webnovel

Annaya & Takdirnya

Annaya terlahir sebagai gadis yang berparas cantik dan menawan, dia tumbuh sebagai pribadi yang ceria dan penuh cinta kasih untuk orangtu dan kedua kakaknya. Kebahagiaannya kian sempurna saat di nikahi pria tampan, cinta pertama yang sedari remaja sudah menjadi kekasihnya. Pria itu menjadi suami yang begitu memujanya, seolah dia adalah ratu. Limpahan cinta dan kasih pria itu suguhkan untuk Anna. Hidup berkecukupan secara materi dan cinta membuatnya tidak mengenal airmata kesedihan, sesempurna itulah hidup seorang Anna. Namun ternyata hidup tidak seindah dan sebahagia yang dia rasakan selama ini. Semua kebahagiaan runtuh saat orang yang paling di cintainya pergi meninggalkan Dunia dan dirinya dengan cara yang paling tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Ya … sosok itu adalah suaminya. Dan almarhum suaminya meninggalkan wasiat yang mencengangkan. Dan wasiat itu harus di patuhinya. Bagaimana bisa Anna hidup tanpa suaminya? Serta bagaimana bisa Anna mematuhi wasiat terakhir suaminya? Ikuti kisah nya di novel "Annaya & takdirnya". Mohon dukungan nya ya ini tulisan pertama aku semoga kalian suka.

Ardhaharyani_9027 · Urban
Not enough ratings
530 Chs

Papa Kekurangan Kasih Sayang Mommy

Dalam ruangan gym yang ada di mansionya, Sebastian menyetel kencang treadmil untuk meluapkan emosinya.

Ia berlari seolah ingin pergi jauh dari apa yang ia hadapi saat ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia sulit mengahadapi sesuatu dan itu adalah Anna.

Ingin menjauh tapi hatinya ingin mendekat, ia tidak bisa melihat wanita itu menangis, tapi ia juga tidak bisa menahan ucapan kejam dari mulutnya untuk tidak ia tumpahkan pada Anna.

Apalagi melihat Anna yang begitu erat menggenggam erat bandul kalungnya, seperti sedang menggenggam sumber kehidupannya, dan Sebastian cukup tau benda apa itu.

Anna begitu mempengaruhi pengendalian diri dan hatinya begitu kuat saat ini, dan mungkin selamanya.

Anna adalah objek yang membahayakan sekaligus objek yang begitu ia inginkan di Dunia ini.

***

Anna menangis tersedu di dalam hujan yang saat ini mengguyur malam dengan derasnya, isakan dan jeritannya saling bertautan dengan suara hujan dan petir.

Hatinya begitu sakit mendengar ucapan pria itu, dan ia tidak akan sanggup jika Brayn di jauhkan darinya.

Pria itu kenapa begitu tega, apa salahnya. Ia hanya ingin hiduup damai sembari mejadi seorang ibu yang merawat putranya.

"Fateh bagaimana ini, pria itu tidak akan main-main pada ucapannya," lirih Anna di sela tangisannya.

"Aku tidak ingi jauh dari anak itu, sampai matipun tidak. Tolong aku."

***

Sebastian tergelatak lemah sambil menatap langit mansion yang ada diruangan itu.

Tatapan yang tersirat rasa sakit luar biasa, kesepian yang mendalam, semua terasa malam ini.

Hatinya kembali nyeri setiap kali ia mengingat Anna dan segala yang terjadi, bagai kaset rusak yang terus berputar di kepalanya, belum lagi rasa bersalah di masa lalu yang terus menghantuinya bagai bayangan kelam.

Tidak ada yang tau seberapa keras Sebastian melawan itu semua, tidak ada yang tau kelelahan hatinya, tidak ada yang tau seberapa sulit ia menjalani hidup dengan rasa bersalah di dalam hati. Dan sekarang ia harus menanggung luka Anna.

Kenapa ia harus menanggung semua rasa sakit orang lain, kenapa ia harus menjadi lampiasan atas sesuatu yang tidak ia lakukan, kenapa harus dirinya. Itulah pertanyaan yang selalu ada di benaknya.

Ia tidak mempermalashkan jika semua manusia yang ada di Dunia ini membenci dan menolak dirinya, tapi ia tidak akan terima jika Anna juga menjadi bagian dari mereka. Anna begitu ia inginkan melebihi apapun saat ini.

***

Anna bangun kesiangan, jadi dengan segera ia pergi ke pantry untuk menyiapkan bekal Brayn seperti biasa, tapi ada hal yang berbeda pagi ini.

Saat ia melewati kamar Brayn dan ingin menyapa anak itu, ada pengawal yang melarangnya masuk, terdengar suara Brayn yang menolak bantuan dari Babysitter.

Sebastian tidak main-main pada ucapannya, ia melakukan itu tanpa membuang waktu. Ia benar-benar menjauhkan Anna dari Brayn, saat Anna ingin menemuinya tapi ia tidak menemukan keberadaan pria itu.

Rei merasa ada yang terjadi dengan Bos dan Nyonyanya, ia bertanya-tanya dalam hatinya, apa ini da hubungannya dengan makan mi ayam tempo hari, tapi terlihat Bosnya tidak mempermaslahkan hal itu.

"Nyonya maaf," ucap Rei sopan saat ia mendekati Anna, wajah Nyonyanya tampak kebingungan.

"Untuk?" tanya Anna yang tersadar dari kebingungannya.

"Karena saya ajak Nyonya dan Tuan muda makan mi ayam, anda dapat masalah dari Bos," jawabnya dengan wajah tertunduk.

"Tidak ada hubungannya dengan itu," jawab Anna tenang, lalu ia menuju pantry seperti awal niatnya tadi.

Wajah murung Bryan membuat hati Anna gundah, ia melihat jika Brayn tidak nyaman di layanani oleh pengasuh yang masih terlihat sangat muda.

"Kamu tidak lihat? putraku tidak nyaman," ucap Anna dingin pada pengasuh itu.

"Maaf Nyonya tapi ini perintah dari Tuan, kalau Saya harus melayani Tuan muda, meski ia menolak." Pengasuh ini terlihat berani dan tidak merasa takut pada Anna.

"Pergi," perintah Anna.

"Saya tidak berani melanggar perintah Tuan," jawab pengasuh itu dengan menggeleng pelan.

"Menjuhlah, biarkan Brayn makan sendiri. Jika ia butuh bantuan pasti akan ia katakan," ucap Anna pelan.

Dirinya tidak perduli jika pengasuh ini berani padanya, yang ia cemaskan saat ini kenyamanan putranya.

"No problem Mom," ucap Brayn sambl tersenyum kaku.

Anna merasakan perubahan pada diri Brayn. 'Apa putranya ini juga di tekan oleh pria itu' batin Anna.

****

"Kak Rei, bagaimana actingku bagus tidak?" bisiknya saat sudah berada di dalam mobil.

"Hah!" seru Rei. Lalu ia menetralkan diri karena Bryan menatapnya penuh peringatan.

"Jadi anda beracting? Untuk apa?" tanya Rei pelan. Ia sedikit menundukkan kepalanya sambil tetap fokus pada jalanan.

"Aku tau Papa dan Mommy pasti sedang ada masalah, jadi aku akan buat mereka baikkan," jelasnya pada Rei.

"Maksud anda?" Rei bingung dari mana balita ini tau kalau orangtuanya sedang bertengkar.

"Tadi pagi saat Paman Smith mengenalkanku pada pengasuh ini, ia bilang mungkin Papa cemburu padaku."

"Ya Tuhan Smith," geram Rei dengan gigi terkatup. Seniornya itu memang terkadang isi otaknya hanya sampah.

"Kenapa dia bisa mengatakan hal itu?" tanya Rei  penasaran.

"Entahlah," jawab Brayn sambil mengedikkan bahu kecilnya.

"Lalu apa sebabnya Bos cemburu?" tanya Re lagi.

"Papa kekurangan kasih sayang Mommy," jawabnya yakin. Rei ingin terbahak dengan jawaban Tuan mudanya.

Sudah pernah ia katakan sebelumnya kan jika balita ini memiliki pikiran lebih cerdas dari anak seusianya.

"Apa itu Smith juga yang katakan?" tanya Rei.

"Tidak. Itu hasil pikiranku sendiri." Masih dengan berbisik ia mengatakan semua itu pada Rei. Ia tidak ingin pegasuh barunya itu mendengar hal rahasia ini, ia hanya percaya pada Rei yag ia anggap kakak dan satu-satunya teman.

Tapi sekarang Smith telah masuk kedalam kandidat calon teman barunya.

****

Anna seperti orang bingung pagi ini, ia tidak tau harus melakukan apa, bahkan harus memikirkan apa. Ia tidak menyangka Sebastian benar-benar melaksanakn apa yang ia ucapkan. Lagi pula pria itu mana mungkin main-main pada ucapannya.

Bagi Anna pria itu sama seperti malaikat maut yang bisa mencabut nyawa orang kapan saja, Anna bukan tidak paham jika pria itu merasa sakit atas ucapannya, tapi semua itu juga ia ucapkan karena pria itu yang memancing emosinya lebih dulu, menabur garam di lukanya yang masih basah.

Tanpa ada hati, pria itu mengatakan jika duka yang ia rasakan itu karena dirinya sendiri, manusia gila mana yang mau membuat duka untuk hidupnya sendiri.

Kepala Anna semakin pusing memikirkan itu semua, saat ini yang menjadi kegelisahannya adalah perubahan sikap Brayn padanya.

Anna tidak tau jika balita tampan itu sedang menyusun rencana untuk kedua orangtuanya, ia tidak akan membiarkan orangtuanya bertengkar terlalu lama, dan salahkan Smith yang meracuni pikiran polosnya.

Hallo semua, Aku brayn :) makasi ya aunty dan uncle, masih setia sama cerita ini, semoga kita semua selalu bahagia ya. Amiin.

Ardhaharyani_9027creators' thoughts