1 Chapter 0: Asal Mula Dua Bulan (1/3): Suatu Hari di Bulan Biru.

Suatu hari di bulan biru.

Ada sebuah pulau yang memandang kembali bulannya. Pulau tersebut memiliki warna merah dari jejak dosa penghuninya. Hanya sang bulan biru yang mengetahui warna asli pulaunya. Dari luar, terlihat seperti pulau biasa dengan luas areanya 1.400 km2, populasi berjumlah 50.000 orang yang akan terus berkurang jumlahnya. Dari langit, pulau tersebut terlihat seperti titik berbentuk indah bagaikan bulan purnama, menatap balik sang bulan biru. Seperti titik di akhir paragraph, tempat itu jugalah destinasi terakhir para penjahat yang merasa telah melihat titik akhir mereka dalam hidup mereka yang penuh dengan kesalahan setelah diasingkan oleh sang gubernur dalam hukum mereka. Sebuah pulau terisolasi. Mereka menamakan pulau ini "Rubrum Luna"―disingkat sebagai Ruluna oleh penghuninya.

Selamat datang di kampung halamanku!

Ruluna dipenuhi dengan berbagai jenis orang yang penuh dengan [Keserakahan], [Kemalasan], [Kesombongan], [Hawa Nafsu], [Kerakusan], [Iri Hati], dan [Kemarahan]. Karakteristik penuh warna ini bukanlah apa – apa melainkan sebuah identitas.

Terisolasi dari dunia luar, seorang harus membatasi ambisi mereka untuk menonjol, bahkan dengan mengorbankan kehidupan yang berwarna. Karena di sinilah dimana semua 'itu' menjadi tidak berarti ketika nyawa adalah taruhannya. Untuk memekarkan bunga di tanah ini, 'Kekuatan' adalah kuncinya. 'Kekuatan' mengubah takdirmu. 'Kekuatan' adalah segalanya

Hidup di sini tidak berbeda dengan hidup di alam liar, mengikuti aturan yang sama dan rantai makanan yang sama. Penghuni naif akan selalu menjadi korban penjahat kecil. Penjahat akan selalu berada di tangan bos mafaia besar. Dan semua bos mafia ini hidup dalam isolasi di bawah pengawasan mereka yang mengaku sebagai Pemerintah. Semua manusia itu sama secara fisik. Tetapi 'kekuatan' mereka diukur dari kualitas dan kuantitas benang boneka mereka.

Dosa manusia tidak mengenal batas. Bahkan setelah menjadi predator tertinggi, mereka masih menginginkan lebih. Mereka ingin merusak aturan dari semua makhluk hidup. Mereka tetap ingin menjadi "Satu di Atas Segalanya". Dan kunci rahasia untuke mencapai itu terdapat di sini, di permukaan bulan merah.

Kekuatan Ilahi.

Merupakan pemberian dari Tuhan dan Iblis.

Merupakan berkah dan kutukan untuk umat manusia.

Hukuman dan hadiah atas tindakan manusia.

Kunci menuju kedamaian dan kehancuran dunia.

Tak ada yang benar - benar tahu bagaimana cara kekuatan ilahi bekerja. Tapi mereka tahu itu bisa didapatkan. Mereka tahu itu nyata. Karena . . .

"Aku hidup."

"Lahir di pulau ini, aku telah menjadi personifikasi manusia dari pulau ini. Mataku adalah buktinya.

"Bergairah untuk bernafas, aku menghangatkan diri dengan noda merah dan mengambil semua nilai berharga yang mereka tinggalkan. Namun hatiku tetap tidak puas, juga tidak terasa hangat.

"Untuk memuaskan hatiku, aku berdiri di atas segalnya dan memuji diriku dengan melindungi yang lemah dari sang; Aku menghancurkan rantai makanan ini. Namun akum eras jijik sebagai manusia dan karena menjadi manusia.

"Dipenuhi dengan kejijikan ini, Aku terus berlari di jalan penghancuran diri yang duniawi ini dengan harapan untuk suatu hari nanti, aku akhirnya berada dalam tenang. Namun aku ingin tetap hidup."

Siklus kehidupan ini terus berputar tanpa akhir. Aku terus berlari di jalan ini. Karena jika aku berhenti, itu akan menjadi akhir untukku. Satu – satunya hal yang terus mendorongku di dunia ini adalah satu tujuan untuk mencapai garis akhirku. Tapi tidak lagi bagiku untuk menengadah di puncak rantai makanan. Siklus duniawi ini sungguh membosankan, dan kebosanan itu menyedihkan.

Namun aku tidak menyesalinya, Sebagai satu – satunya makhluk di puncak segala makhluk hidup, itu membuatku merasa istimewa. Itu memuaskan hatiku. Untuk menyadari dan menyambut cahaya di ujung terowongan, itu menghangatkan perasaanku. Aku bersyukur telah memiliki kesempatan untuk mengambil jalan ini. Aku akan berlari menuju akhir dari pulau bebal. Karena di akhir jalan ini, aku menemukanmu.

avataravatar
Next chapter