiyeon mengumpulkan buku-bukunya.

"Tidak ada. Aku hanya menabrak seseorang tadi." Jawab gadis itu tidak mau membuat lelaki di hadapannya khawatir. Mereka berdua berdiri setelah semua buku Jiyeon terkumpul.

"Kau yakin? Wajahmu pucat." Lelaki itu meletakkan telapak tangannya di dahi Jiyeon sekedar untuk memeriksa suhu badan gadis itu. Sedikit hangat.

"Aku tidak apa-apa Lucas!" Ucap Jiyeon tersenyum.

"Aku hanya khawatir, ayo kita ke kelas." Ajak lelaki yang bernama Lucas itu menggandeng tangan Jiyeon, gadis itu tidak bisa menahan senyumannya menerima perlakuan manis dari sahabatnya itu. Ya hanya sahabat meskipun Jiyeon berharap mereka lebih dari sekedar sahabat.

🍁🍁🍁

Wong Lucas, lelaki berwajah tampan dan tegas yang merupakan sahabat Jiyeon sejak kecil itu tampaknya sedang bahagia. Pasalnya sejak tadi Jiyeon mendapati lelaki itu selalu senyum-senyum sendiri seperti orang tidak waras. Tentu saja hal itu mengganggu pikiran Jiyeon, saat ini keduanya tengah makan siang di kantin.

"Hei ... kau kenapa?" Tanya Jiyeon, Lucas memusatkan perhatianya pada gadis yang duduk di depannya.

"Heh?"

"Aku bertanya, kau kenapa senyum-senyum begitu? Salah minum obat?" Cibir Jiyeon namun justru membuat Lucas tertawa.

"Ji ... aku ingin membuat pengakuan padamu."

"Katakan saja." Jawab Jiyeon datar, perasaan gadis itu mendadak tidak enak.

"Berjanjilah kau tidak akan mengejekku, okey?" Kata Lucas mewanti-wanti, Jiyeon hanya mengangguk sambil menggigit burger di tangannya.

"Aku jatuh cinta ...."

"Uhuk-" Seketika itu juga Jiyeon tersedak potongan burger yang ada di mulutnya. Lucas segera memberikan jus miliknya dengan refleks dan Jiyeon langsung meneguk jus itu nyaris habis.

"Aish ... belum apa-apa saja kau sudah terkejut sampai tersedak begitu." Omel Lucas tidak habis pikir.

"Maaf ...."

"Masih mau dengar?" Tanya Lucas kemudian, Jiyeon mengagguk gamang.

"Iya."

"Kemarin aku tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis, dan aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padanya." Terang Lucas dengan wajah semringah. Seketika itu juga tubuh Jiyeon melemas, bahkan gadis itu menjatuhkan burger di tangannya. Pupus sudah harapan gadis itu untuk memiliki sahabatnya, bagaimana tidak jika baru saja dia mendengar bahwa Lucas jatuh cinta pada gadis lain bukan dirinya.

Lucas baru saja selesai latihan band, lelaki itu hendak masuk ke dalam sebuah cafe sekedar melepas lelah dengan teman-teman bandnya. Bersamaan dengan itu seorang gadis manis keluar dari dalam cafe tersebut. Tanpa di sengaja Lucas menyenggol bahu gadis itu, alhasil kotak kue yang tadinya di pegang oleh sang gadis terjatuh ke tanah. Gadis itu menatap kue itu sedih.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja." Sesal Lucas merasa tak enak hati.

"Tidak apa-apa." Jawab gadis itu tersenyum manis, saat itu Lucas merasa waktu seakan berhenti. Lelaki itu membeku seketika, saat melihat senyuman gadis itu seakan banyak kupu-kupu berterbangan di sekitarnya.

"Aku akan mengganti kuemu yang jatuh itu." Kata Lucas setelah tersadar dari khayalannya.

"Tidak perlu, kue yang seperti itu sudah habis. Itu stock yang terakhir." Perkataan gadis itu membuat Lucas semakin merasa bersalah.

"Lain kali aku pasti akan menebusnya. Aku Wong Lucas." Lucas tersenyum mengulurkan tangannya. Awalnya gadis itu tampak heran, namun detik berikutnya ia menyambut ukuran tangan Lucas.

"Jeon Heejin."

"Namanya Jeon Heejin, nama yang cantik seperti orangnya." Gumam Lucas tersenyum sendiri, berbeda dengan Jiyeon yang kini begitu terluka. Menyadari sahabatnya itu hanya diam tak merespon apapun membuat Lucas heran."Hei, kau kenapa? Kenapa diam saja?" Tanya Lucas. Jiyeon segera kembali ke alam nyata, gadis itu tersenyum.

"Aku hanya sedikit pusing. Aku ikut senang melihatmu bahagia." Bohong Jiyeon lagi-lagi tersenyum perih.

"Kalau memang tidak enak badan sebaiknya kau pulang saja. Aku akan mengantarmu." Kata Lucas cemas, wajah Jiyeon memang tampak pucat sejak tadi.

"Eoh. Kurasa aku akan pulang setelah ini." Jiyeon bangkit dari posisinya. Jujur saja saat ini dadanya begitu sesak.

"Baiklah. Ayo kuantar."

"Tidak. aku pulang sendiri saja. Kau jangan membolos lagi kali ini, absenmu sudah mengkhawatirkan." Kata Jiyeon, Lucas setuju. Lelaki itu sudah sering bolos sekolah akibat aktivitasnya bersama bandnya yang terkadang menyita banyak waktu.

"Kau benar." Lucas menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal."Kau yakin mau pulang sendiri?"

"Iya. Aku ingin tidur seharian.".Jawab Jiyeon, dia ingin pulang dan menangis sepuasnya.

"Kau harus minum obat sebelum tidur." Nasehat Lucas lagi.

"Iya. Dasar cerewet." Jiyeon pun meninggalkan Lucas dengan wajah terluka, air matanya tidak bisa di bendung lagi.

🍁🍁🍁

Jiyeon menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di kamarnya, wajahnya benar-benar terlihat menyedihkan. Hanya ada wajah pucat tanpa ekspresi. Ucapan Lucas kembali terngiang di telinga Jiyeon, dimana sahabatnya itu memuji gadis yang di sukainya.

"Gadis itu pasti sangat cantik! Lihatlah dirimu Jiyeon, kau hanyalah itik buruk rupa yang mengharapkan cinta dari pangeran seperti Lucas. Mana mungkin Lucas menyukaimu? Dia hanya menganggapmu sahabat terbaiknya." Batin Jiyeon miris.

Tanpa terasa air mata yang sejak tadi Jiyeon tahan kini tidak dapat dibendung lagi, gadis itu menangis sesenggukan meremas dadanya yang terasa sangat sakit. Perasaan sakit di hatinya membuat dadanya terasa sangat sesak hingga Jiyeon tak mampu lagi menahan perasaan mengerikan yang datang seakan merenggut jiwanya. Gadis itu tak sadarkan diri di lantai kamarnya.

Tak lama berselang, gadis itu kembali membuka matanya, mata hitam pekat itu seketika berubah warna menjadi kecoklatan. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya bangkit dengan cepat.

"Huwaaa ... ! Sudah lama sekali aku tidak mengirup udara dengan bebas. Park Jiyeon mengurungku terlalu lama." Gerutu gadis itu meregangkan tubuhnya seolah otot-ototnya terasa kaku. Sosok gadis itu bukanlah Jiyeon yang sebelumnya, melainkan sosok lain Jiyeon bernama Kim Rian. Sosok yang telah tertidur selama kurang lebih empat tahun sejak kemunculannya yang terakhir.

Rian berjalan menuju cermin dan melihat pantulan dirinya di sana, lebih tepatnya pantulan tubuh Jiyeon yang saat ini dia kuasai. Rian meraba wajahnya, memperhatikan wajah yang sudah tampak lebih dewasa dari empat tahun lalu.

"Seperti dugaanku, Jiyeon sangat buruk dalam berpenampilan. Astaga melihat wajahnya ini membuatku frustrasi! Tidak heran Jiyeon masih jomblo hingga usia 17 tahun." Cibir Rian pada bayangan di cermin, dia geleng-geleng kepala.

"Tapi semuanya sudah berakhir. Kim Rian sudah kembali untuk merubah wajah kaku ini menjadi primadona sekolah." Ucap Rian tersenyum manis hingga membuat matanya membentuk bukan sabit.

"Jeon Jungkook! Tunggulah aku akan datang padamu." Katanya senang.

Setelah mengatakan itu, Rian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Gadis itu sudah mempunyai segudang rencana untuk hari pertama kebangkitannya.

Lima belas menit kemudian, gadis itu sudah keluar dengan handuk putih yang melilit tubuhnya sambil bersenandung. Rian membuka lemari pakaian dan mengambil pakaian dalam untuk dipakai.

"Tck ... bahkan selera pakaian dalamnya buruk sekali seperti anak SD." Rian geleng-geleng melihat sepasang pakaian dalam dengan motif polkadot. Dengan sangat terpaksa Rian memakainya. Gadis itu kembali tercekat saat melihat koleksi pakaian Jiyeon. Dia tidak percaya akan selera fashion Jiyeon yang terlalu buruk.

"Apa-apaan ini? Hanya ada t-shirt dan celana jeans? Apa dia itu seorang wanita? Benar-benar lebih buruk dari yang kubayangkan." Omel Rian lagi, gadis itu mengambil t-shirt berwarna putih dan hot pants pink untuk dikenakannya.

"Setidaknya ini yang terbaik yang dia punya." Cibir Rian lagi, setelah berpakaian gadis itu menuju meja rias yang ada di sana. Lagi-lagi gadis itu menghela napas panjang.

"Yah ... Jiyeon tidak mungkin punya alat make-up bukan? Apa yang kuharapkan?" Ucap Rian meraih cream pelembab wajah sedikit dan sebuah lipbalm milik Jiyeon.

"Tidak terlalu buruk, kau memang mempesona Kim Rian bahkan tanpa make-up sekalipun." Ujar gadis itu pada dirinya sendiri, Rian tersenyum puas melihat penampilannya di cermin.

"Baiklah sudah saatnya bersenang-senang." Rian mengambil dompet Jiyeon yang penuh dengan uang tunai serta credit card yang jarang gadis itu gunakan. Padahal orang tuanya selalu mengirimkan uang bulanan yang lebih dari cukup.

🍁🍁🍁

Tempat pertama yang Jiyeon datangi untuk menghabiskan uang Jiyeon adalah salon. Rian melakukan serangkaian perawatan tubuh juga merubah gaya rambutnya yang terkesan kuno bagi Rian. Rambut hitam Jiyeon dirubah menjadi light brown, membuat wajah Rian semakin bersinar. Poni yang sebelumnya menutupi dahinya, disingkirkan kearah samping membuat penampilan Rian sangat manis.

"Bagaimana? Apa kau puas Nona?" Tanya pegawai salon pada Rian.

"Eoh. Sesuai harapanku." Rian tersenyum, setelah itu memberikan kartu kreditnya untuk membayar semua biaya make over-nya barusan.

Setelah tampil cantik, Rian kembali menjelajahi sebuah pusat perbelanjaan, Rian memasuki toko pakaian dan mengambil apa saja yang di rasa cocok untuknya tanpa berpikir soal harga.

Tabungan Jiyeon akan benar-benar terkuras, namun Rian tidak memusingkan hal itu sama sekali. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mempercantik diri semaksimal mungkin.

Setelah membawa banyak tas belanjaan, Jiyeon kembali memasuki toko sepatu dan juga toko kecantikan untuk membeli beberapa keperluan make-up yang dia perlukan.

Setelah selesai berbelanja, Rian kembali melajukan mobilnya ke sebuah cafe untuk sekedar melepas lelah di sana. Mobil yang sebenarnya merupakan hadiah ulang tahun Jiyeon dari kedua orang tuanya saat gadis itu berusia 17 tahun kemarin tapi gadis itu lebih suka naik bus pergi ke sekolah. Dasar aneh!Pikir Rian.

"Caramel machiatto dan brownis keju." Ucap Rian kepada pelayan yang menghampirinya.

"Baik tunggu sebentar."

Setelah pelayan meninggalkannya, Rian mengeluarkan smartphone Jiyeon dan mulai melihat sosial media gadis itu. Rian bermaksud mencari informasi mengenai Jeon Jungkook. Senyum terukir di bibir cherry Rian saat beranda SNS milik Jiyeon dipenuhi dengan kabar mengenai pesta ulang tahun si pengeran sekolah Jeon Jungkook.

"Jadi kau seorang pangeran sekolah. Tidak sulit menemukanmu." Rian seringai penuh kemenangan itu terukir jelas di bibir indahnya.

"Pesta ulang tahun malam ini, aku pasti akan datang untukmu Jeon Jungkook." Kata gadis itu lagi penuh keyakinan. Rian kembali membaca informasi mengenai pesta Jungkook malam nanti.

"Uhh ... butuh undangan khusus agar bisa masuk ke sana. Ahh itu masalah kecil akan kupikirkan nanti." Rian tersenyum lagi, begitu pesanan datang dia langsung meletakkan smartphonenya dan mulai menikmati hidangan favorit yang sudah lama tidak memanjakan lidahnya.

Tiba-tiba smartphone itu kembali bergetar menandakan ada pesan masuk. Rian membaca pesan itu, dari Wong Lucas.

@Cutie_Lucas

Bagaimana keadaanmu?

Rian menautkan kedua alisnya bingung. Memangnya Jiyeon kenapa? Sakit?

@Jiyeon2

Aku baik-baik saja bibir tebal.

Balas Rian.

@Cutie_Lucas

Tumben kau memanggilku begitu?

Rian memilih tidak membalas pesan dari Lucas, bagi Rian dia tidak ada urusan dengan lelaki yang menjadi sahabat tubuh yang dia gunakan saat ini. Rian lebih tertarik pada brownis kesukaannya.

TBC

avataravatar
Next chapter