webnovel

Hanya Terdiam

Muna yang lucu, sudah 18 tahun.

Kini aku sudah tumbuh dan mulai menampakan diriku sebagai sosok remaja yang penuh impian dan harapan.

Aku lahir dari keluarga yang bahagia. Keluarga yang memiliki anugrah kasih sayang yang penuh. mereka begitu dekat. Mami papiku sangat sayang padaku.

Aku adalah anak yang sangat dinantikan kelahirannya. Aku lahir setelah 10 tahun pernikahan mami sama papi, sehingga aku sangat dimanja, disayang bukan hanya oleh mami pami, tapi juga oleh keluarga besar mami pami. Kakekku, nenekku, tanteku, semua begitu sayang padaku

" Munaaaa.....mau ikut ga ? mami mau keluar nih ..." terdengar suara mamiku dari luar kamar.

Suara itu suara yang sudah sangat melekat terdengar di telingaku. Suara yang penuh dengan kelembutan dan suara yang menunjukan begitu sayangnya mamiku itu pada anak semata wayangya.

" Nggak deh mam,...mau ada Akbar ke sini.. " jawabku dengan suara yang manja. Maklumlah karena aku adalah anak perempuan satu satunya, sehingga aku sudah terbiiasa bersikap manja dan dimanjakan oleh kedua orang tuaku, terutama sama mami.

" Ya sudah, kalau mau di rumah, mau titip apa nak ? biar sekalian ? ". tanya mami sambil menatap anakku. mungkin daalam hatinya, dia merasa anak gadisnya sudah besar dan cantik, aku ge-er.

Aku memang cantik, mamiku selalu bilang begitu, apalagi hari ini Aku mengenakan T-shirt warna merah muda dan memakai celana pendek warna putih kesukaanku. Kamu begitu sempurna bagi seorang gadis belia pada seusianya, begitu kata mamiku

" Bawain buah-buahan aja deh mam,.." jawab ku sambil bergerak menuju kursi di ruang tv.

"Ya sudah...mami pergi ya..." kata mamiku sambil bergegas menuju ke mobilnya.

" Dadahh mami..." ucapku sambil melambaikan tangan pada mami.

Tiba tiba terdengar alunan musik di hp kesayanganku. Aku sudah tau alunan musik itu. Alunan musik yang khas, alunan musik untuk panggilan dari Akbar temanku.

Dengan penuh semangat aku mengambil dan mengangkat panggilan itu.

" Haii, Muna....". terdengar di hp itu suara Akbar teman yang sudah sangat akrab denganku.

" Hai juga, Akbar...gimana lo jadi kesini ga ? " tanyaku dengan sedikit harap.

Akbar adalah teman paling dekat dengan ku, teman yang biasa aku bisa diajak bicara dan berdiskusi. Akbar sering berkunjung ke rumah ku. Namun diantara kami tidak ada hubungan lain selain berteman.

Kami memang sangat begitu akrab, saking dekatnya, teman temanku menganggap diantara kami ada hubungan khusus, hubungan yang dibaluti perasaan tertentu.

Pernah teman temanku menanyakan hal itu, namun Akbar maupun aku tidak bisa menjawabnya.

Mereka tidak tahu hubungan apa yang sedang kami bina, hubungan sepasang teman kah ? sepasang kekasihkah ?, atau sepasang manusia yang sudah ditakdirkan selalu bersama.

Kadang aku berpikir, kalau hanya sebatas teman kenapa saat berbicara, saat bertemu terasa asyik, ada perasaan senang dan betah untuk duduk lama-lama bersamanya.

" Ya jadi dong,..." jawab Akbar untuk meyakinkan bahwa dia akan benar benar datang.

" Terus ngapain lo telfon ? datang aja langsung, kaya atasan saja ngasih tau dulu.." tanyaku bercanda sambil tertawa kecil.

" Ya kan biar lo inget terus dan ga sabar nungguin gue...he...he...he...". kata Akbar menggoda.

" Ehhmmmm...emang harus gitu ya ?...orang yang akan datang harus di inget inget ? ". tanyaku sambil ngebayangin wajah dan senyum Akbar.

" Ya lah biar gue semangat datangin lo, Muna. Ok aku siap siap ya...dahhh.". kata Akbar sambil menutup telfon mengakhiri.

Aku pun menutup telfoku, dan bergegas untuk mengambil handuk di kamarku untuk mandi.

Aku merasa hari ini aku ingin diriku tampak cantik di depan Akbar. Aku ingin Akbar melihatku sebagai gadis yang cantik, gadis yang berpenampilan berbeda. Tapi siapa Akbar ? dia bukan siapa siapa aku, kataku dalam hati.

Tapi meskipun begitu aku merasa senang Akbar akan datang.

Telah berselang lama, aku pun sudah siap duduk di kursi ruang tv menunggu akbar sambil nonton.

Aku sudah tidak sabar menunggu. Akbar benar, aku jadi kepikiran, aku jadi inget dan nungguin Akbar. Ada apa ini ? tidak seperti biasanya aku menunggu kedatangan Akbar dengan perasaan seperti ini, ini aneh.

Aku tidak tau, tapi aku harus membuang jauh jauh perasaan itu. perasaan yang nantinya hanya akan mengganggu hubungan pertemanan aku dan Akbar yang telah lama terjalin.

Aku duduk terdiam, pikiranku bingung kenapa hari ini tidak seperti hari-hari biasanya. Aku merasa resah.

Berkali kali aku menatap jam dinding, aku bergumam, kenapa jarum jamnya itu begitu lambat. Detik demi detik jarum jam itu seperti malas berdetak, seperti sengaja diperlambat.

ehmmm...

"Tok...tok....tok.." tiba tiba terdengar suara pintu ada yang mengetuk.

Aku dengan hati yang tidak tenang bergegas menuju pintu. Pintu pun dibuka. Aku diam tertegun menatap siapa yang sedang berdiri di depan pintu, Akbar. orang yang aku nanti dan aku tunggu telah berada di hadapanku saat ini.

Aku memandangi Akbar tanpa bersuara. Akbar tampak kelihatan berbeda, lebih keren, lebih ganteng, mengenakan kemeja biru muda dengan celana jeansnya yang tampak serasi dan padu dengan warna kemejanya.

" Halooo..." kata Akbar sambil melambai- lambaikan tangan ke kiri dan ke kanan depan wajahku

" Kenapa melongo ? kepikiran terus ya nunggun aku, jadi grogi deh, he...he...he.." kata Akbar menggoda.

" Eh...ya iya...eh masuk Bar,.." kataku dengan sikap yang kikuk dan suara yang agak sedikit bergetar. aku memang grogi. aku tidak tahu apa yang terjadi.

Aku jadi salah tingkah. Hatiku bergemuruh. Jantungku berdetak kencang. deg...deg...deg terasa di dadaku.

Setelah Akbar duduk, aku pun ikut duduk depannya, kami saling bertatapan tanpa tau apa yang harus diucapkan.

Kami berdua jadi terdiam. Akbar bingung pada sikapku, aku pun bingung harus berbuat apa.

***