webnovel

Angel Who Don't Have Wings

Kesalahan terbesarku yaitu jatuh cinta terhadap roh yang sedang aku giring menuju gerbang pengadilan. sehingga aku di hukum dengan diasingkan kebumi dan juga sayapku di penggal serta dipajang di sebuah patung dilingkungan tempat tinggal para malaikat. Kejadian demi kejadian aku lalui dibumi tanpa keberdayaanku menghadapinya, tetapi aku yakin pertolongan akan selalu ada bagi yang memerlukannya, saat aku merasakan hanya penderitaan muncul seseorang yang membuatku menjadi lebih semangat dan fokusku ke depan untuk menjaganya, begitu juga dengan teman dan keluargaku dibumi.

Omnihara · Fantasy
Not enough ratings
382 Chs

Bagian 19: Bocor dan Seperti Nyamuk

Mike dan Justin sibuk membicarakan keputusan rektor yang mendadak, terkadang mereka penasaran dengan wajah sang rektor yang membuat keputusan tersebut karena sejak mereka masuk perkuliahan belum pernah sama sekali melihat wajah rektor mereka. Bahkan untuk foto beliau tidak pernah terpajang di website universitas ataupun didalam kampus. Mereka mencari dari internet hanya terpajang foto sang rektor yang hanya memakai jubah panjang sampai menutup kakinya, wajahnya tertutup oleh masker sampai dekat bawah mata dan memakai topi.

"Aku penasaran, bagaimana wujud dia." Mike terus menscroll layar handphone miliknya.

"Iya ya, beliau gak pernah kelihatan. Semua foto yang tersebar misterius." Justin yang duduknya sekarang menempel ke Mike sambil menatap layar handphone temannya tersebut.

Mike melirik ke arah Justin.

"Geser, geser, deket banget, takut aku hilang ya ? Uwu sekali temanku ini, aku terharu." Mike mengambil ancang-ancang untuk memeluk Justin.

"Idih, kepedean banget sih." Justin menyentil dahi Mike dan duduk menjauh dari Mike.

"Aw, gitu banget. Kalau masuk asrama nanti sekamar ya, aku gak mau ah sama yang gak kenal." Mike menyomot donat kembali.

"Iya, kalau kita milih sendiri." Justin meneguk air di dalam botol miliknya.

Hari mulai siang, jam dinding menunjukkan telah jam 1 siang. Mama dan adik Justin belum juga kembali.

"Emak sama si adek kok belum pulang ya ? Lupa tadi nanya mereka kemana." Justin mengambil handphonenya dan segera mencari nomor mamanya lalu ditekannya layar handphonenya yang terdapat simbol telepon.

"Sabar aja napa bro. Mungkin si tante belanja makanya lama, kayak emak aku tuh kalau belanja 3 jam paling cepet, muter sana muter sini." Mike menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Iya ya, panggilanku juga gak di angkat sih." Justin meletakkan kembali handphonenya di atas meja.

"Ngomong-ngomong nih ya, hubungan kau sama Vera gimana ? Lancarkan ?" Mike membetulkan duduknya menjadi menghada Justin.

"Lancar dong hohoho, Vera sering disuruh mama ke sini, diajari masak, sering lagi belanja bersama. Makin lama tuh anak kok makin canti ya aw aw aw aw." Justin mesem-mesem sambil menggigit boneka kepunyaan Asley.

Selama kenal dengan Justin, baru kali ini ia melihat temannya tersebut tergila-gila seperti sekarang ini.

"Kasihan tuh boneka kena rabies." Mike menatap boneka yang di gigit Justin dengan wajah kasihan. Justin melihat temannya tersebut langsung memiliki pikiran yang usil.

"Nyohh..hahaha." Justin melemparkan boneka tersebut ke arah Mike sambil tertawa.

"WEI! JIJIK HEH!" Mike dengan sepontan meloncat ke sofa disampingnya sedangkan Justin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Mike. Mike yang tidak terima turun dari sofa dan memberikan balasan ke pada Justin dengan menggelitikin pinggang serta perutnya karena Justin tidak tahan geli.

"Bahahaha, lepasin hahaha." Justin menggeliat sambil tertawa, rasa geli yang luar biasa menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Rasakan, lagian siapa suruh jahil sama aku ?" Mike terus menggelitiki perut dan pinggang Justin dengan gantian.

"Ampun lah, ampun hahahaha, sudah Mike ahahaha." Justin terus menggeliat sambil tangannya berusaha menghalangi tangan Mike untuk terus menggelitikinya.

Efek dari kelemaha Justin hanya mama dan adiknya yang mengetahui jikalau Justin digelitiki dalam waktu yang sedikit lama maka akan mengakibatkan banjir kecil.

"Yaa!!! Hentikan." Justin berteriak sambil tertawa, tanpa sadar sebuah aliran air merembes dari celana Justin.

"Hei, hei, kau ngompol ?" Mike berhenti dan menahan ketawanya, diwaktu yang bersamaan seorang wanita yang dicintai Justin masuk kedalam rumah. Vera melongo dan seketika menahan tawanya melihat Justi yang telah berdiri dan bagian tengah celananya basah, Vera menutup wajahnya dan menahan tawanya.

"V-Vera..."Justin terbata-bata dan langsung berlari ke lantai atas menuju kamarnya untuk bersih-bersih dan mengganti celananya.

Setelah Vera duduk di sofa, ia bertanya kepada Mike kenapa Justin mengompol sambil ia tertawa melihat orang yang belum genap sebulan menjadi pacarnya tersebut.

"Kak, kenapa kak Justin bisa ngompol ?" Verapun tertawa kecil.

"Oh itu tadi aku menggelitikinnya karena tadi dia menjahiliku. Tapi aku gak tau kalau bakalan sampai ngompol hahaha." Mike tertawa lepas dan kuat.

"Ish, kak Mike jahat banget, kasihan tau jadi malu tuh kak Justin, mana tadi aku ngeliatnya lagi." Vera iku tertawa mengingat kejadian tadi. Saat tertawa Vera tidak sengaja menatap ke arah dapur dan melihat seorang wanita berjalan dengan cepat.

"Kak, Asley di dapur ya ?" Tanya Vera kepada Mike.

"Ha ? Enggak, tadi dia pergi sama mamanya si Justin dari pagi. Kenapa ?" Mike menyodorkan piring berisi donat kepada Vera.

"Makasih kak, kakak yang beli ?" Vera mengambil satu dan memakan donat tersebut.

"Bukan, Justin yang beli. Mana anak itu ya kok belum turun juga." Mike mengedarkan pandangannya ke tangga menuju kamar Justin lalu berteriak memanggil yang punya rumah, "JUSTIN LAMA AMAT DI ATAS."

"SABAR DONG, LAGIAN ULAH SIAPA HAH?" Justin kembali menjawab dengan berteriak.

"Kak, aku kekamar mandi dulu ya." Vera beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk kedalam toilet. Tinggallah Mike sendirian sambil menonton tv, perasaan Mike tidak tenang karena ia merasa dari belakang dirinya ada yang lewat dengan sangat cepat. Ia memutar kepalanya menlihat kebelakang tapi tidak mendapati siapa-siapa.

"Liat apa sih ?" Justin berbicara dekat dengan telinga Mike dan wajahnya sudah berada disebelah Mike.

"AAA!" Mike berteriak kaget dan mundur ke pinggir sofa, "Bisa gak sih, munculnya gak pakai ngejutin ?" Mike menatap Justin kesal.

"Santai aja dong, padahal biasa main obrak abrik rumah orang aja." Justin berdiri dan membetulkan bantal sofa, "Oiya, si Vera kemana Mi ?" Justin berjalan kedapur sambil membawa botol yang telah kosong dan mengambil sebuah teko dan 3 buah gelas lalu kembali ke ruang tv kembali, ia meletakkan teko dan gelas di atas meja.

"Di kamar mandi, mungkin lagi bongkar muat." Mike menuang air kedalam gelas dan meneguknya.

"Oh, aku cek dulu." Justin berjalan kearah kamar mandi yang berada di dekat tangga menuju kekamarnya.

"Vera, kamu gak apa-apa ?" Justin mengetuk pintu toilet sambil berbicara kepada orang yang berada di dalam toilet.

" Gak apa-apa kak, sebentar lagi siap." Vera kembali menyisir rambutnya di depan kaca dan memakai lipstiknya dengan cepat, lima menit kemudia ia keluar dari kamar mandi dan duduk di sebelah Justin.

"Lama banget ? Sakit perut ?" Justin menatap Vera.

"Enggak kok kak, tadi cuma rambutku sedikit kusut aja." Vera tersenyum ke Justin.

"Maaf." Justin membenarkan duduknya menghadap Vera kemudia ia mendekatkan wajahnya ke Vera.

"K-Kak Justin ?" Terdengar suara Vera yang terbata-bata dan Vera menutup matanya erat, sedangkan Mike melihat mereka dengan mulut terbuka lebar.

"Suutt." Justin tersenyum lembut kepada Vera lalu meghapus lipstik Vera yang lebih di sudut bibirnya.

"KU MENANGIS, MEMBAYANGKAN...BETAPA TEGANYA DIRIMU KE PADA DIRIKU UWO UWO." Mike bernyanyi dengan suara cemprengnya.

Vera dan Justin langsung menatap Mike dan mereka tertawa dengan kuatnya, Justin kebali duduk seperti bisa.