webnovel

BAB 1: FADE AND COME

FF ini MPREG || Bukan Omegaverse, tapi mpreg aja (Dan jangan tanya asalnya gimana. Karena kali ini Ren sengaja membuat kisah tanpa logika. Pengen tahu rasanya, padahal biasanya hal ini sangat Ren pedulikan) Alurnya terngiang-ngiang di kepala Ren, walaupun tema pasaran. Semoga suka.

Berada di umur 34, sukses, dan memiliki kekasih cantik. Mile tidak memiliki target apapun selain menikah pada tahun itu. Meski belum melamar, Mile sudah mempersiapkan segala sesuatunya, jadi tinggal nanti memberikan kejutan kepada Gulf. Dia harap sang kekasih bisa memberikan jantung hatinya secara utuh. Bahkan bayangan memiliki momongan sudah tergambar dalam kepala arsitek-nya itu. Hmm, pasti mereka akan sama indahnya dengan dirimu, pikir Mile sembari membelai foto si lelaki manis.

Saat Gulf mendadak ingin bertemu di kafe pada akhir pekan, Mile malah bahagia mendengar kabar darinya. "Apa? Hamil? Sungguhan?" tanyanya dengan wajah penuh hiasan senyum.

Gulf, aktor muda yang baru merintis itu mengulurkan test-pack-nya dengan wajah sama bahagia. Dia membuat Mile makin gemas karena benda itu benar-benar garis dua, lalu menggenggam tangannya. "Hmm, Mile ...." katanya malu karena sang kekasih menciumi jemarinya.

"Bagus, bagus! Kebetulan aku sudah punya cincinnya," kata Mile dengan mata yang berbinar-binar.

Dia merasa seolah-olah janin itu merupakan kado terindah dalam hidupnya. "Dekorasi, desain undangan, rumah--ya walau belum selesai. Tapi aku menggarapnya sendiri dengan beberapa teman. Mereka dari Teknik Sipil. Sangat baik. Dan ikut membantuku merencanakan selama ini. Terima kasih, Gulf. Aku sangat bersyukur."

Sayang, dalam senyum Gulf Kanawut. Berikutnya disertai air mata bening. Mile sampai panik karena lelaki yang dicintainya menangis, padahal wajahnya tampak gembira. "Gulf, Baby. Kenapa?"

Gulf pun memohon maaf karena test-pack itu sebenarnya sudah ada sejak 2 bulan lalu. Dia sekarang memasuki bulan ketiga, hanya saja tetap ramping karena perawakan mungil. Mungkin, karena Mile punya kerjaan penting di luar negeri beberapa pekan ini, dia tidak memperhatikan Gulf lebih baik. Namun, sebenarnya perut lelaki itu mulai membuncit daripada yang sudah-sudah.

"Ini bukan bayimu, Mile. Dan aku memberitahu sekarang karena kau terlalu baik," kata Gulf. Masih dengan air mata yang bercucuran, tapi suaranya sama sekali tak goyang. Mungkin Mile bisa membayangkan ekspresinya hanyalah akting, tapi jika mata Gulf ikut memerah--apakah seseorang masih tak percaya pada kesedihan di dalam hatinya?

"Apa?"

"Aku tahu kau mempersiapkan segala-galanya, tapi tahu hamilku ini bukan darimu, sudah cukup," kata Gulf. "Aku tidak bisa membiarkan dirimu terbohongi semakin lama. Mile, aku ingin bilang terima kasih sudah sabar mengasuh siswa miskin sepertiku. Bahkan tidak meniduri hingga umurku cukup--" suaranya tersendat sekarang. "Kau juga membiarkanku berkreasi ke sana kemari. Kau mendanai ini dan itu, tapi mau sampai kapan kujadikan dirimu bank uang? No, aku ingin kau bahagia dengan orang yang tepat."

Sore itu, segalanya pun menguap begitu saja di udara. Mile baru tahu Gulf dijodohkan orangtuanya sejak dulu, tapi dia tidak pernah mau (padahal dulu Gulf bilang dia anak panti asuhan yang merantau saja).

Semua karena Gulf benci calonnya yang suka kasar, jadi melarikan diri dari rumah mewah mereka ke kota lain. Dia bertemu Mile di saat butuh uluran tangan, biaya hidup, dan masih harus melanjutkan pendidikan. Jadi, Mile menadahi semua itu. Namun, sekarang Gulf baru mengaku beberapa bodyguard gencar mencarinya atas keinginan orangtua--juga calon mertuanya sejak beberapa bulan lalu. Mereka terus datang saat Mile punya kerjaan penting, apalagi projek desain gedung-gedung dia rumit.

Mile digandeng beberapa perusahaan penting untuk merancang aset mereka, dan gaung namanya sudah dikenal mancanegara--setidaknya untuk seni bangunan gaya Asia. Maka tidak heran jika kesibukan itu membuat Gulf tidak berani mengganggu. Bahkan saat dirinya diperkosa calon suaminya beberapa kali, Gulf hanya cerita ke teman dekat. Dia takut membuat Mile kecewa mengingat senyum kekasihnya murni.

Di Bandara Suvarnabumi, Bangkok. Keduanya berpeluk dalam kondisi Gulf sudah isi, tapi Gulf butuh waktu untuk kuat hati mengatakan yang sebenarnya. Dan darimana dia tahu itu bukan anak Mile? Ya karena timing waktunya terlalu persis.

Mile belum menyentuhnya lagi dalam 4 bulan terakhir. Setidaknya hingga sampai hubungan intim. Kekasihnya itu terlalu hati-hati saat merawat Gulf, jadi dia berpikir masak-masak sebelum melakukannya. Tapi sekarang di sinilah dia. Ditinggalkan di depan cafe. Dengan Gulf yang pergi dalam sebuah taksi tua. Dia djemput pria bernama Mew depan sebuah toko perhiasan. Dan hal itu membuat Mile menghentikan mobil audinya.

Oh, Mew menyadari aku ada di sini, pikir Mile saat tidak sengaja bertatapan dengan si calon Gulf dari balik kaca mobil. Jika ditanya bagaimana perasaannya waktu itu, sebenarnya Mile ingin melabrak atau main pukul dengan Mew andai tega. Namun, karena di belakangnya ibu Gulf baru muncul, rasa hormat Mile akan penjagaan perasaan wanita itu menyeruak keluar. Bagaimana pun, dia sudah kehilangan sang putera lama sekali. Hampir 6 tahun jika dihitung sejak Mile kenal Gulf. Dia pasti sedih karena tidak tahu pertumbuhan Gulf sejauh ini, tahu-tahu puteranya sudah jadi pemuda yang hampir lulus S1, tapi tetap memelototi mobil Mile.

Gulf sendiri menyeret ibunya masuk segera karena tak mau konflik. Dia sudah memilih karena ini demi keluarga, dan takkan membiarkan Mew mengecam orangtuanya untuk kedua kali dengan alasan hutang budi.

Ah, tentu saja tidak mudah melewati hari-hari sejak saat itu. Mile sempat mabuk pada hari pertama, lalu mengacaukan pekerjaannya pada hari kedua. Dia frustasi, tapi berusaha merelakan. Lalu menemukan seorang lelaki menangis malam-malam pada hari ke tujuh.

"Kau benar-benar tidak menginginkan dia?" tanya lelaki itu pada sosok brengsek di depannya. Kemungkinan mereka adalah pasangan, tapi Mile melihat bullying yang lebih parah daripada yang Mew lakukan.

Masih baik Mew bertanggung jawab atas bayi yang Gulf kandung. Itu hasil perbuatannya tapi dinikahi, lain cerita dengan si manis berkulit cokelat halus.

PRAKH!

Lelaki itu dilempar segepok uang dari dompet agar menggugurkan janin yang dikandungya. Dia juga sempat dicekik untuk dijejali ATM, lalu disuruh pergi ke dokter sendiri karena jijik. Kata pria itu, "Bedebah! Aku takkan mengakui dia anakku! Kau saja yang pelacur, kan? Gila! Kau pasti tidur dengan orang lain sebelumku!"

Apapun kebenarannya, yang pasti Mile tidak toleransi pada pembunuhan. Dia murka karena cekikan itu berlanjut, lalu membalik bahu si brengsek untuk menghajarnya.

JDUAGH! BRAKH!

"ARRGH! KEPARAT!" maki pria itu karena rahangnya mendadak ditinju. Dia pun berkelahi dengan Mile hingga orang-orang dari kejauhan mendekat, tapi semuanya berlanjut hingga Mile puas. Demi Tuhan! Masih bagus Mile bisa melampiaskan rasa kesalnya yang sudah menumpuk seminggu. Dia pun menjadikan peristiwa ini sebagai gantinya main samsak, bahkan membuat target pingsan di tempat dalam keadaan yang babak belur.

"Hahh, hahh, hahhh ...." Diantara napas yang tersengal-sengal, Mile pun melihat orang-orang mendukungnya. Semua karena si hamil tampak kecewa, dan ekspresi cantiknya bisa dibaca dengan mudah bahwa ini memang salah pacarnya. "Jadi, apa kau tak apa-apa?" tanya Mile setelah seseorang menelpon ambulans. Dia pun memastikan semuanya baik, walau lelaki manis tersebut malah berlari.

"AAAAAARRRGGHHH!"

Dia berteriak setelah memungut segepok uang dari tanah di bawah kaki mereka. Melemparnya ke udara hingga jadi hujan diantara tawa gilanya, lalu mengeluarkan korek dan sekotak rokok yang ada dalam sakunya.

Sumpah Demi Tuhan, Mile pikir dia akan melihat adegan bakar uang karena lelaki itu sempat mencobanya satu lembar. Namun setelah yang kedua disulut, Mile tidak bisa terbeku lagi karna si lelaki manis menggebrak bensol agar cairannya bisa digunakan untuk bakar diri.

DEG

"HEI, BERHENTI!"

Next chapter